Anda di halaman 1dari 10

MATERI MUATAN

KONSTITUSI
Henc van Maarseveen dan Ger van Tang dalam sebuah studinya
terdapat konstitusi-konstitusi di dunia dan yang dituangkan dalam
buku dengan judul Writen Constitution, antara lain mengatakan
bahwa:
1. Constitution as a means of forming the state’s own political and
legal system;(Konstitusi sebagai sarana pembentuk sistem
politik dan hukum negara itu sendiri).
2. Cosntitution as a national document dan as a birth certificate
dan bahkan as a sign of adulthood and independence.
(Konstitusi sebagai dokumen nasional dan sebagai akta
kelahiran dan bahkan sebagai tanda kedewasaan dan
kemerdekaan).
Kedua ahli Hukum Tata Negara Belanda di atas mengatakan, bahwa
selain sebagai dokumen nasional, konstitusi juga sebagai alat
untuk membentuk sistem politik dan sistem hukum negaranya
sendiri.
Itulah sebabnya, menurut A.A.H. Struycken Undang-
Undang Dasar (grondwet) sebagai konstitusi tertulis
merupakan sebuah dokumen formal yg berisi:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau;

2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan


ketatanegaraan bangsa;
3. Pandangan totoh-tokoh bangsa yg hendak
diwujudkan, baik waktu sekarang maupun untuk masa
yg akan datang;
4. Suatu kegiatan, dengan mana perkembangan
kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
Apabila masing2 materi muatan tersebut kita kaji, maka
kita dapat menarik kesimpulan bahwa di samping
sebagai dokumen nasional dan tanda kedewasaan dari
kemerdekaan sebagai bangsa, konstitusi juga sebagai
alat yg berisi sistem politik dan sistem hukum yg hendak
diwujudkan.
Dalam kaitan ini, Wheare mengemukakan adanya dua
pendapat yg berbeda satu sama lain. Pertama, ada yg
menganggap bahwa konstitusi semata-mata hanya
dokumen hukum dan isinya hanya berupa aturan-aturan
hukum saja, tidak lebih dari itu.
Kedua, pendapat yg mengatakan bahwa konstitusi tidak
hanya berisi kaidah-kaidah hukum saja, akan tetapi berisi
pernyataan tentang keyakinan, prinsip-prinsip, dan cita-
cita.
Lebih lanjut Wheare mengatakan bahwa sifat yg khas dan
mendasar dari bentuk konstitusi yg terbaik dan ideal adalah
konstitusi ia harus sesingkat mungkin untuk
menghindarkan kesulitan-kesulitan para pembentuk UUD
dalam memilih mana yg penting dan harus dicantumkan
dalam konstitusi dan yg tidak perlu pada saat mereka akan
merancang suatu UUD, sehingga hasilnya akan dapat
diterima baik oleh mereka yg akan melaksanakan maupun
pihak yg akan dilindungi oleh UUD tertentu.
Menurut M.r J.G Steenbeek, sebagaimana dikutip Sri
Soemantri dalam disertasinya menggambarkan
secara lebih jelas apa yg seharusnya menjadi isi dari
konstitusi. Pada umumnya suatu konstitusi berisi
tiga hal pokok, yaitu:

Pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi


manusia dan warga negaranya;

Kedua, ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu


negara yg bersifat fundamental;

Ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas


ketatanegaraan yg juga bersifat fundamental.
Dengan demikian, apa yg di atur dalam setiap
konstitusi merupakan penjabaran dari ketiga
masalah pokok tersebut.
Menurut Miriam Budiardjo, Setiap UUD memuat
ketentuan-ketentuan mengenai:
1. Organisasi negara, misalnya pembagian
kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif: pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian; prosedur menyelesaikan masalah
pelanggaran yuridiksi oleh salah satu badan
pemerintah dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi manusia;
3. Prosedur mengubah Undang-undang Dasar
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah
sifat tertentu dari UUD.
KLASIFIKASI KONSTITUSI
Menurut K.C Wheare ada beberapa macam-macam
klasifikasi suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Sbb:
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi bukan tertulis (Written
Constitution and no written constitution);
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rijid (Flexibel
constitution and rigid constitution);
3. Konstitusi derajat-tinggi dan konstitusi tidak derajat-
tinggi (Supreme constitution and not supreme constitution);
4. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal
constitution and unitary constitution);
5. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan
konstitusi sistem pemerintahan parlementer ( Presidental
executive and parliamentary executive constitution).
Pertama, yg dimaksud konstitusi tertulis ialah suatu
konstitusi (UUD) yg dituangkan dalam sebuah dokumen
atau beberapa dokumen formal. Sedangkan konstitusi
yg bukan dalam bentuk tertulis ialah suatu konstitusi
yg tidak dituangkan dalam suatu dokumen formal.
Seperti konstitusi yg berlaku di Inggris, Israel, dan New
Zaeland.
Kedua, James Bryce dalam bukunya Studies in History
and Jurisprudence memilah kosntitusi fleksibel dan
kosntitusi rijid secara luas. Pembagian konstitusi atau
UUD dalam fleksibel dan rijid ini karena didasarkan
atas kriteria atau berkaitan dengan “cara dan prosedur
perubahannya, maka ia digolongkan pada konstitusi yg
fleksibel. Sebaliknya jika sulit cara dan prosedur
perubahannya, maka ia termasuk jenis konstitusi yg
rijid. Dalam konteks ini, UUD 1945 dalam realitanya
termasuk konstitusi yg rijid.
Adapun ciri-ciri khusus dari konstitusi fleksibel menurut Bryce
adalah : a. Elastis, b. Diumumkan dan diubah dengan cara yg
sama seperti UU.
Berbeda dengan ciri-ciri pokok dari konstitusi rijid, meliputi: a.
Mempunyai kedudukan dan derajat yg lebih tinggi dari peraturan
perundang-undangan yg lain. b. Hanya dapat diubah dengan
cara yg khusus atau istimewa atau dengan persyaratan yg berat.

Ketiga, yg dimaksud dengan konstitusi derajat tinggi ialah suatu


konstitusi yg mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara. Di
samping itu, jika dilihat dari segi bentuknya, konstitusi ini
berada di atas peraturan perundang-undangan yg lain. Demikian
juga syarat untuk mengubahnya lebih berat dibandingkan
dengan yg lain. Sementara konstitusi tidak derajat tinggi ialah
suatu konstitusi yg tidak mempunyai kedudukan serta derajat
seperti konstitusi derajat tinggi. Persyaratan yg diperlukan untuk
mengubah konstitusi jenis ini sama dengan persyaratan yg
dipakai untuk mengubah peraturan-peraturan yg lain, sperti
Undang-undang
Keempat, Klasifikasi yg berkaitan erat dengan
bentuk suatu negara. Artinya, jika bentuk suatu
negara itu serikat, maka akan didapatkan sistem
pembagian kekuasaan antara pemerintah negara
serikat dengan pemerintah negara bagian.
Pembagian kekuasaan tersebut diatur dalam
konstitusi atau undang-undang dasarnya. Dalam
negara kesatuan pembagian kekuasaan tersebut
tidak dijumpai, karena seluruh kekuasaannya
tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal
juga sistem desentrasilisasi. Hal ini juga diatur
dalam konstitusi kesatuannya.
Kelima, klasifikasi konstitusi sistem pemerintahan
presidensial dan sistem pemerintah parlementer.
Berdasarkan klasifikasi konstitusi di atas, UUD 1945
termasuk dalam klasifikasi konstitusi yg rijid,
kosntitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam
dokumen, konstitusi berderajat tinggi, konstitusi
kesatuan, dan yg terakhir termasuk konstitusi yg
menganut sistem pemerintahan campuran.
Karena dalam UUD 1945 di samping mengatur Ciri-
ciri sistem ppemerintahan presidensial, juga
mengatur beberapa ciri sistem pemerintahan
parlementer. Disinilah keunikan negara Indonesia yg
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai