Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN PASAL 71 UNDANG-UNDANGNOMOR 10 TAHUN

2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-


UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Oleh :
Anggota Bawaslu Republik Indonesia
LARANGAN DALAM PASAL 71 UU PEMILIHAN

SUBJEK YANG DILARANG OBJEK LARANGAN


Pejabat negara, pejabat daerah, pejabat membuat keputusan dan/atau
aparatur sipil negara, anggota TNI/POLRI, tindakan yang menguntungkan atau
dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah merugikan salah satu pasangan calon
(termasuk penjabat Gubernur atau Penjabat
(Pasal 71 ayat (1) UU Pemilihan)
Bupati/Walikota)
(Yang dimaksud dengan “pejabat negara”
adalah sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai Aparatur
Sipil Negara, Yang dimaksud dengan
“pejabat daerah” adalah yang
sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai
Pemerintahan Daerah )
LARANGAN DALAM PASAL 71 UU PEMILIHAN

SUBJEK YANG DILARANG OBJEK LARANGAN


melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum
Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati tanggal penetapan pasangan calon sampai dengan akhir
masa jabatan kecuali mendapat persetujuan tertulis dari
atau Wakil Bupati, dan Walikota atau Menteri (Pasal 71 ayat (2) UU Pemilihan)
Wakil Walikota (termasuk penjabat
Gubernur atau Penjabat menggunakan kewenangan, program, dan kegiatan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon
Bupati/Walikota, vide Pasal 71 ayat baik di daerah sendiri maupun di daerah lain dalam waktu 6
(enam) bulan sebelum tanggal penetapan pasangan calon
(4) UU Pemilihan) sampai dengan penetapan pasangan calon terpilih (Pasal 71
ayat (3) UU Pemilihan)

(Dalam hal terjadi kekosongan jabatan, maka Gubernur,


Bupati, dan Walikota menunjuk pejabat pelaksana tugas.
Yang dimaksud dengan “penggantian” adalah hanya
dibatasi untuk mutasi dalam jabatan.)
• Gubernur, Bupati, atau
Walikota yang akan
melakukan penggantian
pejabat di lingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi
Pasal 162
atau Kabupaten/Kota, dalam
ayat (3)
jangka waktu 6 (enam)
bulan terhitung sejak
tanggal pelantikan harus
mendapatkan persetujuan
tertulis dari Menteri
Penggantian Pejabat
sebagaimana dimaksud pada
Pasal 71 ayat 2
• Pejabat Struktural meliputi
Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama,
Pejabat Administrator dan
Pejabat Pengawas.
• Pejabat Fungsional yang diberi
tugas tambahan memimpin
satuan/unit kerja meliputi Kepala
Sekolah dan Kepala Puskesmas.
PENGECUALIAN IJIN TERTULIS

• Khusus pengisian Sekretaris Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Sekretaris


Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan (Panwascam)
• Selain Pejabat Struktural meliputi Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas dan Pejabat
Fungsional yang diberi tugas tambahan memimpin satuan/unit kerja meliputi
Kepala Sekolah dan Kepala Puskesmas
Tidak perlu mendapat persetujuan tertulis Menteri Dalam
Negeri
SANKSI
PIDANA
ADMINISTRASI

Pasal 188 “Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur


Dalam hal Gubernur atau Wakil Gubernur, Sipil Negara, dan Kepala Desa atau sebutan
Bupati atau Wakil Bupati, dan Walikota atau lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan
Wakil Walikota selaku petahana melanggar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dipidana
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat dengan dan/atau denda paling sedikit Rpidana penjara
(2) dan ayat (3), petahana tersebut dikenai paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam)
sanksi pembatalan sebagai calon oleh KPU bulan Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau
Provinsi atau Kabupaten/Kota. paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).”

Pasal 190 “Pejabat yang melanggar ketentuan Pasal


Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 71 ayat (2) atau Pasal 162 ayat (3), dipidana dengan
sampai dengan ayat (3) yang bukan petahana pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau
diatur sesuai dengan ketentuan peraturan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling
perundang-undangan. sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau
paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).”
KONSEP PETAHANA
Peraturan KPU No. 18 Tahun 2019 SE Mendagri No. 273/487/SJ tentang
tentang Perubahan kedua atas Penegasan dan Penjelasan terkait
Peraturan KPU No. 3 Tahun 2017 Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
tentang Pencalonan (PILKADA) serentak Tahun 2020
Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil
Pasal 1 angka 20, Bupati, dan Walikota atau Wakil Walikota
Petahana adalah Gubernur atau sebagaimana dimaksud pada Pasal 71 Undang-
Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Undang Nomor 10 Tahun 2016 adalah Gubernur
Bupati dan Walikota atau Wakil atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, dan
Walikota atau Wakil Walikota pada daerah yang
Walikota yang sedang menjabat menyelenggarakan pilkada baik yang mencalonkan
maupun tidak mencalonkan dalam pilkada
PUTUSAN MA TERKAIT PASAL 71
PILKADA BUALEMO TAHUN 2017 PILKADA MAKASSAR TAHUN 2018
Putusan MA No. Putusan MA No. 250K/TUN/PILKADA/2018
570/K/TUN/PILKADA/2016. Salah satu pertimbangan hakim, “sebagai Petahana telah
menggunakan kewenangan, program, dan kegiatan yang patut
Salah satu pertimbangan hakim, “Ketentuan dinyatakan menguntungkan pasangan calon dirinya dan merugikan
Pasal 71 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 2016 kepentingan pasangan calon lain dalam waktu 6 (enam) bulan
sudah cukup jelas mengatur mengenai menentukan sebelum tanggal penetapan pasangan calon. Tindakan Petahana
larangan melakukan mutasi berlaku 6 bulan sebelum tersebut melanggar ketentuan Pasal 71 ayat (3) Undang-Undang
ditetapkan sebagai Pasangan Calon dan sampai masa Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
jabatan berakhir. Bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
yang diatur dalam Pasal 71 ayat (2) yang sanksinya Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
ditentukan dalam ayat (5) Undang-Undang Nomor 10 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-
tahun 2016. Begitu tindakan dilakukan maka Undang juncto Pasal 89 ayat (2) Peraturan Komisi Pemilihan Umum
konsekuasinya lahir dan berakibat hukum. Walaupun Nomor 15 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi
dicabut kembali akibat hukumnya telah ada dalam Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pencalonan
rentang waktu tertentu. Karena itu pelanggaran sudah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
terjadi dan tidak hapus karena dicabut”. dan/atau Walikota dan Wakil Walikota”
Data Dugaan Pidana Pemilihan 2018
• Dari total 155 dugaan tindak
Perbuatan tindak pidana
pidana Pemilihan yang
diteruskan kepada Penyidik
Kepolisian, pelanggaran
62
terhadap Pasal 188
menduduki peringkat pertama
93
yakni sebanyak 62 (40%).

Pasal 188 Lainnya


PELANGGARAN PASAL 71 DALAM TAHAPAN
PADA PEMILU 2018
01 TAHAPAN PERSIAPAN
- Pelanggaran Pasal 71
- Pelanggaran Netralitas Pejabat Negara, Daerah dan Kepala Desa

02 TAHAPAN PENCALONAN
Pelanggaran Netralitas Pejabat Negara, Daerah dan Kepala
Desa

03 TAHAPAN KAMPANYE
- Pejabat negara, pejabat daerah, pejabat aparatur sipil negara, anggota
TNI/POLRI, dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon
- Pelanggaran Netralitas Pejabat Negara dan pejabat Daerah
Putusan Pidana terhadap pelanggaran
Pasal 188
Pidana Dari 75 Putusan Pidana pada
198A
3%
178B178E
3% 3%184
Pemilihan Gubernur, Bupati dan
2% 185A (1) Walikota tahun 2018 terdapat 33
5%
187 (1)
Putusan terkait dengan tindak
6% Pidana Pasal 188 yaitu Pejabat
187 (2)
3%
Negara, Pejabat Daerah, pejabat
Aparatur Sipiul Negara, Anggota
TNI/Polri, dan Kepala Desa atau
187 (3) Sebutan lain/Lurah dilarang
188
53%
11% membuat keputusan dan/atau
tindakan yang menguntungkan
187 A (1) atau merugikan salah satu
10%
pasangan calon
178B 178E 184 185A (1) 187 (1)
187 (2) 187 (3) 187 A (1) 188 198A
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai