Anda di halaman 1dari 33

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN

ADVOKASI PASIEN PADA KASUS


BERKAITAN DENGAN PENYAKIT KRONIS
PADA ANAK SISTEM HEMATOLOGI
(LEUKEMIA)
Dosen Fasilitator:
Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 5 Kelas AJ-2 Angkatan B-24
Arizah Hanani (132111123062)
Sinta Khairunnisa (132111123066)
Ragil Ramadhani (132111123067)
Rizka Yasya Putri (132111123068)
Nadia Rifqi Apif (132111123072)
Vega Juandana (132111123073)
01 02
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

03 04
KONSEP PENGAMBILAN CONTOH KASUS DAN
KEPUTUSAN PEMBAHASAN

05
PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit kronis sistem hematologi yang sering dijumpai pada anak adalah
leukemia. Leukemia, atau biasa dikenal sebagai kanker darah, merupakan salah
satu jenis penyakit pada sistem hematologi berupa keganasan sel darah yang
berasal dari sumsum tulang dan dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Kanker
ini menyerang sumsum tulang karena disanalah leukosit diproduksi. Penyakit
leukemia menyebabkan fungsi sumsum tulang terganggu, sehingga seluruh
kegiatan produksi darah (hematopoesis), yaitu: pembetukan sel darah merah
(eritropoesis), pembentukan sel limfosit (limfopoesis), pembentukan trombosit
(trombopoesis) dan granulopoesis mengalami gangguan. Anak yang menderita
penyakit ini akan mengalami anemia, mudah mengalami perdarahan dan mudah
terkena infeksi (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Leukimia
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang yang biasanya
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih dengan manisfestasinya yang berupa sel-sel abnormal
dalam darah tepi (sel blast) secara berlebihan yang menyebabkan terdesaknya sel darah yang normal
sehingga mengakibatkan fungsinya terganggu. Kanker darah atau biasanya disebut leukemia
merupakan jenis kanker darah yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang berkelanjutan.
Pengobatan kemoterapi yang berkelanjutan selain memberikan efek terapeutik juga memberikan efek
samping pada anak. (P2PTM Kemenkes RI, 2019).

B. Jenis-Jenis Leukemia
Ada berbagai jenis leukemia dan pengobatan yang dilakukan berbeda-beda tergantung pada jenis
leukemia yang dihadapi. Menurut Hospital Authority, 2018 leukemia bisa diklasifikasikan secara
luas menjadi leukemia akut dan kronis. Keduanya bisa diklasifikasikan lagi menurut jenis sel yang
terpengaruh:
1. Leukemia myeloid akut (AML):
kanker sel darah myeloid yang belum dewasa. Merupakan jenis leukemia yang paling umum terjadi pada
orang dewasa. Tingkat pertumbuhan sel kanker ini biasanya cepat dan memengaruhi produksi sel darah
normal pada awalnya. Pasien biasanya akan mengalami gejala rendahnya jumlah sel darah (misalnya anemia,
infeksi karena jumlah sel darah putih yang rendah, pendarahan abnormal karena jumlah trombosit yang
rendah).
2. Leukemia Limfoblastik Akut (ALL):
kanker sel limfoid yang belum dewasa. Lebih sering terjadi pada anak-anak dan merupakan leukemia yang
paling umum diderita oleh anak-anak. Presentasinya mirip dengan AML.
3. Leukemia myeloid kronis (CML):
kanker sel myeloid dewasa yang terkait dengan kehadiran kromosom Philadelphia. Jenis leukemia ini
kebanyakan terdeteksi pada orang dewasa. Sel kanker berkembang pada tingkatan yang relatif lambat,
penyakit di stadium awal mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun.
4. Leukemia Limfositik Kronis (CLL):
kanker sel limfoid dewasa. Sebagian besar diderita oleh individu yang berusia lanjut (>60 tahun). Jenis ini
jarang terjadi pada anak-anak. Sel kanker ini juga ditandai dengan laju pertumbuhan yang lambat. Penyakit di
stadium awal biasanya bersifat asimtomatik
C. Etiologi dan faktor risiko
Leukemia memiliki etiologi yang kompleks, yang melibatkan interaksi antara lingkungan, genetik,
dan faktor risiko lain. Penyakit ini tidak memiliki etiologi tunggal ataupun mekanisme khusus
sebagai penyebabnya. Bukti klinis saat ini menunjukkan bahwa leukemia diakibatkan oleh
perubahan kromosom dan mutasi yang mengganggu proses normal dimana limfoid atau sel
progenitor mieloid berdiferensiasi dan menua.
Berikut ini beberapa faktor risiko leukemia anak menurut (Hariani, 2018) :
1. Paparan pekerjaan orang tua
2. Polusi udara
3. Paparan bahan kimia
4. Radiasi
5. Faktor diet
6. Kerentanan genetik
7. infeksi
D. woc
E. Tanda dan Gejala Leukemia
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2011) tanda dan gejala dari anak dengan
leukemia yaitu
1. Pucat, lemah, anak rewel, nafsu makan menurun
2. Demam tanpa sebab yang jelas
3. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
4. Mata menonjol
5. Kejang sampai penurunan kesadaran
6. Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan atau perdarahan spontan (epistaksis,
perdarahan gusi)
7. Nyeri tulang pada anak. Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat berdiri
dan berjalan, tiba-tiba tidak mau melakukannya lagi, anak lebih nyaman untuk
digendong.
8. Pembesaran testis dengan konsistensi keras
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas
kesehtan yaitu :
1. Puskesmas
● Darah rutin dan hitung jenis (perhatikan kadar haemoglobin dan trombosit yang rendah, kadar leukosit yang
rendah atau meningkat > 100.000/µl, ada tidaknya sel blast, dan hitung jenis limfositer) 2 dari 3 sel darah
tepi.

2. RS Tipe C dan B
● Darah rutin dan hitung jenis
● Foto toraks AP dan lateral
● Aspirasi sumsum tulang
● Pungsi lumbal
● Sitokimia sumsum tulang

3. RS Tipe A
● Darah rutin dan hitung jenis
● Foto toraks AP dan lateral
● Aspirasi sumsum tulang
● Pungsi lumbal
● Sitokimia sumsum tulang
● Imunofenoti ping
● Sitogenetik
G. PENATALAKSANAAN
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2011) penatalaksanaan anak dengan
leukemia yaitu :
1. Penanganan Primer
a. Kemoterapi
b. Terapi radiasi
c. Transplantasi sumsum tulang
2. Penanganan suportif
a. Pemberian tranfusi komponen darah yang diperlukan
b. Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
c. Pemberian nutrisi yang baik dan memadai
d. Pemberian antibiotik, anti jamur, dan anti virus bila diperlukan
e. Pendekatan psikososial
f. Perawatan di ruang yang bersih
g. Kebersihan Oro-anal (mulut dan anus)
BAB III
KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
 
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang
harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang terkait dengan permasalahan
pada tatanan klinik.
B. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
1. Keputusan Strategis
Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan dan perubahan lingkungan yang
bersifat jangka panjang.
● Berikut adalah karakteristik khusus yang terkandung dalam Keputusan Strategis
- Rare, keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus, yang tidak dapat ditiru oleh
organisasi, perusahaan, atau instansi lainnya.
- Consequential, keputusan-keputusan strategis yang memasukan sumber daya penting dan
menuntut banyak komitmen dari instansi terkait
- Directive, keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang dapat ditiru untuk
keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan di masa yang akan datang untuk organisasi
secara keseluruhan.
2. Keputusan Administratif / Taktik
Keputusan Administratif / Taktik adalah keputusan yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya (keuangan, teknik).
3. Keputusan Operasional
Keputusan Operasional adalah keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan operasional sehari-hari. Keputusan ini diambil oleh
manajemen bawah.
C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan
Menurut Teerry faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan, yaitu :
1. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang emosional maupun yang
rasional perlu diperhitungkan dlam pengambilan keputusan.
2. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan setiap
keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, teteapi harus lebih
mementingkan kepentingan.
3. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-alternatif
tandingan.
4. Pengambilan keputusan merupakan tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
5. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
6. Dierlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
7. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
8. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari segi kegiatan mata rantai
berikutnya.
D. Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
1. Dapat di bedakan dengan jelas antara pengambilan keputusan dengan pemecahan masalah.
2. Pengambilan keputusan harus selalu dilihat dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan yang hendak di
capai.
3. Sebab pengambilan keputusan sering mengandung faktor mereka maka selalu diperlukan data
penunjang dan analisa yang konprehensif dalam mengambil suatu keputusan.
4. Pimpinan tidak haya mau mengambil keputusan, tetapi juga bertanggung jawab atas segala
tindakan keputusan itu.
E. Dasar dalam Pengambilan Keputusan
George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan, yaitu :
5. Intuisi
6. Pengalaman
7. Wewenang
8. Fakta
9. Rasional
F. Definisi Etika Keperawatan
Etika merupakan salah satu aturan yang mengatur hubungan antara perawat-pasien. Etika
berasal dari kata yunani, yaitu “ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan mengenai hal yang harus
dilakukan.
G. Tujuan Etika Keperawatan
Menurut American Comission Bureau on Teaching, tujuan dari etika keperawatan adalah :
● Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.
● Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan.
● Menghubungkan prinsip moral yang baik yang dapat dipertanggungjawabkan pada diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan Tuhan.
H. Pendekatan dalam Etika Keperawatan
1. Metode otoritas
2. Metode consensus hominum
3. Metode pendekatan intuisi atau self-evidence
4. Metode argumentasi
I. Tipe Etika
Tipe-tipe etik keperawatan dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Bioetik
Bioetik merupakan studi tentang permasalahan dalam etik yang berhubungan dengan masalah
biologi dan pengobatan.
2. Clinical Ethic (Etik Klinik)
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan masalah etik selama pemberian
pelayanan kesehatan pada klien.
3. Nursing Ethic (Etik Keperawatan)
Etik keperawatan dapat diartikan sebagai landasan yang dipakai dalam pelaksanaan praktik
keperawatan yang mengarah pada tanggung jawab dan moral.

J. Prinsip Etik
Terdapat 7 prinsip utama dalam etika yang dianut dalam memberikan pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Prinsip Autonomy (Otonomi)
2. Prinsip Beneficience (Kebaikan
3. Prinsip Justice (Keadilan)
4. Prinsip Veracity (Kejujuran)
5. Prinsip Fidelity (Komitmen)
6. Prinsip Non-Maleficence (Tidak Merugikan)
7. Prinsip Confidentiality (Kerahasiaan)
K. DILEMA ETIK
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu situasi
dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.
1. Langkah-langkah pengambilan keputusan dalam dilema etik
6 pendekatan yang dapat dilakukan orang saat akan mengambil keputusan dalam dilema etik, sebagai berikut :
- Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
- Menentukan isu-isu etika dari fakta
- Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilema
- Menentukan alternative yang tersedia dalam memecahkan dilema
- Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative
- Menetapkan tindakan yang tepat
2. Model pemecahan masalah
- Mengkaji situasi
- Mendiagnosa masalah etik moral
- Membuat tujuan dan rencana pemecahan
- Melaksanakan rencana
- Mengevaluasi hasil
3. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 2004)
- Mengembangkan data dasar
- Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi
- Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir
atau konsekuensi tindakan tersebut
- Menentukan siapa yang terlibat dalam massalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat
- Mengidentifikasi kewajiban perawat
- Membuat keputusan
4. Model murphy dan murphy
- Mengidentifikasi masalah kesehatan
- Mengidentifikasi masalah etik
- Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
- Mengidentifikasi peran perawat
- Mempertimbangkan berbagai alternataif yang mungkin dilaksanakan
- Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternative keputusan
- Memberi keputusan
- Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien
- Analisa situasi hingga hasil actual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk
membantu membuat keputusan berikutnya.
5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)
- Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual
- Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
- Mengidentifikasi issue etik
- Menentukan posisi moral pribadi dan professional
- Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
- Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
L. Informed Consent
Informed consent terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti informasi atau
keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi
informed consent adalah persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi.
BAB IV
CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus

Pada hari Selasa pagi, Tn. A (48 tahun) dan Ny. B (45 tahun) datang membawa An. C (12 tahun)
ke RSUD Goeteng Taroenadibrata dengan kondisi lemas. Ny. B mengatakan anaknya sering
mimisan dan tidak mau makan, kulit An. C timbul kemerahan. Sebelumnya An. C memang telah
didiagnosis leukemia tetapi masih tahap awal. Tn. A dan Ny. B jarang membawa An. C untuk
pemeriksaan secara rutin karena mereka merasa dengan meminum obat sudah cukup, ternyata
An. C juga tidak meminum obat secara rutin sehingga kondisinya memburuk. Dilakukan
pemeriksaan An. C sudah memasuki stadium lanjut. Dokter menganjurkan untuk melakukan
transplantasi sumsum tulang untuk menolong kondisi An. C. Transplantasi sumsum tulang
dengan saudara lebih tinggi kecocokannya dibandingkan dengan orangtua. Orangtua bingung
untuk menyetujuinya atau tidak karena kakak An. C baru berusia 18 tahun dan baru sembuh
dari penyakit demam berdarah dan asma. Orangtua takut kakak An. C kambuh dari sakitnya
atau kondisinya memburuk sedangkan orangtua juga tidak ingin An. C terlambat ditangani.
Setelah ditanyakan kepada pendonor (kakak An. C) ia bersedia untuk melakukan transplantasi
kepada adiknya, namun orangtua An. C masih belum merelakan anak pertamanya
mendonorkan karena takut memperburuk kondisi kesehatannya juga.
B. Penyelesaian kasus

