Anda di halaman 1dari 9

NAMA: ERWIN JOSEP SIMAMORA

NIM :D1C221036
PRODI : TEKNIK PERTANIAN
MK : ALSINTAN

DOSEN PENGAMPU : NUR HASNAH AR, S.TP, M.SI


REVIEW JURNAL
ANALISIS TANAH KINERJA PADA AKTIVITAS PENGOLAHAN TANAH SAWAH
SECARA MANUAL DAN MEKANIS
1.Pendahuluan
Padi adalah salah satu tanaman budi daya yang memegang peranan penting bagi masyarakat Indonesia. Totalproduksi padi
saat ini mencapai 78.8 juta ton, yang dihasilkan dari 7.1 juta hektar sawah (BPS,2018). Akantetapiluas sawah mengalami
penurunan dengan laju sebesar 2.62% per tahun pada periode tahun 2013–2018[1].Petani yang terlibat dalam kegiatan usaha tani
mencapai 28.79 % dari total jumlah tenaga kerja. Akantetapi,keterlibatan tenaga kerja di sektor pertanian terus mengalami
penurunan, dengan laju 1.1%pertahunpadaperiode 2010-2017 [1] yang disebabkan oleh beralihnya para petani ke profesi lain,
karena dinilai lebihmenjaminpendapatan finansial.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan produktivitas dan mengatasi permasalahantenaga kerja di
sektor pertanian adalah melalui penerapan mekanisasi pertanian [2]. Penggunaanmekanisasipertanian terbukti dapat
meningkatkan keuntungan usaha tani sebesar 81.61% dan dapat meningkatkanhasilproduksi sebesar 33.83%, jika dibandingkan
dengan kerja secara manual [3]
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa petani masih melakukan aktivitas pengolahan tanah sawahsecaramanual dengan
menggunakan tenaga manusia dan tenaga kerbau, dengan alasan keterbatasankemampuanpengoperasian alat serta kurangnya
alsintan yang tersedia. Penelitian ini bertujuan menganalisis efisiensi kinerjapada aktivitas pengolahan tanah sawah secara manual
dan mekanis.
2.Metode penelitian
2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat penunjang penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data pada penelitian ini yaitumistarukuruntuk mengukur
kedalaman pembajakan, meteran untuk mengukur luas lahan, patok sebagai penandasaatmelakukan pengukuran, gelas ukur untuk
mengukur konsumsi bahan bakar, bola golf sebagai alat bantuuntukmengukur indeks kelunakan, dan stopwatch sebagai alat ukur
waktu saat proses pengolahan tanah. Kemudiandata yang diperoleh dari hasil pengukuran diolah menggunakan Microsoft Excel.
Adapun bahan yangdigunakanpada penelitian ini adalah bahan bakar solar untuk mengoperasikan traktor roda dua. Pada
penelitianinimenggunakan data primer yang diperoleh dari pengukuran secara langsung melalui kuisioner,
wawancarayangdilakukan kepada petani dan turun langsung ke lapangan.

2.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei pengukuran kinerja pengolahan tanah secara langsung. Survei
dilakukan dengan menghimpun data awal, melakukan pengukuran, pengamatanperhitungan,dan menyusun secara sistematis,
kemudian menganalisis data yang didapat. Pengukuran langsung yangdilakukan antara lain pada proses pengolahan tanah yang
meliputi kegiatan pembajakan, penggaruan danpelumpurandengan sumber tenaga manusia, hewan ternak (kerbau dan traktor roda
dua.
3.Hasil dan Pembahasan
3.1 Kinerja Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah secara mekanis dilakukan dengan menggunakan traktor roda dua Yanmar YSTPROXLdengan waktu kerja 7 jam/hari. Dalam
melakukan pengolahan tanah menggunakan traktor roda dua, perlumenggunakan pola-pola tertentu untuk menghasilkan pengolahan tanah yang
efektif dan efisien. Pola pengolahantanah yang dilakukan oleh petani pada aktivitas pembajakan menggunakan kerbau atau traktor roda
duaadalahpola tepi atau melingkar kontinyu, karena memiliki derajat pembelokan yang cukup rendah dibandingkanpolayang lain. Kemudian pola
pengolahan tanah yang dipilih pada aktivitas penggaruan dan pelumpuranadalahpolabolak balik rapat karena memiliki jumlah belokan yang paling
sedikit dengan derajat pembelokanyangtidakterlalu besar. Menurut [7] pola tepi/melingkar kontinyu menghasilkan efisiensi tertinggi setelah pola
spiral yaitusebesar 81.20%, yang artinya perbandingan daya efektif traktor dengan daya teoritis yang dihasilkantidakterlalusignifikan jika
dibandingkan dengan pola pengolahan lainnya.
3.2 Pembajakan
Perhitungan kinerja pembajakan diawali dengan mengukur kapasitas lapang efektif yang didapatkandari hasilpengamatan dan perhitungan
pengolahan tanah secara manual (dengan cangkul dan tenaga hewan), jugapengolahan tanah secara mekanis menggunakan traktor yang dapat
dilihat pada Gambar 2. (a) (b) (c) Gambar 2. Kegiatan Pembajakan dengan (a) Cangkul, (b) Kerbau, dan (c) Traktor Roda DuaBerdasarkan hasil
pengukuran diperoleh rata-rata lebar kerja pembajakan menggunakan cangkul sebesar 0.16m,kerbau sebesar 0.267 m dan traktor roda dua sebesar
0.4 m.
3.3 Penggaruan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh efisiensi penggaruan masing-masing sebesar 45.556%, 25.234%, dan51.571%,
untuk pengolahan tanah menggunakan cangkul, tenaga hewan, dan traktor roda dua. Penggunaantraktor roda dua pada
pengamatan tersebut menunjukkan nilai efisiensi terbesar, karena perbedaanyangtidakterlalu besar antara nilai kapasitas
lapang efektif dan kapasitas lapang teoritisnya. Penggunaan sumber tenagakerbau pada aktivitas penggaruan menunjukan
nilai efisiensi terkecil, karena perbedaan yang cukupbesar antaranilai kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang
teoritisnya, dipengaruhi oleh lebar kerja yang besar padaaktivitas penggaruan. Secara umum nilai efisiensi penggaruan lebih
kecil dibandingkan kegiatan pembajakan,karena perbedaan pola olah tanah juga pemecahan bongkahan tanah yang dapat
dilakukan berulang kali.

3.4 Pelumpuran
Dalam aktivitas pelumpuran, kualitaCs hasil pelumpuran dapat dibandingkan dengan melihat nilai IndeksPelumpuran
(IP) maupun Indeks Kelunakan (IK) hasil pelumpuran yang dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai indekspelumpuran yang didapat
menunjukkan nilai lumpur yang tercipta setelah dilakukan pengolahan tanah(bajakdangaru). Tingkat persentase lumpur lebih
dari 50 % menunjukkan nilai lumpur yang pekat, sehingga baikuntukpertumbuhan padi dan nilai IP yang semakin mendekati
100% menunjukkan pencampuran antara air denganlumpur semakin baik, sedangkan persentase lumpur yang kecil
menunjukkan tanah yang masih encer sehinggatidak baik untuk pertumbuhan padi. Nilai indeks pelumpuran yang didapat
dari pengukuran adalah lebihdari 50%,sehingga kondisi lumpur sudah cukup baik untuk dilakukan proses selanjutnya
3.5 Konsumsi Bahan Bakar
Pengukuran konsumsi bahan bakar pada mesin pertanian (traktor roda dua) dilakukan dengan
metodegelasukur. Sebelum mesin beroperasi, tangki bahan bakar pada mesin diisi hingga penuh sesuai
dengankapasitastangki lalu setelah mesin selesai beroperasi nilai konsumsi bahan bakar pada mesin akan diketahui
denganmengisi kembali (refill) bahan bakar pada tangki mesin dengan menggunakan gelas ukur.
Konsumsi bahan bakar sangat dipengaruhi oleh lamanya pengerjaan suatu luasan lahan.
Semakinlamapengoperasian traktor, maka konsumsi bahan bakar akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Lamanya
pengoperasiantraktor ini tidak terlepas dari kapasitas lapang traktor. Kapasitas lapang efektif terkecil atau
pengoperasiantraktorterlama adalah pada aktivitas pembajakan, yaitu sebesar 0.119 ha/jam dengan konsumsi bahan
bakar sebesar6.3l/ha. Hasil ini sesuai dengan literatur [10], yang menyatakan bahwa semakin lama pengoperasian
traktor, makasemakin tinggi konsumsi bahan bakar.
Selain itu, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi konsumsi bahanbakar yaitu kedalaman pengolahan
dan ketinggian air pengolahan. Semakin dalam peralatan mengolahtanah,maka beban yang ditarik oleh traktor juga
akan semakin besar. Ketinggian genangan pengolahan mempengaruhitingkat kepadatan tanah yang akan diolah. Air
yang cukup akan memperlunak tanah, sehingga bebanyangditarikoleh traktor semakin berkurang. Ketiadaan
genangan pengolahan akan membuat beban traktor menjadi beratyang dapat memperbesar konsumsi bahan bakar.
3.6 Efisiensi Kinerja Pengolahan Tanah
Efisiensi kinerja pengolahan tanah didapat dari rata-rata kapasitas lapang tiap sumber tenaga
padaaktivitaspembajakan, penggaruan, dan pelumpuran. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa
kapasitas lapang efektif terbesaruntuk aktivitas pengolahan tanah adalah pada penggunaan
traktor roda dua, yaitu sebesar 0.168ha/jam,sedangkan kapasitas lapang efektif terkecil adalah
pada penggunaan cangkul, yaitu sebesar 0.006ha/jam.Kapasitas lapang teoritis terbesar untuk
aktivitas pengolahan tanah adalah pada traktor roda dua, yaitu0.298ha/jam dan nilai kapasitas
lapang teoritis terkecil yaitu pada pengolahan tanah menggunakan cangkul sebesar0.013 ha/jam.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa besarnya kapasitas lapang tiap jam dengan tiga
sumber tenagamemperlihatkan perbedaan yang besar. Artinya besar luas lahan yang dapat
diselesaikan dalamsatujamolehtigasumber tenaga berbeda-beda. Penggunaan cangkul sebagai
sumber tenaga merupakan aktivitas pengolahantanah dengan durasi waktu terlama, sedangkan
penggunaan traktor roda dua merupakan aktivitas pengolahantanah dengan durasi waktu tercepat
dibandingkan.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai total efisiensi kinerja terbesar
pengolahantanahadalah menggunakan traktor roda dua yaitu sebesar 56.210%, sedangkan
efisiensi kinerja terkecil adalahpadapengolahan tanah menggunakan kerbau, yaitu sebesar
29.977%. Perbedaan ini terjadi karena pengolahan tanah secara manual menggunakan
kerbau dipengaruhi oleh tenaga yang memiliki keterbatasan dalamwaktukerjaperhari,
sedangkan pengolahan tanah secara mekanis menggunakan traktor roda dua memiliki
kemampuankerjayang lebih tinggi karena menggunakan mesin. Dalam hal ini nilai rata-rata
efisiensi yang didapat dipengaruhi olehaktivitas pengolahan tanah penggaruan dan
pelumpuran. Kegiatan penggaruan dan pelumpuran menghasilkan efisiensi lapang yang
jauh lebih kecil daripada kegiatan pembajakan. Hal ini mempengaruhi rata-rata efisiensi
kinerja pengolahan tanah.
4. Kesimpulan
Analisis efisiensi kinerja pengolahan tanah sawah secara manual dan mekanis dapat
disimpulkanantaralain,hasil efisiensi kinerja pada pengolahan tanah sawah dengan
menggunakan cangkul, kerbau, dan traktor rodaduamasing-masing sebesar 45.556%,
29.977%, dan 56.21%. Efisiensi terbesar diperoleh pada penggunaantraktorroda dua,
sedangkan efisiensi terkecil diperoleh pada penggunaan kerbau. Dalam hal ini efisiensi
pengolahantanah didapat dari nilai rata-rata efisiensi tiap aktivitas pengolahan tanah
pembajakan, penggaruan, danpelumpuran. Kegiatan penggaruan dan pelumpuran
menghasilkan efisiensi lapang yang jauh lebih kecil daripadakegiatan pembajakan. Hal ini
mempengaruhi rata-rata efisiensi kinerja pengolahan tanah

Anda mungkin juga menyukai