PUSTAKA/PERATURAN
Boedi Harsono, Hukum Agraria
Indonesia:Sejarah Pembentukan UUPA dan
Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional,
Penerbit Djambatan.
Hasan Wargakusumah, dkk., Hukum Agraria I,
Gramedia Pustaka Utama.
Maria S.W.Sumardjono, Kebijakan Pertanahan:
antara Regulasi dan Implementasi, Kompas.
Peraturan Perundang-undangan yang terkait
dengan masalah Hukum Agraria.
PENGERTIAN/RUANG LINGKUP
Tanah (Pengertian Teknis): bagian teratas kerak/kulit bumi,
tempat terdapat sumber daya alam yang dapat diusahakan.
Tanah (Pengertian Yuridis): bagian terluar dari bumi atau kulit bumi
yang di atasnya dapat diberikan hak-hak atas tanah bagi perorangan
maupun badan hukum.
Tanah (Pertanian): bagian teratas tanah yang mendukung
pertumbuhan.
Lahan: permukaan bumi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan.
Pertanahan: segala kegiatan yang berkenaan dengan tanah
(perumahan, pertambangan, kehutanan dsb).
Agraria: bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.
Hukum Agraria (UUPA): kelompok berbagai bidang hukum yang
masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber
daya alam tertentu yang termasuk ke dalam pengertian agraria.
Agrarian Law (Black’s Law Dictionary): perangkat peraturan hukum
yang bertujuan mengadakan pembagian tanah-tanah yang luas dalam
rangka lebih meratakan penguasaan an pemilikan tanah
SEJARAH HUKUM
AGRARIA NASIONAL
Pembaruan Agraria :
Suatu proses yang berkesinambungan berkenaan
dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian
dan perlindungan hukum serta keadilan dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia
PRINSIP-PRINSIP PEMBARUAN AGRARIA
(Tap IX/MPR/2001)
1. Memelihara dan mempertahankan keutuhan NKRI;
2. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM;
3. Menghormati supremasi hukum dengan mengakomodasi
keanekaragaman dalam unifikasi hukum;
4. Mensejahterakan rakyat, terutama melalui peningkatan
kualitas SDM Indonesia;
5. Mengembangkan demokrasi, kepatuhan hukum,
transparansi dan optimalisasi partisipasi rakyat;
6. Mewujudkan keadilan termasuk kesetaraan gender dalam
penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sumber daya agraria/ sumber daya alam;
7. Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi manfaat
yang optimal, baik untuk generasi sekarang maupun
generasi mendatang, dengan tetap memperhatikan daya
tampung dan daya dukung lingkungan;
PRINSIP-PRINSIP PEMBARUAN AGRARIA
(Tap IX/MPR/2001)
8. Melaksanakan fungsi sosial, kelestarian dan fungsi
ekologis sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat;
9. Meningkatkan keterpaduan dan koordinasi antar sektor
pembangunan dan antar daerah dalam pelaksanaan
pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam;
10. Mengakui, menghormati dan melindungi hak masyarakat
hukum adat dan keragaman budaya bangsa atas sumber
daya agraria/sumber daya alam;
11. Mengupayakan keseimbangan hak dan kewajiban
negara, pemerintah, masyarakat dan individu;
12. Melaksanakan desentralisasi berupa pembagian
kewenangan di tingkat nasional, daerah propinsi,
kabupaten/kota, dan desa atau yang setingkat, berkaitan
dengan alokasi dan pengelolaan sumber daya agraria/
sumber daya alam.
INTISARI PRINSIP-PRINSIP
PEMBARUAN AGRARIA
• Prinsip Keadilan;
• Prinsip Demokrasi;
• Prinsip Keberlanjutan.
HAK BANGSA
(Pasal 1 UUPA)
A
SEBAGAI B
DASAR /SUMBER
UTAMA
PEMBENTUK SEBAGAI
UUPA PELENGKAP
Dasar : UUPA
- Konsideran Dasar :
Berpendapat Pasal 56 & 58
huruf. A
- Pasal 5
A. Hukum Adat Sebagai Dasar Pembentukan UUPA : sebab bahan-bahan
dasar pembentuk UUPA diambil dari HUKUM ADAT, berupa :
1. Konsepsi Hk. Adat;
2. Asas-Asas Hukum Adat; dirumuskan menjadi norma2 tertulis
3. Lembaga-Lembaga Hk. Adat
komulanistik religius
Memungkinkan penguasaan
tanah secara individual
Tanah ulayat
Adanya hak dengan hak-hak atas tanah
tsb.
bersama Merupakan yang bersifat pribadi,
para angg. karunia sekaligus mengandung unsur
Masy. Hk. Tuhan kpd.
Adat atas Masy. Hk.
kebersmaan
tanah / hak Adat tsb. (Fungsi sosial Ps. 6 UUPA)
(Ps. 1 Ayat (2)
ulayat UUPA)
II. Asas-Asas Hukum Adat :
a. Religiusitas (Ps. 1)
b. Kebangsaan (Ps. 1,2 & 9)
c. Demokrasi (Ps. 9)
d. Kemasyarakatan, pemerataan dan keadilan sosial (Ps. 6,7,10,11 &
13)
e. Penggunaan & pemeliharaan tanah secara berencana (Ps. 4 & 15).
f. Pemisahan Horizontal
Hak Ulayat diakui oleh sistem hukum pertanahan Indonesia (UUPA) sepanjang :
1. tanah tersebut masih ada;
2. Ada tatanan masyarakat adatnya yg menggunakan tanah ulayat tersebut.
3. Sesuai dengan kepentingan nasional dan negara.
Pasal 3 UUPA
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2,
pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak serupa dengan itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut
kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas
persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-
undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi
Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 Amd kedua
Hak Ulayat :
Kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh
masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu
yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk
mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk
tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup
dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara
lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus
antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah
yang bersangkutan.
Kriteria dan penentuan masih ada atau tidak adanya
hak ulayat
Pasal 2:
1. Pelaksanaan hak ulayat sepanjang kenyataannya masih ada dilakukan
oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan
hukum adat setempat;
2. Hak ulayat masyarakat hukum adat dianggap masih ada, apabila
terdapat sekelompok orang yang masih merasa terikat oleh tatanan
hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum
tertentu yang mengakui dan menerapkan ketentuan-ketentuan
persekutuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari;
3. terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para
warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya meng-ambil
keperluan hidupnya sehari-hari; dan
4. terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan
penggunaan tanah ulayat yang berlaku dan ditaati oleh para warga
persekutuan hukum tersebut.
Kekuatan Hak Ulayat
- Diperuntukan Untuk
Kepentingan Bersama Masy.
Hkm. Adat Tsb.
PRIMER SKUNDER
Alas/Dasar Haknya:
1. Konversi dari tanah-tanah ex-BW dan ex
Hukum Adat
2. Hasil Pengelolaan yang tertuang dalam
Perjanjian Pendirian Hak tsb
3. S.K. Pemberian Hak oleh Pemerintah c.q.
BPN
HAK GUNA USAHA
Pengertian : Hak untuk mengusahakan
tanah yang dikuasai oleh negara
Obyek : Tanah Negara
Subyek : WNI, Badan Hukum Indonesia
Penggunaan :
Pertanian (dan Perkebunan), Perikanan,
Peternakan
Dapat dialihkan kepada WNI
Dapat menjadi obyek Hak Tanggungan
HAK GUNA USAHA
Jangka Waktu :
Maks 35 th, perpanjangan 25 th. Pembaruan 35 th,
ketiganya dapat diajukan sekaligus
(Psl 11 PP 40 th 1996)
Alas/Dasar Hak :
1. PMDN no. 6 th 1972 jo Perat. Ka. BPN no. 16 th 1990:
s.d. 100 ha asal tidak dengan Fasilitas Penanaman
Modal diberikan oleh Kanwil BPN
2. Di atas 100 ha oleh Kepala BPN (Ps. 2 - 18 PP
no. 40 th 1996)
HAK GUNA USAHA
Berakhirnya hak :
1. Waktunya berakhir
2. Melanggar syarat pemberian hak
3. Dilepaskan haknya
4. Dicabut haknya untuk kepentingan umum
5. Tanahnya musnah
6. Melanggar Prinsip Nasionalitas
HAK GUNA BANGUNAN
Pengertian : Hak untuk mengusahakan
dan mempunyai bangunan atas tanah
bukan milik sendiri
Obyek : Tanah Negara, Hak Pengelolaan,
Hak Milik
Subyek : WNI, Badan Hukum Indonesia
Penggunaan : Bangunan
Dapat dialihkan kepada WNI
Dapat menjadi obyek Hak Tanggungan
HAK GUNA BANGUNAN
Jangka Waktu :
1. Untuk Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan : Maks 30 th, Perpanjangan
25 th, Pembaruan 30 th. Ketiganya dapat
diajukan sekaligus;
2. Untuk Tanah Hak Milik : Maks. 30 th,
tidak dapat diperpanjang, tetapi dapat
diperbarui
HAK GUNA BANGUNAN
Alas/Dasar Hak :
1. PMDN no. 6 th 1972 sampai dengan 2.000 M2 oleh
Ka. BPN
2. Hak Pengelolaan vide PMDN no. 1 th 1977 jo OMDN 6
th 1972 jo Ps. 22 ayat (2) PP no. 40 th 1996
3. Konversi Tanah ex hak-hak adat
4. Konversi Tanah ex hak-hak barat (hak eigendom, hak
opstal, hak erfpacht kota)
5. Karena perjanjian antara pemegang Hak Milik dengan
seseorang untuk menimbulkan HGB
HAK GUNA BANGUNAN
Berakhirnya Hak :
1. Jangka waktunya berakhir
2. Dihentikan sebelum jangka waktu
berakhir
3. Dilepas oleh pemegang hak
4. Dicabut untuk kepentingan umum
5. Ditelantarkan
6. Tanahnya musnah
7. Melanggar Prinsip Nasionalitas
HAK PAKAI
HAK PAKAI
KEPERDATAAN
KHUSUS
Subyek :
1. Departemen
WNI
2. LPND
Badan Hk Indonesia
3. Pemda
Orang asing penduduk Indonesia
4. Perwakilan
Badan Hk asing
negara
yang
asing
ada izin beroperasi di
5. Indonesia
Lembaga Keagamaan
6. Lembaga Sosial
HAK PAKAI
HAK PAKAI
KEPERDATAAN
KHUSUS
Berakhirnya Hak :
1. Jika
Jangka
tanah
waktunya
sudah tidak
berakhir
dipergunakan lagi, dan
2. harus dikembalikan
Tanahnya musnah pada negara
3. Dicabut untuk kepentingan umum
4. Ditelantarkan
HAK PAKAI
HAK
HAK PAKAI
PAKAI
KEPERDATAAN
KHUSUS
Jangka Waktu Hak :
1. TidakWaktu
Jangka jelas (Ps.Hak
41-43:UUPA)
2. PMDN no. 6 th 1972 : 10 tahun
3. Tidak
Ps. 45 PPterbatas, selama
no. 40 th 1996 : 25 thtanah
dengantsb masih 20 th
perpanjangan
dipergunakan
4. Hak (Ps.Milik
Pakai di atas Hak 45 :ayat
25 th(1) PPpembaruan
dengan no. 40 th: 25
th
1996)
HAK GUNA AIR
Hak untuk memperoleh air untuk
keperluan tertentu dan/atau mengalirkan
air di atas tanah orang lain (Ps. 47 ayat (1)
UUPA)
HAK-HAK ADAT
Hak Agrarische Eigendom, Hak Milik (adat), Hak
Andarbeni, Hak atas Druwe, Hak atas Druwe Desa, Hak
Pesini, Hak Grand Sultan, Hak Landerijenbezitrecht, Hak
Altijddurende Erfpacht, Hak Usaha atas bekas Tanah
Partikelir, dikonversi menjadi Hak Milik, kecuali
melanggar Prinsip Nasionalitas
Dasar Hukum :
1. PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1999
tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian dan Pembatalan Keputusan
Pemberian Hak atas Tanah Negara
2. PMNA/Ka.BPN No. 9 Tahun 1999
tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak atas Tanah Negara
dan Hak Pengelolaan
PENGERTIAN
1. Pemberian Hak atas Tanah : Penetapan
pemerintah yang memberikan suatu hak
atas tanah negara, perpanjangan jangka
waktu, pembaruan hak, perubahan hak,
termasuk pemberian hak di atas HPL
2. Perpanjangan Hak : Penambahan jangka
waktu berlakunya suatu hak atas tanah
tanpa mengubah syarat-syarat dalam
pemberian hak tsb, yang permohonannya
dapat diajukan sebelum jangka waktu
berlakunya hak atas tanah ybs berakhir
PENGERTIAN
3. Pembaruan Hak : Pemberian hak atas tanah
yang sama kepada pemegang hak yang sama
yang dapat diajukan setelah jangka waktu
berlakunya hak ybs berakhir
4. Perubahan Hak : Penetapan pemerintah
mengenai penegasan bahwa sebidang tanah
yang semula dipunyai dengan sesuatu hak atas
tanah tertentu, atas permohonan pemegang
haknya, menjadi tanah negara dan sekaligus
memberikan tanah tsb kepadanya dengan hak
atas tanah jenis lainnya
PENGERTIAN
5. Pembatalan Hak : Pembatalan keputusan pemberian
hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah, karena
keputusan itu mengandung cacat hukum administrasi
dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap
6. Uang Pemasukan : uang yang harus dibayar oleh
setiap penerima hak atas tanah negara sesuai
ketentuan berlaku sebagai pengakuan (recognitie) atas
hak menguasai negara
PENGERTIAN
7. Data Yuridis : keterangan mengenai
status hukum bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar, termasuk
keterangan mengenai adanya bangunan
atau bagian bangunan di atasnya
8. Data Fisik : keterangan mengenai letak,
batas dan luas bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar, termasuk
keterangan mengenai adanya bangunan
atau bagian bangunan di atasnya
PEMBERIAN HAK
Pemberian Hak meliputi :
Hak Milik, HGU, HGB, Hak Pakai atas
Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
Keputusan Pemberian Hak dapat
dilakukan secara :
» Individual
» Kolektif
» Umum
KEWENANGAN KA. KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN/KOTAMADYA
HAK MILIK (HM)
HM tanah pertanian yang luasnya tidak lebih
dari 2 ha
HM tanah non pertanian yang luasnya tidak
lebih dari 2.000m2, kecuali tanah bekas HGU
HM dalam rangka transmigrasi, redistribusi
tanah, konsolidasi tanah, pendaftaran tanah
secara massal, baik dalam rangka pelaksa-
naan pendaftaran tanah secara sistematik
maupun sporadik
KEWENANGAN KA. KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN/KOTAMADYA
Perubahan Hak :
Semua keputusan perubahan hak atas tanah,
kecuali perubahan Hak Guna Usaha (HGU)
menjadi hak lain
KEWENANGAN KA. KANWIL BPN PROPINSI
1. Jual beli;
2. Tukar menukar;
3. Hibah;
4. Pemasukan ke dalam perusahaan;
5. Perbuatan hukum pemindahan hak lainnya
Tujuan Fiskal :
tersedianya informasi pertanahan, untuk perpajakan
Menyediakan informasi atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun,
dan hak-hak lain yang terdaftar;
Tujuan Pemerintah :
tersedianya informasi pertanahan untuk perencanaan pembangunan
Terselenggaranya tertib administrasi pertanahan
ASAS PENDAFTARAN TANAH
Sederhana
Mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan,
terutama para pemegang hak atas tanah
Aman
Pendaftaran tanah dilakukan secara teliti dan cermat sehingga
hasilnya memberi jaminan kepastian hukum
Terjangkau
Memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi
lemah dan terjangkau oleh pihak yang memerlukan
Mutahir
Kelengkapan yang memadai, sinambung pemeliharaan datanya
sehingga menunjukan data yang mutahir
Terbuka
Masyarakat dapat memperoleh keterangan data yang benar
setiap saat.
PENSERTIFIKATAN
HAK ATAS TANAH
Sertifikat adalah :
Surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) huruf C UUPA untuk hak-
hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf,
hak milik atas sarusun dan hak tanggungan yang
masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan
INFORMASI DALAM BUKU
SERTIFIKAT
• Data fisik adalah
keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang
tanah dan satuan rumah susun yang didaftar,
termasuk keterangan mengenai adanya bangunan
atau bagian bangunan di atasnya.