Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan 14

Perkembangan
z

Terakhir Dalam Etika


Bisnis dan Profesi
z
Title Lorem Ipsum Dolor

Lorem Ipsum dolor sit amet. Maecenas porttitor congue Lorem Ipsum dolor sit amet. Proin pharetra nonummy
massa. Proin pharetra nonummy pede. Mauris et orci. pede. Mauris et orci.

2017 2018 2019

Lorem Ipsum dolor sit amet. Proin pharetra nonummy


pede. Mauris et orci.
z
Perkembangan Etika Bisnis di
Indonesia
 Profesi bisnis belum dianggap sebagai profesi yang luhur.

 Disebabkan oleh pandangan masyarakat yang menganggap bahwa bisnis adalah usaha
yang kotor.

 Itulah sebabnya bisnis selalu mendapatkan konotasi jelek, sebagai kerjanya orang-orang
kotor yang disimbolkan lintah darat yaitu orang yang mengeruk keuntungan secara tidak
halal menghisap darah orang lain.

 Banyak pebisnis yang menawarkan barang tidak bermutu dengan harga tinggi,
mengakibatkan citra bisnis menjadi jelek.

 Selain itu juga banyak pebisnis yang melakukan kolusi dan nepotisme dalam
memenangkan lelang, penyuapan kepada para pejabat, pengurangan mutu untuk
medapatkan laba maksimal, yang semuanya itu   merupakan bisnis a-moral dan tidak etis
dan menjatuhkan citra bisnis di Indonesia.
z
 Rusaknya citra bisnis di Indonesia tersebut juga diakibatkan adanya pandangan
tentang bisnis di masyarakat kita, yaitu pandangan praktis-realistis dan bukan
pandangan ideal.

 Pandangan praktis-realistis adalah pandangan yang bertumpu pada kenyataan


yang berlaku umum pada saat ini.

 Pandangan ini melihat bisnis sebagai suatu kegiatan di antara manusia untuk
memproduksi, menjual dan membeli barang dan jasa untuk memperoleh
keuntungan.

 Lain halnya dengan pandangan ideal, yaitu melakukan kegiatan bisnis karena
dilatarbelakangi oleh idealisme yang luhur.

 Menurut pandangan ini bisnis adalah suatu kegiatan di antara manusia yang
menyangkut memproduksi, menjual dan membeli barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat
z
Perkembangan Terakhir dalam Etika
bisnis dan profesi

 1.   Fase pengertian teologis (etika teologis)

 Pada perkembangan generasi pengertian pertama, semua


sistem etika berasal dari sistem ajaran agama.

 Semua agama mempunyai ajaran-ajarannya sendiri-sendiri


tentang nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang baik dan buruk
sebagai pegangan hidup bagi para penganutnya
z
 2.   Fase pengertian ontologis (etika ontologis)

 Dalam perkembangan kedua, sistem etika itu lama kelamaan juga dijadikan oleh
para filosof dan agamawan sebagai objek kajian ilmiah.

 3.   Fase pengertian positivis (etika positivist)

 Dimulai pada permulaan abad ke 20, orang mulai berpikir bahwa sistem etika itu
tidak cukup hanya dikaji dan dikhutbahkan secara abstrak dan bersifat umum,
tetapi diidealkan agar ditulis secara konkrit dan bersifat operasional.

 Dalam perkembangan generasi ketiga ini, mulai diidealkan terbentuknya sistem


kode etika di pelbagai bidang organisasi profesi dan organisasi-organisasi
publik.
z
 4.   Fase pengertian fungsional (etika fungsional).

 a.   Etika Fungsional Tertutup Tahap perkembangan generasi pengertian etika


yang terakhir itulah yang saya namakan sebagai tahap fungsional, yaitu bahwa
infra-struktur kode etika itu disadari harus difungsikan dan ditegakkan dengan
sebaik-baiknya dalam praktik kehidupan bersama.

 Untuk itu, diperlukan infra-struktur yang mencakup instrumen aturan kode etik
dan perangkat kelembagaan penegaknya, sehingga sistem etika itu dapat
diharapkan benar-benar bersifat fungsional.

 b.   Etika Fungsional Terbuka Namun demikian, menurut Ketua Dewan


Kehormatan Penyelenggara Pemilu 2012-2017 ini, semua infra-struktur kode etik
dan sistem kelembagaan penegakan etika tersebut di atas dapat dikatakan sama
sekali belum dikonstruksikan sebagai suatu sistem peradilan etika yang bersifat
independen dan terbuka sebagaimana layaknya sistem peradilan modern.

Anda mungkin juga menyukai