Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI ISTISHNA’

DISUSUN OLEH :

Zuhrina Musyraofah 195231095

Afredo Okta Riady 195231115


Ramadhanti Sekar K 195231131
PENGERTIAN

Akad Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli atau mushtashni’) dan penjual (pembuat atau shani’). Akad istishna’ biasanya
digunakan dalam transaksi di perbankan syariah karena merupakan kegiatan
pembiayaan dalam perbankan syariah. Akan tetapi akad ini tidak hanya bisa dilakukan
dalam perbankan syariah (antara individu dan lembaga) namun akad ini juga bisa
dilakukan antar individu yang melakukan kegiatan transaksi jual beli khususnya jual
beli istishna’.
Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pemesanan harus memenuhi kriteria:

1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.


2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan, bukan produk masal.
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Dalam akad Istihna, spesifikasi yang dipesan harus jelas. Bila produk yang
dipesan adalah rumah maka luas bangunan, model rumah, dan spesifikasi lainnya
harus jelas.Untuk memulai transaksi melalu akad Istihsna penjual dan pembeli
harus melalu kesepakatan dahulu baru bisa lanjut ketahap selanjutnya.
Pembeli mempunyai hak untuk Setelah akad disepakati untuk
memperoleh jaminan dari penjual membatalkanya dengan cara :
atas :
1.Jumlah yang telah dibayarkan 1.Kedua belah pihak setuju untuk
2.Penyerahan barang sesuai dengan menghentikannya.
spesifikasi dan tepat waktu 2.Akad batal demi hukum karena
Barang pesanan harus sesuai dengan timbul kondisi hukum yang dapat
karakteristik yang telah disepakati, menghalangi pelaksanaan.
apabila barang pesanan yang Akad berakhir apabila kewajiban
diserahkan salah atau cacat maka kedua belah pihak telah terpenuhi
penjual harus bertanggung jawab atau kedua belah pihak bersepakat
atas kelalaiannya. untuk menghentikan akad.
JENIS
1.Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
2.Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan
pemesan. Syaratnya akad istishna’ pertama (antara pemesan dan penjual) tidak
bergantung pada istishna kedua (antara penjual dan pemasok).Akad antar pemesan
dan penjual harus terpisah tidak boleh mengakui keuntungan yang sudah didapat.
DASAR SYARIAH
Sumber hukum akad istishna’
Amr bin ‘Auf berkata :

“Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang


mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terkait
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram”
Abu Sa’id al-Khudri berkata : “Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun
orang lain.” (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Rukun dan ketentuan akad istishna’
Rukun istishna’ ada tiga, yaitu :

1.Pelaku akad. Pelaku akad ada 2 yaitu penjual (pihak yang memproduksi atau
menyediakan barang pesanan) dan pembeli (pihak yang membutuhkan dan memesan
barang)

2.Objek akad, berupa barang atau jasa (mashnu’) yang akan diserahkan dan modal
istishna’ yang berbentuk harga (tsaman).

3.Shigah, yaitu ijab dan qabul.


Berakhirnya akad istishna’
Kontrak istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut :

1.Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.


2.Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak .
3.Pembatalan hukum kontrak. Hal ini dilakukan jika muncul sebab yang masuk akal
untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing
pihak bisa menuntut pembatalannya.
P E R L A K U A N A K U N TA N S I
(P S A K 10 4 )
 Akuntansi untuk Penjual
1. Beban pra akad akan diakui sebagai beban tanggguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. Apabila
akad tidak disepakati maka biaya tersebut akan dibebankan pada
periode berjalan.
2. Biaya perolehan istishna’ terdiri atas :
• Biaya langsung.
• Biaya tidak langsung.
• Khusus untuk istishna’ paralel, seluruh biaya akibat
produsen/kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada.
3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan 2 metode berikut
• Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika
proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
•Metode presentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan
seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna’.
Dari kedua metode ini PSAK 104 menyarankan penggunaan metode persentase
penyelesaian, kecuali jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya
penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional maka digunakan akad selesai.
4. Dalam metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok, dan
keuntungan sampai pekerjaan telah dilakukan. Pendapatan diakui pada periode dimana
pekerjaan telah selesai dilakukan.
5. Dalam metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan diukur sebesar bagian
nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan,
• Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan (biasanya
menggunakan estimasi). pengeluaran biaya yaitu, membandingkan dengan total
biaya. Selanjutnya, persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad.
•Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan.

Persentase penyelesaian =
Pengakuan pendapatan = persentase penyelesaian nilai akad
Pengakuan margin = persentase penyelesaian nilai margin
(nilai margin = nilai akad – total biaya)
6. Dalam metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan
istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan pada aset
istishna’ dalam penyelesaian.
Jurnal : Db.Aset istishna xxx
Db.beban istishna xxx
Kr.pendapatan istishna xxx
7. Untuk metode persentase penyelesaian, harga pokok istishna’ diakui
sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
Jurnal : Db.Aset Istishna xxx
Db.Beban Istishna xxx
Kr.Pendapatan istishna xxx
8. Jika besar kemungkinan bahwa total biaya perolehan istishna’ akan
melebihi pendapatan istishna’ maka, taksiran kerugiannya harus segera
diakui.
Jurnal: Db.Beban Istishna xxx
Kr.Aset Istishna xxx
Kr.Pendapatan Istishna xxx
9. Pada saat penagihan, baik metode persentase penyelesaian maupun akad
selesai, akan menggunakan akun termin istishna’. Akun tersebut akan
disajikan sebagai akun pengurang dari akun aset istishna’ dalam
penyelesaian.
Jurnal : Db.piutang isitshna xxx
Kr.Termin istishna xxx
10. Pada saat penerimaan tagihan
Jurnal : Db.Kas xxx

Kr.Piutang Istishna xxx


11. Penyajian

Berikut ini poin-poin yang disajikan penjual dalam laporan keuangan


• Piutang istishna’, berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir.
• Termin istishna’, berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan
termin penjual kepada pembeli akhir.
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan transaksi istishna’ berikut ini dalam laporan
keuangan, tetapi tidak terbatas pada :
•Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak
istishna’
•Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak
yang sedang berjalan
•Rincian piutang istishna’ berdasarka jumlah, jangka waktu, dan kualitas
piutang.
•Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
Akuntansi untuk Pembeli

1. Untuk pembayaran tunai atas pesanan istishna’Pembeli mengakui aset


istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual, sekaligus utang istishna’ kepada penjual.
Jurnal : Db.Aset Istishna xxx
Kr.Utang xxx
2. Pada saat aset istishna’ selesai dibangun maka, pembeli akan melakukan
pembayaran terakhir dan melaksanakan serah terima atas aset istishna’.
Jurnal : Db.Aset Istisnha xxx
Kr.Utang xxx
Db.Aset tetap xxx
Kr.Aset Istishna xxx
Pembayaran istishna’ secara tangguh

1. Jika aset istishna’ yang diperoleh melaui transaksi istishna’ dengan


pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan
tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna’
tangguh dan biaya peolehan tunai diakui sebagai beban istishna’ tangguh
Jurnal : Db.Aset xxx
Db.Beban Istisnha xxx
Kr.Utang Istishna xxx
2. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan
porsi pelunasan utang istishna’ pada saat pembayaran utang.
Jurnal : Db.Utang kepada penjual xxx
Kr.Kas xxx
Db.Beban Istishna xxx
Kr.Istinha Tangguh xxx
3. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesyai
dengan spesifikasi dan belum memperoleh kembali seluruh jumlah uang
yang telah dibayarkan kepada penjual maka, jumlah yang belum diperoleh
kembali diaui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual, dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Jurnal : Db.Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Kr.Aset Istisnha xxx
4. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, makka barang pesanan tersebut diukur dengan ilai yang lebih
rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
Jurnal : Db.Aset tetap xxx
Db.Kerugian xxx
Kr.Aset Istishna xxx
Akuntasi Terkait dengan Garansi

Sebagai jaminan atas kualitas pesanan, maka penjual akan membuat bank
garansi dalam persentase tertentu atas nilai proyek. Misalnya, terjadi
kelalaian atau kesalahan oleh penjual sehingga barang yang
diserahterimakan mengalami kerusakan atau kesalahan spesifikasi dan
mengakibatkan kerugian bagi pembeli.
Jurnal : Kr.(Penjual)Beban garansi kas xxx

Db.(Pembeli)Kas pendapatan lain xxx

Anda mungkin juga menyukai