Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI PAJAK UNTUK BIAYA

BY SUHARTINI
Menurut Akuntansi Pajak :
• Biaya yg bukan merupakan pengurang PKP
• Biaya yg merupakan pengurang PKP
• Biaya yg berkaitan dng penghasilan yg bukan
merupakan objek pajak.
• Biaya yg berkaitan dng penghasilan yg terkena
PPh Final.
BIAYA MENURUT ATURAN PERPAJAKAN (FISKAL)

DEDUCTIBLE EXPENSE

Biaya yg menurut Ket. Perpajakan (Fiskal),


dpt dijadikan Pengurang Pengh. Bruto dlm
BIAYA menghit. Pengh. Netto dan PPh yaitu:
biaya untuk Mendapatkan, Menagih,
dan Memelihara penghasilan,

NON DEDUCTIBLE EXPENSE

Biaya yang menurut aturan perpajakan,


tidak dapat dijadikan pengurang
penghasilan bruto dalam menghitung
Penghasilan Netto dan Pajak Penghasilan
walaupun diakui oleh akuntansi
3
DEDUCTIBLE EXPENSE

A. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan


dengan kegiatan usaha, antara lain:
1. Biaya pembelian bahan;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
• termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. Bunga, sewa, dan royalti;
4. Biaya perjalanan;
5. Biaya pengolahan limbah;
6. Premi asuransi;
7. Biaya Promosi dan penjualan (diatur PMK -02/PMK.03/2010 )
8. Biaya administrasi; dan
9. Pajak kecuali PPh

UU PPh Pasal 6 ayat (1) 4


DEDUCTIBLE EXPENSE

B. Penyusutan & Amortisasi


 Penyusutan : Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
 Amortisasi: Pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yg mempunyai masa manfaat > 1 tahun
C. Iuran kepada Dana Pensiun yg pendiriannya tlh disahkan Men
Keu
D. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
E. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing
F. Biaya Litbang yg dilakukan di Indonesia.
G. Biaya bea siswa, magang dan pelatihan(PMK-246/PMK.03/2008
jo PMK-154/PMk.03/2009)
H. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dgn syarat Ttt

UU PPh Pasal 6 ayat (1) 5


DEDUCTIBLE EXPENSE Ket. Baru

I. Sumbangan-sumbangan (diatur PP) dlm rangka :


 Penanggulangan bencana nasional
 Litbang yg dilakukan di Indonesia
 Fasilitas pendidikan
 Pembinaan olahraga
J. Biaya pembangunan infrastruktur sosial (diatur PP)
K. Biaya-biaya 3M di bidang usaha Pertambangan Migas
dan Pertambangan Umum (diatur PP)

UU PPh Pasal 6 ayat (1) dan (1a); PP 138 Th 2000 jo PP 93Th 2010
6
DEDUCTIBLE EXPENSE

• Untk th 2008 dan sebelumnya, jika WP membukukan


dng kurs tetap (kurs historis) kurs yg benar-benar
terjadi sesuai kurs yg diakui oleh bank yg berkaitan ats
realisasi perkiraan mata uang asing yg bersangkutan,
maka selisih kurs diakui pd saat terjadinya realisasi
pembayaran. Sedangkan, apabila WP membukukan
transaksi dng kurs tengah BI kurs yg benar-benar
berlaku pada akhir periode menurut BI , maka selisih
kurs diakui pada akhir tahun.

UU PPh Pasal 6 ayat (1) e


7
DEDUCTIBLE EXPENSE

• Mulai th 2009, penggunaan kurs tetap sudah tdk


diperkenankan, sesuai dng Pasal 4 ayat 1 huruf l UU
PPh. Dlmpenjelasan pasal tsb, mengungkapkan
bahwa sistem penilaian yg sesuai SAK dlm pengakuan
keuntungan selisih kurs sehingga tdk akan ada lagi
perbedaan antara akuntansi dng fiskal.

UU PPh Pasal 6 ayat (1) e


8
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Syarat Piutang yg Nyata2 Tdk Dpt Ditagih

1. Tlh dibebankan sbg biaya dlm Laporan L/R komersial;


2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada DJP;
3. Telah (min. satu):
 Diserahkan perkara penagihannya kpd PN atau instansi
pemerintah yg menangani piutang negara;
 Adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
pembebasan utang antara kreditur dan debitur ybs
 Telah dipublikasikan dlm penerbitan umum atau khusus;
 Adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu
 Syarat angka 3 tdk berlaku utk penghap. piutang debitur kecil
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 105/PMK.03/2009 jo PMK-57/PMK.03/2010 9
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Biaya Promosi:
 Merupakan Akumulasi dari Jumlah :
 B. Periklanan di media elektronik, cetak, d/a lainnya
 B. Pameran Produk
 B. Pengenalan Produk Baru
 B. Sponsorship (berkaitan dg promosi produk)
 Tdk Termasuk B. Promosi:
 pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak
berkaitan langsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
 Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan menelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah
dikenai pajak bersifat final.
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 02/PMK.03/2010 10
NON DEDUCTIBLE EXPENSE

a. Pembagian Laba
 Dengan nama dan dlm bentuk apapun
• Seperti dividen, termasuk dividen yg dibayarkan
Prsh. Asuransi kpd pemegang polis, dan SHU
Koperasi;
b. Biaya utk Kepentingan Pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota

c. Pembentukan atau pemupukan Dana Cadangan,


 kecuali:
d. Penggantian atau imbalan dlm bentuk natura dan
kenikmatan,
 kecuali
UU PPh Pasal 9 ayat (1) 11
NON DEDUCTIBLE EXPENSE

f. Jlh yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kepada :


– pemegang saham atau
– pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sbg imbalan sehub. dgn pekerjaan yg dilakukan

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,


dan warisan yg bagi penerima bukan Objek PPh
Kecuali :
 sumbangan penanggulangan bencana nasional,
sumbangan Litbang di Indonesia, fasilitas pendidikan
dan pembinaan olah raga
 biaya pembangunan infrastruktur sosial
 Zakat dan Sumbangan Wajib Keagamaan
UU PPh Pasal 9 ayat (1) 12
NON DEDUCTIBLE EXPENSE

h. Pajak Penghasilan
i. Sanksi di Bidang Perpajakan
 Sanksi administrasi Perpajakan berupa bunga,
denda, dan kenaikan
 Sanksi pidana berupa denda
j. Biaya 3M atas penghasilan yg :
 Bukan merupakan Objek Pajak;
 Pengenaan pajaknya bersifat final;
 Dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (Pasal 14) dan Norma
Penghitungan Khusus (Pasal 15)

UU PPh Pasal 9 ayat (1); PP 138 Th 2000 13


NON DEDUCTIBLE EXPENSE

k. PPh yg ditanggung oleh Pemberi Penghasilan,


kecuali :
 PPh Psl 26 (1)
• tetapi tidak termasuk dividen
• sepanjang PPh tsb ditambahkan dlm
penghitungan dasar untuk pemotongan pajak;

l. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki


dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan
untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak

UU PPh Pasal 9 ayat (1); PP 138 Th 2000 14


NON DEDUCTIBLE EXPENSE bagi WP OP

 Premi asuransi yg dibayar WP OP atas:


a. Asuransi Kesehatan,
b. Asuransi Kecelakaan,
c. Asuransi Jiwa,
d. Asuransi Dwiguna, dan
e. Asuransi Bea Siswa
Kecuali jika dibayar oleh Pemberi Kerja dan dihitung
sebagai penghasilan bagi WP ybs.
 Biaya utk kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungannya;
 Gaji kpd anggota persekutuan, firma atau perseroan
komanditer yg modalnya tdk terbagi atas saham

UU PPh Pasal 9 ayat (1)


15
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Dana Cadangan yg Deductible Exp.:

 Cadangan Piutang Tak Tertagih untuk usaha:


 Bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
 SGU dengan hak opsi,
 Perusahaan pembiayaan konsumen, dan
 Perusahaan anjak piutang;
 Cadangan untuk usaha Asuransi
 Termasuk cadangan bantuan sosial yg dibentuk oleh BPJS;
 Cadangan Penjaminan utk LPS;
 Cadangan biaya Reklamasi utk usaha pertambangan;
 Cadangan biaya Reboisasi utk usaha kehutanan; dan
 Cad. by Penutupan & Pemeliharaan Tempat Pembu-angan
limbah industri utk usaha pengolahan limb. Industri
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 16
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 Bank Umum Konvensional


 Besarnya Cadangan :
• 1% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SBI & SUN
• 5% x (Piutang Dlm Perhatian Khusus – nilai Agunan)
• 15% x (Piutang Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih
thd realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 17
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 Bank Umum Syariah


 Besarnya Cadangan :
• 1% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SWBI & SBSN
• 5% x (Piutang Dlm Perhatian Khusus – nilai Agunan)
• 15% x (Piutang Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih
thd realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 18
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Konvensional


 Besarnya Cadangan :
• 0,5% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SBI
• 10% x (Piutang kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih
thd realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 19


NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 BPR Syariah
 Besarnya Cadangan :
• 0,5% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia)
• 10% x (Piutang kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih
thd realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 20


NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bdn Usaha


Lain yg Menyalurkan Kredit :

 Koperasi Simpan Pinjam (KSP)


 Besarnya Cadangan :
• 0,5% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SBI
• 10% x (Piutang kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih
thd realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 21
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bdn Usaha


Lain yg Menyalurkan Kredit :

 PT Permodalan Nasional Madani (Persero)


 Besarnya Cadangan Khusus Penyisihan Pembiayaan:
• 2,5% x (Baki Debet Dlm Perhatian Khusus – nilai agunan)
• 5% x (Baki Debet kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Baki Debet kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Baki Debet Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan cadangan khusus penyisihan
pembiayaan thd realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 22
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih Lainnya:

 SGU dg Hak Opsi


 Plg Tinggi 2,5% x (Rata2 saldo awal & saldo akhir piutang)
 Perusahaan Pembiayaan Konsumen
 Plg Tinggi 5% x (Rata2 saldo awal & saldo akhir piutang)
 Perusahaan Anjak Piutang
 Plg Tinggi 5% x (Rata2 saldo awal & saldo akhir piutang)
 WP scr bersamaan melakukan kegiatan SGU dg hak opsi,
Pemb. Konsumen, d/a Anjak Piutang,
 dihitung berdsrkan besarnya piutang utk masing2 usaha

UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 23


NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Perushaan Asuransi Lainnya:

 Persh. Asuransi Kerugian


 Cadangan Premi Tanggungan Sendiri
• 40% x Jlh Premi Tanggungan Sendiri yg diterima/diperoleh
dlm Thn Pajak ybs
 Cadangan Klaim Tanggungan Sendiri
• 100% x Jlh klaim yg sdh disepakati tetapi blm dibayar dan
klaim yg sdh dilaporkan dan sedang dalam proses, tetapi tdk
termasuk klaim yg blm dilaporkan

 Perush. Asuransi Jiwa


 cadangan premi
• Sesuai dg Penghitungan Aktuaria yg tlh mendapat
pengesahan dari Bapepam-LK
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 24
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Lainnya:

 Cadangan Penjaminan utk LPS


 80% x Surplus yg diperoleh LPS dari kegiatan operasional
selama 1 tahun yg diakumulasikan

 Cadangan Lainnya:
 Nilai cadangan yg sebenarnya dibebankan utk:
• Cadangan biaya Reklamasi utk usaha pertambangan;
• Cadangan biaya Reboisasi utk usaha kehutanan; dan
• Cad. by Penutupan & Pemeliharaan Tpt Pembuangan
limbah industri utk usaha pengolahan limb. Industri
 Apabila setlh berakhirnya masa kontrak terdpt selisih dgn jlh by.
sebenamya, merupakan penghasilan atau kerugian pd tahun ybs
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009 25
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Natura/Kenikmatan yg Deductible Expense

 Pemberian Natura dan Kenikmatan yg Deductible dan


bukan pengh. bagi Pegawai yg menerimanya adl:
 Makanan d/a minuman
 bagi seluruh Pegawai yg berkaitan dgn pelaksanaan
pekerjaan.
 Pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu
 dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk
mendorong pembangunan di daerah tersebut.

 Keharusan dlm pelaksanaan pekerjaan sbg sarana


keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tsb
mengharuskannya
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER - 51/PJ/2009 26
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Natura/Kenikmatan yg Deductible Expense

 N/K di daerah Tertentu:


 Sarana dan Fasilitas di Lokasi Kerja utk:
• tempat tinggal, tmsk perumahan bagi Peg. & keluarganya;

• pelayanan kesehatan;
• pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
• peribadatan;
• pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
• olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf,
power boating, pacuan kuda, dan terbang layang
 Syarat:
 sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia,
sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER - 51/PJ/2009 27
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Natura/Kenikmatan yg Deductible Expense

 Pengertian Daerah Tertentu


 Daerah yg sulit dijangkau dan sapra belum memadai
namun secara ekonomis mempunyai potensi yang layak
dikembangkan
 WP mengajukan permohonan utk ditetapkan sbg Drh Ttt
 Jk wkt sbg Daerah Ttt 5 Th dan dpt diperpanjang 5 Th.
 N/K pada Keharusan dlm Plksn. Pekerjaan meliputi:
 Pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja,
 pakaian seragam petugas keamanan (satpam),
 sarana antar jemput Pegawai, serta
 penginapan untuk awak kapal,
 dan yang sejenisnya
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER-51/PJ/2009 28
Contoh:

PT. ABC membebankan biaya makan di tempat kerja


untuk seluruh karyawannya sebesar Rp 300.000.000
dimana Rp 100.000.000 adalah biaya makan yg
dilakukan di hotel, maka biaya makan yg diperbo;ehkan
secara fiskal adalah sebesar Rp 200.000.000 dan koreksi
fiskal sebesar Rp 100.000.000. hal ini merupakan
koreksi posituf karena mengurango biaya yang akan
menambah laba secara fiskal.

UU PPh Pasal 9 ayat (1) d


29
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Pembayaran Melebihi Kewajaran

Tenaga Contoh :
Ahli Apabila
pihak lain yg
memberikan
Membayar jasa, nilai
Pemegang
Rp 50 Jt trnsaksi adl:
Saham
Memberikan Rp 20 Jt
Jasa Tenaga
Ahli Selisih Rp 30 Jt:
- Bagi PT. B : Non Deductible Exp.
PT. B - Bagi Tenga Ahli (Pemegang
Saham) : Dividen
UU PPh Pasal 9 ayat (1) hurup f; Penjelasa n 30
Contoh:

• PT. D memberikan bantuan kepada PT. S sebesar Rp 100


juta karena kedua perusahaan tsb tidak mempunyai
hubungan usaha dan hubungan kepemilikan maka untk
PT. S bukanlah merupakan penghasilan dan untuk PT. D
bukan juga merupakan biaya untk mendapatkan PKP.

• PT.POT yelah memberikan sumbangan yg diberikan


kepada yayasan keagamaan yg tidak disahkan oleh
pemerintah sebesar Rp 50 juta sebagai biaya. Biaya tsb
harus dikoreksi karena biaya tsb tidak diperbolehkan
mengurangi PKP, sehingga harus dikoreksi fiskal positif.

UU PPh Pasal 9 ayat (1) g


31
REKONSILIASI FISKAL

KETENTUAN LAIN MENGENAI BIAYA FISKAL

Biaya Gabungan
 Dilakukan Pencatatan Terpisah atas Biaya yg
terkait Penghasilan yg :
• bukan objek pajak dan
• dikenakan PPh Final

 Biaya yg digunakan scr bersama namun tidak


dpt dipisahkan secara jelas harus dihitung secara
proporsional

PP No. 138 Tahun 2000 32


REKONSILIASI FISKAL

KETENTUAN LAIN MENGENAI BIAYA FISKAL

Biaya Gabungan – Contoh Kasus

 PT ABC bergerak dibidang usaha perdagangan barang


elektronik. Selain itu PT ABC juga mempunyai gedung yang
disewakan kepada PT XYZ
 Penghasilan dari perdagangan barang elektronik Rp
300.000.000 dengan biaya usaha sebesar Rp 200.000.000
 Penghasilan dari persewaan gedung Rp 100.000.000
dengan biaya perwatan gedung Rp 20.000.000
 Selain itu PT ABC juga mengeluarkan biaya administrasi
untuk mengelola semua aktifitas kegiatan perdagangan
barang elektronik dan persewaan gedung yang tidak dapat
dipisahkan penggunaannya sebesar Rp 9.000.000
 Hitung PPh terutang…!
33

Anda mungkin juga menyukai