Anda di halaman 1dari 19

DILEMA ETIK DAN

STRATEGI PEMECAHAN
MASALAH DALAM
MENGHADAPI DILEMA
ETIK
Kelompok 3 ( A 2020 3 )

1. Angelina Victoria S (2011114356) 9. Nelvita Sari (2011113274)


2. Avira Berlianna Salsa (2011136837) 10. Nisrina Rahma (2011136350)
3. Ella Biisnilla (2011114359) 11. Pingkan Deni P. (2011113562)
4. Elma Yulis (2011110485) 12. Putri Septi Y. N. (2011113514)
5. Fathur Rahman (2011111504) 13. Rahayu Maulani (2011113271)
6. Fatimah Rafsanjani (2011136386). 14. Sri Agustina (2011113516)
7. Indah Oktarina (2011113520) 15. Sulistyawati (2011114361)
8. M. Zulpan Rizki (2011113507) 16. Tiara Maharani (2011110891)
01. Defenisi Dilema Etik
Dilema merupakan situasi sulit yang mengharuskan
orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang
sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan
(BPPB Kemendikbud, 2016) dan etik (etika) merupakan ilmu
yang membedakan antara benar dan salah yang berkaitan
dengan tanggung jawab yang dimiliki seseorang (DeLaune et al,
2011).

Jadi dapat disimpulkan, menurut Thompson (1985)


dilema etik merupakan masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Menurut Arens
dan Loebbecke(1995:74) yang dimaksud dengan dilema etika
adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang pantas harus dibuat.
02. Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan
dan Pendokumentasian
Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya.

- Aspek legal dalam praktik keperawatan meliputi :


Kewenangan yang berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi.
Kewenangan memiliki 2 aspek :
- Kewenangan material
 Surat Ijin Perawat (SIP)
- Kewenangan formal
 Surat Ijin Kerja (SIK) = digunakan bila bekerja di institusi
Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) = digunakan bila ingin bekerja perorangan atau berkelompok

- Aspek legal dalam pendokumentasian keperawatan


Laporan akurat mengenai perawat yang diterima klien.
Dokumentasi legal isinya :
 kondisi perkembangan klien yang ditulis dalam bentuk chart
2 fungsi chart
- sebagai penyediaan data mengenai klien
- menjaga standar keamanan
03. Aturan/Norma yang Mengatur tentang Aspek Legal
dalam Dokumentasi Keperawatan

Kode Etik Undang – Undang Keputusan Menteri


Keperawatan Kesehatan Kesehatan
Di UU No. 23 tahun 1992
Kode etik keperawatan tentang tanggung jawab KepMenkes
mejadi kerangka dasar bagi tenaga kesehatan. Meliputi : No.1239/Menkes/SK
profesi perawat. Terdapat /XI/2001.
pada :
a. Pasal 8
a. Pasal 1 a. Pasal 11 ayat 2 b. Pasal 15
b. Pasal 5 b. Pasal 32 ayat 2 c. Pasal 16
c. Pasal 6 c. Pasal 32 ayat 3 d. Pasal 23
d. Pasal 10 d. Pasal 32 ayat
4 e. Pasal 49
f.
Pasal 53 ayat 1
g. Pasal 53 ayat 2
04. Macam-Macam Kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut Sampurno (2005), sebagai
berikut :

1) Malfeasance, yaitu melakukan tindakan yang melanggar


hukum atau tidak tepat/layak, misal: melakukan keperawatan
tanpa indikasi yang memadai/tepat.

2) Misfeasance, yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan


yang
tepat tetapi dilakukan dengan tidak tepat. Misal: melakukan
tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur.

3) Nonfeasance, yaitu tidak melakukan tindakan keperawatan


yang
merupakan kewajibannya. Misal : pasien seharusnya dipasang
pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.
05. Prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan
a. Malpraktek
Malpraktek adalah kelalaian dari seseorang perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan
dan pengetahuannya didalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang
pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit/terluka dilingkungan wilayah
yang sama.
Malpraktek dibagi 3 kategori :
- Kriminal Malpraktek
- Civil Malpraktek
- Administrasi Malpraktek
b. Kelalaian
Tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari beberapa hal :
- Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan kewajiban profesinya untuk
mempergunakan segala ilmu dan keterampilanya.
- Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan.
- Adanya hubungan sebab akibat yaitu adanya hubungan langsung antara penyebab dengan kerugian
yang dialami pasien sebagai akibatnya.
c. Pertanggunggugatan dan Pertanggungjawaban
- Pertanggunggugatan yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
- Pertanggungjawaban yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas perbuatannya.
d. Situasi yang harus dihindari oleh perawat
- Kelalaian - Fitnah - Penyerangan dan Pemukulan - Penganiayaan
- Pencurian - False Imprisonment - Pelanggaran Privasi
06. Prinsip Etik Moral dalam Praktik Keperawatan

Autonomy Beneficence Justice Non-Maleficence


(Kemandirian) (Berbuat Baik) (Keadilan) (Tidak Merugikan)

Veracity Fidelity Confidentiality Accountability


(Kejujuran) (Menepati Janji) (Kerahasiaan) (Akuntabilitas)
07. Isu Etik/Legal dan Solusi
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal,
peraturan etik dan kerahasian pasien sama seperti telehealth
secara keseluruhan.
Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat
yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap
resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare
harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat
antarnegara bagian.
Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dan
sebagainya dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan
dan sulit pemecahannya.

Solusi  perlunya kebijakan umum kesehatan , SOP, etik dan


profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan info
08. Isu Etika Keperawatan
Isu-isu Isu-isu Isu-isu Isu Kolaborasi
Etika Biomedis Bioetika Etika Medis Perawat dengan
Dokter

Contoh bioetika
terkait dengan: Kolaborasi
Isu etika biomedis
kegiatan rekayasa Seperti sudah merupakan proses
menyangkut persepsi
genetik,teknologi disinggung diatas, komplek yang
dan perilaku
reproduksi,eksperim masalah etika medis membutuhkan
profesional dan
en medis, donasi dan tradisional dalam sharing
instutisional terhadap
transpalasi organ, pelayanan medis pengetahuan yang
hidup dan kesehatan
penggantian kelamin, dirumah sakit kita direncanakan dan
manusia dari sejak
eutanasia, isu-isu lebih banyak dikaitkan menjadi tanggung
sebelum kelahiran
pada akhir hidup, dengan kemungkinan jawab bersama
dan selama
kloning terapeutik terjadinya malpraktek. untuk merawat
pertumbuhan.
dan kloning pasien.
09. Penanganan Masalah Isu-isu dalam
Keperawatan
1) Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan
pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek.
2) Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan,
yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya.
3) Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi
bahwa
individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan
dirinya
dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
4) Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim
kesehatan harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya.
5) Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-
komponennya.
6) Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan
(root
cause analysis), untuk menetapkan arah pemecahannya.
7) Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
8) Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu dan
mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan.
10. Dilema Etik dan Solusi

Agama/ Kepercayaan Hubungan Perawat dengan Klien

Perbedaan agama dapat membuat a. berkata jujur atau tidak


perawat dan klien memiliki cara b. kepercayaan klien
pandang yang berbeda dalam c. membagi perhatian
menyelesaikan masalah . d. pemberian informasi kepada
klien

Hubungan perawat dengan Pengambilan keputusan


dokter
Dalam pengambilan keputusan
a. Perbedaan pandangan dalam
yang etis, seorang perawat
pemberian praktik pengobatan
tergantung pada pemikiran yang
b. Konflik peran perawat
rasional bukan emosional.
11.Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema
Etik Menurut Ahli
1) Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2) Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen
(2005) adalah : a. Pengkajian
b. Perencanaan
c. Implementasi
d. Evaluasi
3) Kerangka pemecahan
dilema etik (kozier & erb, 2004 ) a.
Mengembangkan data dasar.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
c. Membuat tindakan alternatif
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah
tersebut & siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
4) Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut. Analisa situasi hingga
hasil aktual dari keputusan telah tampak
5) Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981 )
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
6) Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
12. Penyelesaian Masalah Dilema Etik
Berdasarkan Kasus
Kasus 1
Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker payudara terminal
dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi.
Wanita tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi
diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya
rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah
posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat
analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis
pemberian obat analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa
penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK


1) Mengembangkan data dasar :
a. Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawat
b. Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk memberikan
penambahan dosis morphin.
c. Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien
d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan
2) Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami
metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang
telah ditetapkan. Klien meminta penambahan dosis pemberian morphin untuk
mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga mendukung keinginan klien agar
terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah :
a. Penambahan
dosis pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien.
b. Tidak memenuhi
keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien.

3) Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang


direncanakan dan konsekuensi tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang
penambahan dosis obat pengurang nyeri.
Konsekuensi :
a) Tidak mempercepat
kematian klien b)
Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
c) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan
b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi :
a) Tidak mempercepat kematian pasien
b) Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
c) Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi

c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila diperlukan.
Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu misalnya pada malam hari agar klien
bisa tidur cukup.
Konsekuensi :
a) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
b) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup
beristirahat
c) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
d) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.

4) Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :


Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang secara
legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien
dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut.
Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu
mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi
mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri,
sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.
5) Mendefinisikan kewajiban perawat
a. Memfasilitasi klien dalam manajemennyeri
b. Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
c. Mengoptimalkan sistem dukungan
d. Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap
masalah yang sedang dihadapi
e. Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai
dengan keyakinannya

6) Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan
konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu
mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk
klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu
misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan
kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun
apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan
antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai