0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan30 halaman
Koperasi mulai berkembang pada abad ke-19 di Eropa dan Amerika untuk membantu anggota mengatasi kesulitan ekonomi. Gerakan koperasi kemudian berkembang di berbagai negara dengan prinsip Rochdale sebagai acuan. Di Indonesia, koperasi pertama didirikan pada 1896 untuk memberi pinjaman kepada petani dan menolong mereka dari rentenir. Pada 1908, organisasi seperti Budi Utomo mulai mendorong berdirinya koperasi konsumsi, meski
Koperasi mulai berkembang pada abad ke-19 di Eropa dan Amerika untuk membantu anggota mengatasi kesulitan ekonomi. Gerakan koperasi kemudian berkembang di berbagai negara dengan prinsip Rochdale sebagai acuan. Di Indonesia, koperasi pertama didirikan pada 1896 untuk memberi pinjaman kepada petani dan menolong mereka dari rentenir. Pada 1908, organisasi seperti Budi Utomo mulai mendorong berdirinya koperasi konsumsi, meski
Koperasi mulai berkembang pada abad ke-19 di Eropa dan Amerika untuk membantu anggota mengatasi kesulitan ekonomi. Gerakan koperasi kemudian berkembang di berbagai negara dengan prinsip Rochdale sebagai acuan. Di Indonesia, koperasi pertama didirikan pada 1896 untuk memberi pinjaman kepada petani dan menolong mereka dari rentenir. Pada 1908, organisasi seperti Budi Utomo mulai mendorong berdirinya koperasi konsumsi, meski
Sejarah Pertumbuhan Koperasi di Dunia. Koperasi mula-mula tumbuh pada abad ke–19, yang terutama disebabkan oleh berbagai kesulitan, diantaranya kesulitan ekonomi, kepincangan pembagian pendapatan yang disebabkan oleh sistem kapitalisme. Koperasi dibentuk oleh orang-orang secara spontan untuk menolong dirinya sendiri dan untuk kesejahtraan masyarakat sekelilingnya. Koperasi tumbuh dan berkembang terutama di negara- negara yang menganut sistem/paham demokrasi, Untuk mengatasi kesulitan ekonominya mereka kemudian bekerja secara bersama–sama. Ide koperasi itu sendiri mula-mula timbul di Inggris dengan tokohnya antara lain : Pieter Corneliszoon Plocboy; John Beller; dan Robert Owen (Pendiri Koperasi Konsumsi di Rochdale). Gerakan Koperasi di Inggris. Pada pertengahan abad ke-18 sampai dengan permulaan abad ke-19 di Inggris terjadi suatu perombakan mendasar terhadap sistim pabrik modern yang dikenal dengan Revolusi Industri. sehingga menimbulkan bermacam-macam akibat dalam lapangan perekonomian dan sosial. Industri rumah tangga yang mula-mula banyak berkembang akhirnya satu persatu dihentikan karena tidak mampu bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan oleh pabrik. Tenaga manusia dipabrik lama kelamaan digantikan perannya oleh mesin yang mengakibatkan semakin merosotnya upah buruh, banyak pekerja terutama wanita dan anak-anak diberikan upah yang sangat minim disertai dengan jam kerja yang sangat panjang, terutama semakin nampaknya jurang pemisah antara si kaya dengan simiskin. Ditengah tengah berkecamuknya penderitaan sosial dan ekonimi, lanjutan Tokoh-tokoh Koperasi di Inggris dr. William King dan Robert Owen yang tampil dengan mengemukakan konsep-konsep sistem perekonomian dalam bentuk koperasi. yang dipelopori oleh kaum buruh pabrik tenun di Rochdael Inggris pada tanggal 12 Desember 1844 dibawah pimpinan Charles Howart. Pada permulaan berdirinya Koperasi ini beranggotakan 28 orang, dengan usaha membuat Toko yang menyediakan kebutuhan anggota, lanjutan Usahanya dimulai dengan mengadakan tabungan sebanyak 2 pence tiap minggu bagi anggota. usahanya semakin berkembang dan dikenal dikalangan kaum buruh, sehingga anggota semakin banyak, dan cemoohan menjadi julukan “The Equitable pioneers of Rochdale” (perintis Rochdale yang Jujur). Hasil gemilang yang dicapai oleh Dalam tarap permulaan usaha yang dijalankan hanya menjual barang- barang keperluan sehari-hari, setelah modalnya besar koperasi ini kemudian mendirikan pabrik tepung . Koperasi ini menarik perhatian Rakyat, sehingga di Inggris dalam tahun 1852 tidak kurang dari 400 koperasi telah berdiri dan berjalan dengan baik, pada tahun 1962 dapat dibentuk pusat koperasi pembelian dengan nama The Coperative Wholesale Society (CWS). keberhasilan Koperasi Rochdale, ternyata terletak pada kesadaran anggotanya, dimana sebelum menjalankan usahanya diadakan permufakatan bersama dan peraturan yang berlaku tetap dijunjung tinggi. Peraturan yang diciptakan Rochdale tidak hanya ditiru oleh koperasi lain di Inggris melainkan ditiru diluar negri dengan dan dikenal dengan “Rochdale Principles”. Gerakan Koperasi di Jerman. Pada permulaan abad ke-19 Jerman perekonomiannya masih bercorak Agraris, nasib kaum tani sendiri pada umumnya sangat buruk. Penyebabnya antara lain sebagaian besar tanah dimiliki bangsawan atau tuan tanah. Sejak diberlakukannya Undang-undang Agraria tahun 1807, maka tuan tanah harus memberikan kebebasan kepada petani–petani yang menjadi hamba sahayanya. Kondisi buruh di Jerman sama halnya dengan di Inggris yakni tenaganya diperas untuk kepentingan kaum kapitalis. Sehingga banyak diantara buruh tani tersebut jatuh pada praktek sistim ijon dan terlibat rentenir. lanjutan Pada situasi demikian, Friedrich W. Raiffeisen, seorang walikota Flommers field, pada tahun 1848 berhasil mendirikan suatu perkumpulan perkreditan bagi kaum tani yang modalnya diperoleh dari tabungan petani-petani yang bersangkutan, yang selanjutnya perkumpulan tersebut dinamakan koperasi simpan pinjam. Herman Schulze Delitzsch, seorang hakim di Delitzsch dan menjabat sebagai ketua komisi perdagangan dalam parlemen membuat Koperasi Simpan pinjam yang bergerak dalam bidang perdagangan , dengan kedua koperasi tersebut maka buruh yang ada di perkotaan maupun di pedesaan terlepas dari cengkraman lintah darat. Gerakan Koperasi di Perancis. Diawali Revolusi Prancis tahun 1789 sampai akhir pemerintahan Napoleon (Pertengahan abad 18 dan 19), perancis sering terlibat dalam peperangan sehingga perekonomian selalu mengalami kegoncangan, para bangsawan banyak menyingkir keluar negri, setelah revolusi berakhir banyak diantara mereka kembali ke negrinya dengan menuntut hak-haknya berupa tanah yang telah dibagi-bagikan kepada rakyat selama revolusi berlangsung. Tujuan Revolusi adalah menumbangkan kekuasaan Raja yang absolut dan feodal untuk digantikan dengan pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, kenyataanya kedaulatan jatuh ketangan kaum kapitalis (Faham Liberalisme Adam Smith yang dipelopri oleh JB Say dan R. bastiat menguasai Struktur Pemerintahan) yang pada akhirnya keadaan ekonomi kaum buruh semakin terhimpit dengan digantikannya tenaga kerja manusia dengan mesin. lanjutan
Dalam keadaan kritis tersebut muncullah Charles
Fourier. Louis Blanc dan Ferdinand Lessalle, dimana ketiganya memberikan gagasan untuk mendirikan suatu wadah yang dapat menghimpun kaum buruh agar dapat melepaskan diri dari hukum kaum kapitalis. Akan tetapi sayangnya ketiga tokoh tersebut gagasannya sulit untuk dilaksanakan karena kedudukan kaum kapitalis masih sangat kuat dan sebagian besar bergerak dalam bidang perindustrian, mendirikan Koperasi dalam Industri berarti langsung terlibat dalam persaingan melawan kapitalis yang jauh lebih kuat, akhirnya walaupun Koperasi telah terbentuk dan ada juga yang sudah berhasil, akhirnya tidak dapat hidup karena menggantunkan pada bantuan pemerintah. PERKEMBANGAN GERAKAN KOPERASI DI INDONESIA Priode Tahun 1896 – 1908.
Penjajahan mengakibatkan penderitaan dan kemelaratan
rakyat, pemerataan pendapatan ekonomi sangatlah pincang, dimana Struktur ekonomi bercorak pertanian statis ditambah lagi pajak yang dirasa sangat mencekik leher rakyat. Dilain pihak tingkat pendidikan dan pengetahuan rakyat yang sangat rendah, tingkat hidup rakyat jauh dibawah kebutuhan minimum, kondisi ini memang sangat dikehendaki oleh penjajah agar dapat melestarikan kolonialismenya dengan menindas rakyat dan memperkokoh serta mengeruk hasil sebanyak mungkin untuk kepentingan para penjajah. Terdorong oleh kenyataan tersebut dan untuk memperbaiki taraf hidup rakyat, timbullah prakarsa untuk membentuk usaha bersama dalam wadah Koperasi simpan pinjam yang diberinama Hulp en Speaarbank (Bank lanjutan Hulp en Speaarbank (Bank pertolongan dan simpanan) dipelopori oleh R. Aria Wiraatmaja seorang patih di Purworejo dan dibantu oleh E. Steburgh seorang asisten residen Purworwjo, Tujuan dari bank tersebut adalah untuk menolong para pegawainya dari jeratan lintah darat. Ide dari R. Aria ini kemudian dikembangkan oleh De Wolff Van Weterrode dengan citi-cita untuk memberikan kredit menurut sistim Raifeisen di jerman sehingga nama Hulp en Speaarbank diganti menjadi Hulp Spaar en landbouw credit bank (Bank bantuan, simpanan dan kredit pertanian), bank ini memberikan kredit kepada petanin dan mendirikan 250 buah lumbung desa sebagai badan untuk meminjam padi kepada rakyat. Modal badan ini pertama kali diperoleh dari Zakat dengan kepengurusannya adalah suatu komisi yang terdiri dari Kepala desa, juru tulis desa dan penghulu kampung, sementara itu pemerintah Hindia Belanda mendirikan Organisasi perkreditan bagi rakyat yang diberinama Algemene Volkscrediet Bank (AVB) dan lembaga ini sekarang dinamakan Bank Rakyat Indonesia. Priode Tahun 1908 – 1927 Pada Priode ini diawali dengan perkumpulan Budi Utomo pada tahun 1908 yang menganjurkan untuk berdirinya suatu lembaga Koperasi, terutama koperasi konsumsi model Rochdale, tetapi usaha tersebut mengalami hambatan karena perhatian rakyat terhadap koperasi pada waktu itu masih kurang. Tahun 1912 Haji Samanhudi mendirikan Sarikat Dagang Islam yang bergerak dalam bidang ekonomi dan politik , organisasi ini bertujuan untuk memperkuat kedudukan perdagangan di Indonesia dalam bersaing dengan perdagangan Tionghoa. disamping itu juga mempelopori berdirinya Koperasi Industri kecil dan kerajinan. lanjutan Tahun 1915 pertama kalinya dibuat UU mengenai perkoperasian yaitu Verordening up de Cooperative Veriningingen (Undang- undang perkumpulan Koperasi), undang-undang ini dibuat pada tanggal 17 April 1915 dan merupakan Indish Staatblad No. 431. Isi dari Undang-undang No. 413 tersebut yaitu : • Akta pendirian harus dibuat dalam Bahasa Belanda. • Harus ada ijin dari Gubernur Jendral. • Biaya Meterai 50 Gulden. • Akta pendirian harus dibuat dengan perantar Notaris. • Hak penggunaan tanah menurut hukum Eropa. lanjutan Dari isi tersebut jelas bahwa Undang-undang tersebut tidak sesuai dengan kondisi Bangsa Indonesia karena untuk mendirikannya diperlukan biaya yang cukup tinggi. Kemudian pada tahun 1920 dibentuklan sebuah panitia Koperasi (Cooperatine Commissien) yang diketuai oleh J.H. Boeke, tugas panitia menyelidiki apakah gerakan koperasi memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia dan mencari metoda serta cara-cara untuk hasrat berkoperasi. dari hasil penyelidikan tersebut diperoleh laporan bahwa Pemerintah Hindia Belanda agar turut aktif bekerja memberikan bantuan terhadap gerakan koperasi untuk mencapai tujuan sosial dan politik. Priode Tahun 1927 – 1942. Ditandai dengan lahirnya Undang-undang Koperasi No. 91 Stbl 1927, yang isinya antara lain : 1. Anggaran Dasar menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah. 2. Tidak perlu melapor kepada Gubernur Jendral. 3. Materai tergantung kepada daerah tersebut atau ditentukan 3 Gulden. 4. hak penggunaan tanah ditetapkan menurut Adat 5. Berlaku khusus bagi bangsa Indonesia. 6. Dengan Undang undang tersebut maka perkembangan perkoperasian di Indonesia, sehingga pada akhir tahun 1933 telah berdiri 1.540 buah Koperasi dan yang disyahkan oleh pemerintah sebanyak 172 buah. lanjutan
Pada Tahun 1933 diterbitkannya kembali
Undang-undang perkoperasian No. 108 (Algemene Regeling op de Cooperative vereningingen) yang isinya antara lain : 1. Akta pendirian harus dalam bahasa Belanda. 2. Harus ada ijin dari Gubernur Jendral. 3. Akta harus disyahkan oleh Notaris dengan Materai. 4. Berlaku bagi orang Indonesia dan orang barat yang mengingkari hukum barat. Priode Tahun 1942 –1945
Pada priode ini perkembangan Koperasi
mengalami priode yang sangat buruk dimana diawali dengan datangnya tentara Jepang, koperasi dijadikan sebagai alat Peperangan dengan mewajibkan semua masyarakat desa untuk masuk menjadi anggota Koperasi Desa yang disebut KUMIAI, dimana Kumiai ini sebenarnya adalah wadah untuk menghimpun perlengkapan perang sehingga masyarakat mengalami kelaparan dimana- mana. Priode Tahun 1945 – 1960
Dengan di Proklamirkannya Kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah merasakan adanya angin kebebasan dalam menentukan nasib dirinya sendiri, dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1) disebutkan bahwa : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan, dengan landasan konstitusional tersebut maka pemerintah mempunyai kewajiban dalam mengembangkan gerakan Koperasi. Pada tahun 1946 di Ciparai dibentuklah Pusat Koperasi Priangan. Tugas Pusat Koperasi Priangan.
1. Mengkoordinir Koperasi yang ada di Jawa
Barat. 2. Mendorong terbentuknya Koperasi desa yang serba usaha di Jawa Barat. 3. Mengusahakan kongres Koperasi seluruh Indonesia yang pertama. pada bulan Juli 1947 diadakanlah kongres Koperasi I seluruh Indonesia di Tasikmalaya dan dihadiri oleh wakil-wakil dari 53 Kabupaten di Jawa dan Madura
Hasil dari Kongres tersebut menetapkan :
• Mendirikan Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI). • Tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai hari Koperasi. • Mendirikan Bank Koperasi. • Asas Koperasi adalah Gotong Royong. • Mengusahakan Koperasi Desa sebagai dasar untuk memperkuat susunan perekonomian. • Mengadakan Gerakan Tabungan. Pada tahun 1949 berdasarkan keputusan kongres lahirlah UU Perkoperasian No. 179, dimana isinya merupakan Koreksi atas Peraturan No. 91/1927 antara lain :
1. Mendirikan Koperasi tidak melalui Notaris tetapi dibawah
penilaian pengawasan pemerintah. 2. Siapa saja dapat menjadi anggota Koperasi. Pada kongres ke II yang diadakan di Tasikmalaya pada tanggal 12 Juli 1953 menetapkan beberapa hal yang intinya menjadikan Kegiatan Koperasi sebagai Gerakan Koperasi, isi dari ketetapan itu antara lain : 1. Mendirikan Dewan Koperasi Indonesia (DKI) sebagai Pengganti SOKSI. 2. Menetapkan Pelajaran Koperasi sebagai mata pelajaran di Sekolah-sekolah. 3. Menetapkan Drs, M. Hatta sebagai bapak Koperasi Indonesia. lanjutan Berdasarkan hasil dari Kongres tersebut maka Dewan Koperasi Indonesia memberikan penerangan, pendidikan dan membentuk Kader- kader Koperasi baik di Desa maupun di Kota.
UU No. 179 tidak sesuai dengan asas bangsa
Indonesia maka pada tahun 1958 dikeluarkanlah UU koperasi Nomor 79 tahun 1958, dimana esensinya bahwa pemerintah harus aktif membimbing dan membantu baik Moril Maupun Materil untuk menumbuhkan Koperasi disegala sektor perekonomian Priode Tahun 1960 –Sampai sekarang Awal tahun 60-an berkemabang dua pemikiran dalam masyarakat terhadap tujuan Ekonomi Indonesia yaitu satu Pihak menginginkan masyarakat yang adil dan makmur dan dilain pihak adanya keinginan membentuk masyarakat kapitalis, sehingga terjadi keadaan Konsolidasi dan Prustrasi dikalangan masyarakat Koperasi, untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan Intruksi No. 2 /1960 tentang pembentukan Badan Penggerak Koperasi (Bapengkop) dan Intruksi Presiden No. 3 /1960 Tentang Pendidikan Koperasi.. Musyawarah Nasional Koperasi I pada tanggal 24 April 1961 yang diadakan di Surabaya dan dilanjutkan dengan Munas Koperasi II di Jakarta tahun 1965, hasil dari munas tersebut lahirlah UU No. 14 tahun 1965 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian, tetapi isi dari undang-undang tersebut menyimpang dari Cita- cita Koperasi yang sebenarnya karena dimasukkan unsur-unsur politik Dengan Tumbangnya Orde lama dan digantikan dengan Orde Baru maka pemerintah berniat memurnikan Koperasi sesuai dengan UUD 1945, dengan waktu yang sangat singkat maka pejabat sementara Presiden RI pada tanggal 18 Desember 1967 mengesahkan UU No. 12 tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian Isi UU No 12 tahun 1967 antara lain : 1. , Keanggotaan sukarela. 2. Asas demokrasi dan kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota. 3. Sisa hasil usaha dibagikan atas jasa anggota. 4. Adanya pembatasan atas bunga modal.
5. Mensejahterakan anggota dan daerah
kerjanya. 6. Manajemen terbuka.
7. Swadaya, Swakerta dan swasembada.
lembega-lembaga lain yang mendukung pada gerakan Koperasi imlementasi UU No 12 tahun 1967 meliputi :
1. Pusat Pendidikan Koperasi (Pusdikop),
2. Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK), 3. Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit Desa (BUUD/KUD), 4. Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN), 5. Koperasi Pembiayan Indonesia (KPI) lanjutan
Dengan berkembangnya Tingkat Teknologi dan
Komunikasi membawa pengaruh positif terhadap tingkat perekonomian yang ada sehingga membawa pada kegiatan perdagangan yang tidak mengenal batas wilayah (Perdagangan bebas) maka Undang-Undang No. 12/1967 dianggap kurang relevan dengan perkembangan jaman sehingga disiapkanlah Undang-undang yang baru yang memuat Pokok- pokok perkoperasian, sehingga pada tanggal 21 Oktober 1992 disahkanlan Undang-Undang No, 25 tahun 1992 sebagai pengganti Undang- Undang No. 12 tahun 1967. Isi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 meliputi : 1. Menyiapkan kelembagaan Koperasi bukan hanya sebagai lembaga sosial tetapi sebagai Badan Usaha yang berusaha untuk menghasilkan laba (Fropit). 2. Adanya Jaminan kepada setiap anggota Koperasi untuk menerima Hak dan Kewajiban sesuai dengan Azas Koperasi. 3. Adanya keleluasan bagi Koperasi untuk menggali dan mengembangkan Modal baik melalui Modal Sendiri (SP, SW dan S Manasuka) juga memungkinkan untuk menerima Modal dari luar berupa penerbitan Saham. Era Reformasi 1999 keluarnya Keputusan Mentri No. 17 Tahun 1999 Isi Kepmenkop No. 17 Tahun 1999
• KUD bukanlah satu-satunya koperasi
yang ada di Desa dan melayani kebutuhan Petani. • Akta Pendirian Koperasi, cukup ditandatangani oleh Kepala Kantor Koperasi Kabupaten/Kota. UU Koperasi N0 17 thn 2012 Modal koperasi bukan hanya simpanan pokok dan wajib didalamnya juga ada penyertaan saham Bentuk koperasi dapat berupa cv maupun PT Dapat melakukan ekspansi keusaha selain kebutuhan anggota sisa hasil usaha berupa dividen