Anda di halaman 1dari 35

METODE DAKWAH ERWIN WAHYU

RASULULLAH SAW
FASE
DAKWAH
RASULULLAH SAW

Fase Da’wah di Makkah (13 tahun) Fase Da’wah di Madinah (10 tahun)
FASE
DAKWAH
MAKKA
H
 Tahap pembinaan dan pengkaderan
 Tahap berinteraksi dengan masyarakat

FASE
DAKWAH
MADINAH
 Tahap penyerahterimaan kekuasaan dan
Tathbiq Ahkaamul Islam (pelaksanaan
Syariat Islam)
DAKWAH KEPADA
ORANG
TERDEKAT
 Dalam mengawali langkah dakwahnya, Rasulullah SAW mendatangi
orang-orang terdekat beliau dan secara terang-terangan
mengajak orang-orang Makkah untuk masuk Islam (Lihat: QS al-
Mudatstsir [74]:1-2).
 Rasulullah SAW melakukan kontak dengan orang-orang Makkah
dan mengajarkan mereka al-Quran.
 Satu-persatu dari mereka memeluk Islam, Beliau SAW kemudian
memerintahkan kepada mereka yang lebih dulu memeluk Islam
untuk mengajarkan al-Quran kepada yang lainnya.
 Diantaranya Khabbab bin Arts ra yang mengajarkan Al-Quran
kepada Fatimah binti Khaththab r.ha bersama suaminya (Said bin
Zaid ra).
DAKWAH KEPADA
ORANG
TERDEKAT
 Allah SWT berfirman: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
dan rendahkan dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari kalangan orang-
orang yang beriman” (QS. As-Syu’araa 214-215)

 Perintah Allah SWT agar menyampaikan da’wah kepada kerabat terdekat berarti bahwa
tanggung jawab seorang da’i sebelum keluar rumah untuk berda’wah hendaklah dimulai
dari dirinya, kemudian istri dan anak-anaknya di rumahnya kemudian keluarga yang
terdekat.

 Atas dasar inilah Rasulullah SAW pernah mengundang 45 orang keluarga Bani Hasyim
untuk makan di rumahnya, lalu beliau SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah mengutus aku untuk seluruh ummat manusia dan kepada kalian
khususnya, dan aku menyuruh kepada kamu dengan dua kalimat yang ringan diucapkan
dengan lidah tetapi berat di timbangan yaitu: Bersaksi bahwa tiada ilaah selain Allah dan
aku adalah Rasulullah, dan siapa yang menerima seruanku ini untuk menolongku dalam
menegakkannya” (Lihat Siroh Al-Halabiah 1: 460).
RUMAH ARQAM BIN ABI
ARQAM SEBAGAI PUSAT
PEMBINAAN
 Setelah peristiwa perkelahian Sa‘ad bin Abi
Waqash ra, Rasulullah saw. dan para sahabatnya
menjalankan aktivitas (shalat dan pengkajian
Islam) secara sembunyi-sembunyi di Darul
Arqam (Sîrah al-Halabiyah. jilid I/456).
 Hal itu dilakukan Rasulullah SAW dan para
sahabatnya hingga tibanya dakwah secara
terang-terangan dan i‘lân (ekspose secara
terang-terangan) pada tahun ke-4 setelah
kenabian. (Ibid, jilid I/457).
BERINTERAKSI
DENGAN MASYARAKAT
 Setelah Baginda Nabi saw. membentuk kekuatan kelompok
bersama para sahabatnya, Allah SWT memerintahkan beliau keluar
secara terang-terangan.
 Sebelum dakwah ini digulirkan Umar ra. bertanya kepada
Rasulullah SAW:
"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di pihak yang benar?"
"Benar, ya Umar. Kita berada di pihak yang benar." "Kalau begitu,
kenapa kita harus bersembunyi-sembunyi? Kenapa kita tidak
beribadah di depan orang banyak dan mendeklarasikan Islam
terang-terangan kepada mereka?"
 Kemudian turunlah perintah dakwah secara terang-terangan.
(Lihat: QS al-Hijr [15]: 94).
DAKWAH SECARA
TERANG-
TERANGAN
 Dengan turunnya surat al-Hijr ayat 94, Rasulullah
SAW dan para sahabat turun ke jalan dalam dua
barisan.
 Mereka berjalan mengelilingi Ka’bah sepanjang
siang dalam rangka menunjukan eksistensi Islam.
 Setelah itu Rasul dan para sahabat berdakwah dan
menentang praktik-praktik dari aturan-aturan kota
Makkah.
KAJIAN SECARA
TERBUKA
 Kalau sebelumnya halaqoh-halaqoh atau kelompok-kelompok pengajian
diadakan secara sembunyi-sembunyi di rumah para sahabat dan di Darul
Arqam, maka setelah Hamzah ra dan Umar bin Khatab ra masuk
Islam, pengajian dilakukan secara terbuka di sekitar Ka’bah dengan
lebih intensif.
 Tempat pembinaan dan pengkaderan justru dilakukan di Masjidil
Haram sesuai dengan riwayat dari Shuhaib:
“Ketika Umar masuk Islam kami duduk berkelompok di sekitar
Baitullah” (Sirah Al-Halabiah II: 21).
 Dari Anas ra. Beliau SAW berkata:
“Apabila mereka selesai shalat di pagi hari, mereka duduk berkelompok
membaca Al-Quran dan mempelajari hukum-hukum yang wajib dan
yang sunnah.” (Lihat Majmauz Zawaid I: 32).
MENCELA
PRAKTEK KOTOR
DI MASYARAKAT
 Baginda Nabi SAW dan para Sahabat ra. selalu berdakwah dan
mengambil setiap kesempatan untuk mengungkap kesalahan dari
cara pandang hidup yang selama ini dijalani orang-orang Quraisy.
 Beliau mencela korupsi, mengungkap masalah-masalah sosial, dan
sistem pergaulan kaum Quraisy.
 Salah satu contohnya adalah ketika para Rasulullah SAW dan para
sahabat mencela praktik-praktik kotor ekonomi kaum Quraisy
pada saat itu dengan membacakan firman Allah SWT: “Kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang.” (QS al-Mutaffifin [83]:
1)
MEMBACAKAN
AL QURAN
DI TENGAH
MASYARAKAT
Mereka membacakan Al-Qur'an di tengah-tengah
masyarakat dalam rangka berdakwah dan
menebarkan opini Islam, seperti yang di
lakukan oleh Abdullah bin Mas’ud ra yang
membacakan Al-Qur'an sambil berteriak di
kerumunan aktivitas masyarakat Quraisy hingga
Abdullah bin Mas’ud ra dipukul dan dikeroyok
sampai pingsan (baca: Shirah Ibnu Hisyam).
MENANTANG
PARA PEMIMPIN
QURAISY
 Kelompok Muhammad SAW yang
beranggotakan para Sahabat pun menantang
para pemimpin Quraisy.
 Sebagai contoh, ketika Hamzah ra memeluk
Islam, dia berhadapan dengan Abu Jahal
sambil menantangnya dengan berkata, “Apakah
engkau akan menghinakan kemenakanku
(Muhammad) setelah aku menjadi pengikut
agamanya?”
MENYERANG
ORANG-ORANG ZALIM
Allah SWT telah menyerang orang-orang
zalim, seperti dalam firman-Nya:

‫ت‬‫و‬ ‫ب‬ٍ
َّ َ َ َ‫ت يَ َدا َأيِب هَل‬
‫ب‬ ْ َّ‫َتب‬
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya dia akan binasa.” (QS al-Masad
[111]: 1)
REAKSI
KAFIR QURAISY
 Da’wah pada marhalah ini segera mendapatkan reaksi
keras dari kaum musyrikin. Siksaan dan penganiayaan
datang bertubi-tubi.
 Pengikut Muhammad SAW mulai diuji keimanannya,
sampai sejauh mana kualitas iman mereka setelah 3
tahun mendapat pembinaan di Darul Arqom.
 Rasulullah SAW sendiri ketika sedang sholat di depan
Ka’bah didatangi oleh Uqbah bin Mui’th dan mencekik
leher beliau, sampai kemudian datang Abu Bakar Ash-
Shiddiq ra melerainya sambil berkata:
“Apakah kalian hendak membunuh orang yang berkata
bahwa Allah Tuhanku.” (HR. Bukhari)
PENGADUAN
SAHABAT
KEPADA RASULULLAH
SAW
Para sahabat Rasulullah SAW mendapat penganiayaan
yang bermacam-macam sehingga datanglah Khabab
bin Arts ra menghadap Rasulullah SAW dan berkata:
“Ya Rasulullah, sudah terlalu banyak penganiayaan
yang datang dari kaum musyrikin, mengapa engkau tidak
berdo’a agar Allah menolong kita ? ” Rasul SAW
menjawab: “Lebih berat lagi penderitaan yang dialami
orang-orang mukmin sebelum engkau. Mereka disiksa
dengan sisir besi sehingga terkelupas kulit kepala dan
dagingnya, namun mereka tidak pernah berpaling dari
agamanya”.
PERGOLAKAN
POLITIK
ANTARA PEMIMPIN
ARAB
 Da’wah pada marhalah ini juga merupakan suatu pergolakan
politik antara pemimpin Arab yang terdiri dari para kepala suku
dan qabilah dengan Nabi Muhammad SAW.
 Hal ini terlihat dari ucapan Rasulullah SAW di hadapan tokoh-
tokoh Quraisy:
“Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kepadaku untuk
memberikan peringatan kepada keluargaku yang terdekat, dan
kalianlah orang-orang yang terdekat diantara kaum Quraisy. Dan
aku tidak dapat menolongmu dari sisi Allah di dunia ini dan juga
di akhirat nanti, kecuali apabila kamu mengucapkan ‘Laa ilaaha
illa Allah’ maka bersaksikanlah kamu dengan kalimat ini di sisi
tuhanmu, semua orang Arab akan taat kepadamu” (Lihat Kanzul
Umam 1: 277).
TAWARAN QURAISY
UNTUK
MENGHENTIKAN
DAKWAH
 Beberapa kali pula mereka mendatangi Abu Thalib
agar bersedia membujuk Rasulullah SAW agar
meninggalkan da’wahnya.
 Mereka menawarkan harta, pangkat, kedudukan, dan
wanita cantik, tetapi semua itu ditolak Rasulullah
SAW dengan jawaban:
“Demi Allah! Sekalipun matahari diletakan di tangan
kananku dan rembulan di tangan kiriku, maka aku
tidak akan meninggalkan da’wah ini hingga agama
ini tegak atau aku mati karenanya”.
MENINGGALNYA
ABU TALIB DAN SITI KHADIJAH
RA

 Abu Thalib (pamannya) dan Sayyidati Khadijah


ra (istrinya) meninggal pada tahun 10 kenabian.
 Tahun meninggalnya dikenal sebagai Amul Huzni
(tahun dukacita).
 Dua orang inilah yang setia dan gigih melindungi
dan menyokong da’wah beliau.
 Tekanan dakwah semakin meningkat pasca
meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah ra.
ISRA MI’RAJ
 Isra yaitu perjalanan Nabi SAW di malam hari dari
Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina
yang ditempuh hanya dalam hitungan jam.
 Mi’raj yaitu naik ke langit tertinggi yang disebut Sidratul
Muntaha, puncak pencapaian tertinggi yang tidak ada lagi
setelahnya.
 Di Masjidil Aqsa, Nabi SAW shalat dan menjadi imam
bagi para nabi yang lain. Ini merupakan perintah dari Allah
dan indikasi bahwa beliau SAW akan menjadi pemimpin
bagi seluruh umat manusia.
MERAIH KEKUASAAN
THALABUN
DENGAN
NUSHRAH
DAKWAH KEPADA
AUS DAN KHAJRAJ
 Suatu ketika pada musim haji, datanglah serombongan orang dari suku Aus
dan Khajraj dari Yatsrib (Madinah). Kesempatan ini digunakan oleh
Rasulullah SAW untuk menyampaikan da’wah. Ketika rombongan ini
mendengar ajakan Rasulullah SAW, satu sama lain saling berpandangan
sambil berkata:
“Demi Allah, dia ini seorang nabi seperti yang dianjurkan orang-orang
Yahudi kepada kami.”
 Kemudian mereka menerima da’wah Rasulullah SAW sambil berkata:
“Kami tinggalkan kaum kami disana dan tidak ada pertentangan serta
permusuhan antara kaum kami dengan kaum yang lain, mudah-mudahan
Allah SWT mempertemukan mereka denganmu. Kami akan sampaikan
berita ini kepada mereka. Dan bila Allah mempertemukan mereka
denganmu dan menerima da’wahmu, maka tidak ada lagi orang yang
paling mulia darimu” (Sirah Ibnu Hisyam I: 428).
BAI’AT AQABAH I
 Tahun 12 kenabian, 12 orang dari Madinah
datang dan masuk Islam.
 Mereka membai’at Rasulullah SAW yang isinya:
“Tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak
berzina dan tidak membunuh anak-anak kecil,
tidak berbohong serta tidak menentang Rasulullah
dalam perbuatan ma’ruf”(HR Bukhari).
 Bai’at ini selanjutnya terkenal dengan sebutan
Bai’at Aqabah I.
MUSH’AB BIN
UMAIR
DUTA ISLAM DI

MADINAH
Sekembalinya mereka dari haji, Rasulullah SAW mengutus
seorang sahabat bernama Mush’ab bin Umair ra bersama
mereka ke Madinah untuk mengajarkan Al-Quran dan hukum
agama.
 Karena semakin banyak penduduk Madinah yang masuk Islam
maka Mush’ab bin Umair ra mengirimkan surat kepada
Rasulullah SAW di Makkah tentang keinginannya untuk
mengumpulkan mereka seperti kebiasaan penduduk Yahudi
yang mengumpulkan anak dan istrinya pada hari Sabtu (Hari
Sabbath).
 Rasulullah SAW memberi izin tetapi dilakukan hari Jum’at dan
memerintahkan shalat dua rakaat (Sirah Al-Halabiyah II: 168).
BAI’AT AQABAH II
 Musim haji berikutnya, tahun 13
kenabian, Mush’ab bin Umair ra
kembali ke Makkah bersama 75 orang
Islam.
 Dua diantaranya adalah wanita dan
mereka mengadakan baiat kepada
Rasulullah SAW.
 Baiat ini dinamakan Bai’atul Aqabah II.
BAI’AT AQABAH II
 Isi Bai’at Aqabah II ini pada dasarnya tidak berbeda dengan yang pertama, yaitu mereka
akan tetap berpegang teguh kepada Islam dan berjanji untuk patuh dan taat dengan ikhlas
kepada Allah serta meninggalkan larangan-Nya.
 Namun demikian ada sedikit perbedaan diantara keduanya.
 Pada Bai’at Aqabah I tidak ada isyarat jihad, sedangkan pada Bai’atul Aqabah II
mengandung isyarat tegas tentang kesediaan mereka untuk berjihad dan membela
Rasulullah SAW dengan jalan apapun, dalam rangka da’wah ilAllah.
 Selesai melakukan bai’at Rasulullah SAW menunjuk 12 orang untuk bertindak sebagai
pimpinan masing-masing qabilah mereka.
 Abbas bin Ubadah ra salah seorang dari mereka berkata pada Rasulullah SAW:
“Demi Allah yang mengutusmu dengan benar, bila engkau mengizinkan, kami akan
perangi penduduk Mina besok pagi dengan pedang-pedang kami”.
 Jawab Rasulullah SAW:
“Kita belum diperintahkan untuk itu, dan lebih baik kembalilah ke kendaranmu masing-
masing.” (Sirah Al-Halabiyah II: 176).
MARHALAH TATHBI
Q AHKAAMUL ISLAM
Hijrahnya kaum Muslimin ke Madinah
adalah sebagai awal mula marhalah Tathbiq
Ahkaamul Islam (periode pelaksanaan Syariat
Islam) dengan diproklamirkannya Daulah
Islamiyah sebagai pelaksana hukum Islam
dan sebagai pengemban risalah da’wah ke
segenap penjuru dunia dengan jihad fi
sabilillah.
MEMBANGUN
MASJID
 Tugas pertama yang dilakukan Rasulullah SAW di
Madinah adalah membangun masjid sebagai pusat
kegiatan ummat Islam, tempat shalat tempat
bermusyawarah tempat belajar-mengajar, tempat mengatur
strategi da’wah dan jihad juga tempat menyelesaikan segala
bentuk perselisihan dan sengketa.
 Masjid juga menjadi menjadi tempat pelepasan para
prajurit ke medan jihad dan tempat menyelesaikan
semua urusan umat yang menyangkut ekonomi, hukum
dan sebagainya.
MEMBINA
UKHUWAH
ISLAMIYAH
 Tugas kedua yang dilakukan Rasulullah adalah
mempersaudarakan antara Anshar dan Muhajirin.
 Persaudaraan ini bukan sekedar slogan kosong tanpa
makna, tetapi pesaudaraan yang digambarkan oleh
Rasulullah SAW ibarat satu tubuh, bila salah satu
anggota tubuh tertimpa sakit maka seluruh tubuhnya
merasakan sakit.
 Persaudaraan yang mendarah daging mengalir dalam
tubuh setiap ummat sehingga lenyap sama sekali segala
bentuk fanatisme, golongan, suku dan ras.
MEMBINA
UKHUWAH
ISLAMIYAH
 Rasulullah SAW mempersaudarakan Bilal ra yang berkulit hitam
dari Afrika dan Abu Ruwaim Al-Khutsa’mi ra, Salman Al-
Farisi ra dari Parsi dengan Mush’ab bin Umair ra dan lain
sebagainya.
 Persaudaraan itu sampai batas waris mewarisi harta bahkan istri
(saat itu belum ada larangannya), sebagaimana yang terjadi antara
Sa’ad bin Rabi ra dari kaum Anshar dengan Abdurrahman bin
‘Auf ra dari kaum Muhajirin, sehingga kata Sa’ad bin Rabi ra:
“Aku adalah orang Anshar yang paling kaya, inilah hartaku, aku
bagikan antara kita berdua. Aku punya dua istri, kuceraikan
seorang dan kawinilah olehmu” (Sirah Al-Halabiyah: 292).
MENYUSUN
PIAGAM
PERJANJIAN
 Tugas ketiga yang dilakukan Rasulullah SAW adalah
menyusun piagam perjanjian (watsiqoh). Istilah sekarang
disebut undang-undang dasar.
 Kitab sejarah Ibnu Hisyam menyebut sebagai Undang-
Undang Negara Pemerintahan Islam pertama.
 Watsiqoh ini menyangkut hak dan kewajiban Muslim dan
non Muslim yang tinggal di wilayah kedaulatan Islam,
hubungan Daulah dengan masyarakat atau antara
masyarakat dengan Daulah.
UNDANG-UNDANG
NEGARA
PEMERINTAHAN ISLAM
PERTAMA
1. Persatuan ummat Islam tanpa mengenal perbedaan suku, bangsa dan ras.
2. Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat.
3. Gotong royong dalam segala hal yang bukan untuk kedzaliman, dosa dan
permusuhan.
4. Kompak dalam menentukan hubungan dengan musuh-musuh Islam.
5. Membangun masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya.
6. Melawan orang-orang yang menentang negara dan membangkang
sistemnya.
7. Melindungi orang yang ingin hidup berdampingan dengan orang Islam
dan tidak boleh berbuat dzalim kepadanya.
8. Ummat non Islam bebas melaksanakan agamanya dan tidak boleh
dipaksa masuk Islam serta tidak diganggu harta bendanya.
UNDANG-UNDANG
NEGARA
PEMERINTAHAN ISLAM
9.
PERTAMA
Ummat non-Islam harus ambil bagian dalam pembiayaan daulah sebagai ummat Islam.
10. Ummat non Islam harus saling membantu dengan ummat Islam untuk menolak bahaya
yang mengancam negara.
11. Ummat non Islam harus ikut membiayai perang apabila daulah dalam keadaan perang
dengan negara lain.
12. Ummat Islam dan non Islam tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang
yang memusuhi negara.
13. Warga negara bebas keluar masuk negara selama tidak merugikan negara.
14. Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan prinsip tolong menolong untuk
kebaikan dan ketaqwaan tidak atas dosa dan aniaya.
15. Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh dua kekuatan. Kekuatan ruh (spiritual) yang
imannya kepada Allah SWT, keyakinan akan pengawasan dan perlindungan Allah bagi
orang yang berbuat baik. Begitu pula ditunjang oleh kepemimpinan negara yang
dipimpin oleh Rasulullah SAW.

Dr Musthafa Asy-Syiba’i dalam bukunya “Siroh Nabawiyyah Duruus wal Ibrar”


STRATEGI
POLITIK DAN
1.
MILITER
Mengirim surat kepada kepala-kepala negara/kerajaan, pimpinan
Qabilah/suku yang ada disekitar jazirah Arab seperti kekaisaran Romawi,
Kisra di Persia, Muqauqis di Mesir dan lain-lain untuk mengajak mereka
memeluk Islam.
2. Memaklumatkan perang kepada orang-orang yang menentang da’wah
Islamiyah khususnya kaum Quraisy di Makkah dengan jalan
menghadang kafilah-kafilah dagang yang melewati kota Madinah dan
sekitarnya seperti yang terjadi dalam Perang Badr.
3. Memerangi qabilah-qabilah yang mengkhianati perjanjian damai
bersama kaum Muslimin seperti qabilah-qabilah Yahudi yaitu Bani
Quraidzhah, Bani Qoinuqo, dan Bani Nadhir.
4. Menjadikan Daulah Islamiyah sebagai sesuatu kekuatan yang disegani
dan ditakuti oleh lawan-lawannya
TELADAN
DAKWAH
RASULULLAH SAW
 Dari contoh langkah da’wah Rasulullah SAW sejak
periode Makkah hingga Madinah, bisa disimpulkan
bahwa periode Makkah, beliau lebih bersikap
sebagai seorang Da’i, Mubaligh, Imam, tokoh
politik dan sekaligus pemimpin jama’ah kaum
muslimin.
 Sedang pada periode Madinah, beliau bukan hanya
sebagai seorang Rasul, tetapi juga sebagai kepala
negara pemerintahan Daulah Islamiyah.
METODE
DAKWAH FASE MEKKAH FASE MADINAH
HIJRAH
13 TAHUN
NABI SAW 10 TAHUN
PEMBENTUKAN
KELOMPOK
DAKWAH

II. TAHAP III. TAHAP


I. TAHAP
BERINTERAKSI PENYERAHAN
PEMBINAAN
DENGAN KEKUASAAN
 Rasulullah SAW  Rasulullah SAW  Rasulullah SAW
MASYARAKAT
membina para sahabat menyampaikan dakwah menegakkan Daulah Islam
di rumah al Arqam terang-terangan, menyerang di Madinah
 Rasulullah SAW keyakinan dan sistem kufur,
mengajari para sahabat beserta pendukung- DAKWAH MUSH'AB
shalat dan membaca al pendukungnya BIN UMAIR KE
MADINAH
Quran

THALABUN
NUSHRAH
 Membangun  Menanamkan ideologi ke  Menegakkan pemerintahan
kepribadian Islam pada tengah-tengah masyarakat Islam dengan cara
diri kader dakwah  Menyerang seluruh membaiat seseorang yang
 Membentuk kader & keyakinan dan sistem akan menduduki jabatan
kelompok dakwah masyarakat yang rusak khalifah
 Memperbanyak anggota  Mengungkap makar  Menerapkan hukum Islam
dakwah musuh-musuh Islam dan di dalam negeri dengan
antek-anteknya syamil dan kamil,
mengemban dakwah Islam
DAKWAH SIRRIYAH DAKWAH TERBUKA ke seluruh penjuru dunia

Anda mungkin juga menyukai