Sesuai dengan langkah-langkah pemecahan etik model Murphy dan Murphy (dalam Dede, 2019):

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan

Pada kasus tersebut disimpulkan bahwa An. C membutuhkan tindakan transplantasi sumsum tulang
dari saudara kandungnya. An. C memiliki saudara kandung yaitu seorang kakak.
Dokter wajib memberitahukan terhadap pendonor maupun penerima transplantasi berkaitan dengan
tujuan tindakan, prosedur, akibat dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi karena tindakan
Pada kasus tersebut pendonor (kakak An. C) bersedia untuk melakukan transplantasi sumsum
tulang maka dokter memberikan informasi mengenai prosedur pemeriksaan kecocokan sumsum
tulang serta prosedur transplantasi terhadap pendonor maupun penerima.
A. Bone Marrow Puncture (BMP)
Pemeriksaan pengambilan sumsum tulang (Bone Marrow Punction/BMP) dilakukan untuk
mendapatkan specimen yang digunakan untuk menilai morfologi sel sumsum tulang.
B. Transplantasi sumsum tulang (BMT)
Transplantasi sumsum tulang, disebut juga bone marrow transplant, atau transplantasi sel punca
merupakan proses pemberian sel sumsum tulang yang sehat yang berasal dari pendonor kepada
pasien yang membutuhkan.
2. Mengidentifikasi masalah etik
Tn. A tidak menyetujui pelaksanaan tindakan transplantasi sumsum tulang pada kedua anaknya karena
khawatir terjadi hal buruk pada kedua anaknya. Tn. A khawatir dengan kondisi anak pertamanya menjadi
memburuk namun Tn. A juga mengkhawatirkan kondisi An. C.
3. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
- Tn. A sebagai kepala keluarga.
- Ny. B sebagai ibu dari An. C.
- An. C perlu dilibatkan terkait kondisinya dan tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.
- Kakak An. C sebagai pendonor.
- Dokter sebagai pembuat keputusan medis klien yang memahami bagaimana risiko dan kemungkinan
yang dapat dialami baik pendonor maupun penerima.
- Perawat sebagai yang bertanggung jawab dalam perawatan klien yang merawat, mengetahui risiko dan
kemungkinan yang dapat terjadi baik pada pendonor maupun penerima.
4. Mengidentifikasi peran perawat
Perawat memiliki banyak peran penting dalam mendukung keberhasilan proses pelayanan kesehatan
terhadap klien, salah satunya yang dibutuhkan dalam kasus di atas adalah peran sebagai advokat.
5. Mempertimbangkan berbagai alternatif yang mungkin dilakukan
Pada kasus tersebut alternatif lain yang memungkinkan untuk dilakukan adalah kemoterapi, namun
mengingat leukemia An. C sudah memasuki stadium lanjut, transplantasi sumsum tulang adalah
penatalaksanaan dengan potensi manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan penatalaksanaan yang
lain termasuk kemoterapi.
6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
Transplantasi sumsum tulang tidak dapat dilakukan oleh orang yang memiliki perbedaan
genetik sehingga sulit menemukan kecocokan genetik dengan penderita.

7. Pemberi keputusan
Tn. A sebagai kepala keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam kasus ini.

8. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut sehingga seusai dengan


falsafah umum untuk perawatan klien
Perawat memberikan pelayanan agar klien dan keluarga dapat mengambi keputusan secara
tepat dan tidak ada paksaan melalui tukar pendapat.

9. Analisa status dan hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya
Orangtua tidak yakin dengan tindakan transplantasi yang akan dilakukan pendonor (kakak
An. C) karena ia baru saja sembuh dari sakit demam dan asma.
V. Penutup
A. KESIMPULAN
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang yang biasanya
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih dengan manisfestasinya yang berupa sel-sel abnormal dalam
darah tepi (sel blast) secara berlebihan yang menyebabkan terdesaknya sel darah yang normal sehingga
mengakibatkan fungsinya terganggu. Kanker darah atau biasanya disebut leukemia merupakan jenis
kanker darah yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang berkelanjutan. Pengobatan kemoterapi
yang berkelanjutan selain memberikan efek terapeutik juga memberikan efek samping pada anak. (P2PTM
Kemenkes RI, 2019). Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2011) tanda dan gejala dari anak dengan
leukemia yaitu Pucat, lemah, anak rewel, nafsu makan menurun, Demam tanpa sebab yang jelas,
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, Mata menonjol, Kejang sampai penurunan kesadaran,
Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan atau perdarahan spontan (epistaksis, perdarahan gusi) , Nyeri
tulang pada anak.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa terhadap penyakit leukemia sehingga dapat
dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan.

2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah pengetahuan mengenai leukimia
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai