Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistis dan visi rasional penggagasnya. Tasawuf ini menggunakan terminologis filosofis dalam pengungkapannya.
• Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dalam
Islam sejak abad keenam Hijriyah. Sejak itu, tasawuf ini terus hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi yang juga filosof. Meskipun adanya pemaduan antara tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf falsafi ini, orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap dan tidak hilang. Sebab, para tokohnya tetap berusaha menjaga kemandirian ajaran aliran mereka, terutama bila dikaitkan dengan umat Islam. Menurut At-Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh siapa saja yang dapat memahami tasawuf ini Tasawuf ini tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa, dan tidak pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme. Ibnu khaldun, sebagaimana yang telah dikutip oleh At- Taftazani, dalam karyanya Al-Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang menjadi perhatian para filosof : • Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta introspeksi diri yang timbul darinya. o Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat-sifat rabbani, ‘arsy, kursi, malaikat, wahyu, kenabian, roh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang tampak, dan susunan kosmos, terutama tentang penciptanya serta penciptaannya. o Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar- samar.
• Selain karakteristik umum di atas, tasawuf filosofis
mempunyai beberapa karakteristik secara khusus, diantaranya : • Pertama, tasawuf ini banyak mengonsepsikan pemahaman ajaran-ajarannya dengan menggabungkan antara pemikiran rasional-filosofis dan perasaan. Kedua, seperti halnya tasawuf jenis lain, tasawuf filosofis didasarkan pada latihan-latihan rohaniah (riyadhah). Ketiga, tasawuf filosofis memandang iluminasi sebagai metode untuk mengetahui berbagai hakikat realitas, yang menurut penganutnya bisa dicapai dengan fana.
• Keempat, para penganut filosofis ini selalu menyamarkan
ungkapan-ungkapan tentang hakikat realitas-realitas dengan berbagai simbol atau terminologi. • Diantara tokoh-tokoh tasawuf falsafi adalah Ibn ‘Arabi, Al-Jili, Ibn Sab’in, dan Ibn Masarrah.