Anda di halaman 1dari 20

CARSINOMA

SINONASAL

MUHAMMAD RIZQY HAJ 19710140


Pendahuluan

• Penyakit di mana terjadinya


DEFINISI
pertumbuhan sel (ganas) pada sinus
paranasal dan rongga hidung

• Jarang terjadi
• Asia > Amerika
EPIDEMIOL
OGI
• Laki-laki > Wanita, usia 45-85 tahun
• Predileksi : Maxillaris > rongga hidung>
Ethmoid > Frontal > Sphenoid
Etiologi dan Faktor Resiko

Multifaktorial Respon berbeda


tiap individu

virus Inhalan
TUMOR spesifik
SINONASA
usia L
Jenis
kelamin
Sinar ion/
radiasi Penggunaan Alkohol
tembakau dan
olahannya
Patofisiologi
Diferensiasi

Sel normal Sel Kanker

Onkogen

Etiologi – Faktor Transformasi


Resiko - karsinogen gen

Proto onkogen

Inisiasi Induksi
Promosi In situ
Invasi
progresi
Diseminasi
Klasifikasi Tumor
• Papiloma skuamosa
• Papiloma Inversi
Jinak • Displasia Fibroma
• Angiofibroma Nasofaring Juvenile

• Karsinoma sel skuamosa


• Undifferentiated Carcinoma
• Rhabdomyosarkoma
Ganas •

Chondrosarkoma
Limfoma Maligna Sinonasal
• Adenokarsinoma Sinonasal
• Olfactory Neuroblastoma
• Mukosal Melanoma Maligna
Tumor Jinak
JENIS TUMOR KARAKTERISTIK PENATALAKSANAA
N
PAPILOMA • Paling sering Eksisi lesi
SKUAMOSA • Mirip polip, tetapi lebih
vaskular, padat dan tidak
mengkilat

PAPILOMA • Jarang Bedah radikal (rinotomi


INVERTED • Mirip polip lateral atau maksilektomi
• Dapat residif  ganas medial)
dan invasif
DISPLASIA • Tumbuh lambat, sekitar Pembedahan tergantung
FIBROSA usia pubertas derajat deformitas atau
• Jarang nyeri ada tidaknya nyeri
ANGIOFIBRO • Bermanifestasi sebagai
MA massa yang mengisi
NASOFARING rongga hidung bahkan
JUVENIL juga mengisi seluruh
rongga sinus paranasal
• mendorong bola mata ke
anterior.
Tumor Ganas
JENIS TUMOR KARAKTERISTIK PENATALAKSANAAN
Karsinoma Sel • Jenis paling umum Pembedahan atau
Skuamosa • Terdiri atas : radioterapi  lesi dini (T1-
keratinizing dan T2) multimodal terapi 
nonkeratinizing tahap lanjut (T3-T4)

Undifferentiated • Jarang
Carcinoma • Sangat agresif dan
histogenesisnya tidak
pasti.
Rhabdo • 30—45% terjadi pada Multimodal terapi
myosarcoma daerah kepala dan leher
dan 10% terjadi pada
sinonasal
• agresif
Chondro • Lambat Pembedahan dan radiasi
sarkoma • 5-10% pada kepala dan pembedahan (dianjurkan
leher, >> maxilla dan  hasil histologi)
mandibula.
Tumor Ganas
JENIS TUMOR KARAKTERISTIK PENATALAKSANAAN
Limfoma • 5.8-8% dari limfoma radioterapi  lesi lokal
Maligna ekstranodal pada kepala kemoterapi  keterlibatan
Sinonasal dan leher. sistemik dan rekurensi sistemik.

Adenokarsinoma • 10 hingga 14% dari pembedahan dan adjuvant


Sinonasal keseluruhan tumor radioterapi
ganas nasal dan sinus
paranasal
• Agresif, invasif namun
tidak bermetastasis

Olfactory • 7-10% keganasan di Bedah eksisi, radioterapi


Neuroblastoma / sinonasal pada kisaran postoperatif
ENB usia 10-20 dan 50-60

Mukosal • 1% keganasan dengan Reseksi tumor dan radioterapi


Melanoma origin kepala dan leher lokoregional
Maligna • Polipoid, keabu-abuan
Manifestasi Klinis dan Gejala
 1. Gejala Nasal, gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya sering
bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang membesar dapat mendorong tulang
hidung hingga terjadi deformitas hidung. Pada tumor ganas khas pada sekret yang berbau
karena mengandung jaringan nekrotik.
 2. Gejala Orbital, meluasnya tumor ke arah orbita akan menimbulkan gejala seperti; diplopia,
proptosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.
 3. Gejala Oral, perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di
palatum atau prosessus alveolaris. Pasien sering datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi,
tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah dicabut.
 4. Gejala Fasial, perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan di pipi. Disertai
nyeri, anastesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus.
 5. Gejala Intrakranial, perluasan tumor ke intrakranial, akan menyebabkan sakit kepala hebat,
oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai dengan likuorea, yaitu cairan otak yang
keluar melalui hidung. Jika perluasan hingga ke fossa kranii media maka saraf- saraf kranial
lainnya juga terkena. Jika tumor meluas ke belakang, akan terjadi trismus akibat terkenanya
muskulus pteroigoideus disertai anestesia dan parestesi daerah yang diper-syarafi nervus
maksilaris dan mandibularis.
Diagnosis

Anamnesa Gejala dan manifestasi klinis

Pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, dan Rhinoscopy


Fisik
Pemeriksaan Biopsi/PA, Endoskopi, X-Ray, CT-scan,
Penunjang MRI, PET scan
Stadium
 Menurut American Joint Comitte in Cancer (AJCC) 2010
Stadium
Stadium
Stadium
Pemeriksaan Penunjang

Biopsi / Endosko
X-Ray
PA pi

CT Scan MRI PET Scan


PENATALAKSANAAN
 Pembedahan
 Umumnya ,dilakukan pada lesi jinak dan lesi dini (T1-
T2)
 Eksisi paliatif : untuk mengurangi nyeri yang hebat
atau membebaskan dekompresi n. Optik dan rongga
orbita, drainase sinus paranasalis yang mengalami
obstruksi.
 Radioterapi
 Adjuvant : diberikan setelah dilakukannya terapi utama
seperti pembedahan
 Paliatif: pasien dengan kanker tingkat lanjut
PENATALAKSANAAN
 Kemoterapi
 Adjuvant :terapi tambahan kombinasi
 Neoadjuvant: terapi tambahan
 Concomitant: kombinasi dengan radioterapi
 Paliatif

 Dapat mengurangi rasa nyeri akibat tumor, mengurangi


obstruksi ataupun untuk debulking pada lesi-lesi masif
eksternal.

Debulking : prosedur berupa pengurangan massa tumor


KOMPLIKASI PEMBEDAHAN

Perdarahan

Kebocoran
Diplopia
cairan otak

Epifora
Prognosis
 Pada umumnya, prognosisnya kurang baik, banyak
factor yang mempengaruhinya seperti :
 Perbedaan diagnosis histologi, asal tumor primer
 Perluasan tumor
 Pengobatan dan terapi
 Starus Batasan sayatan
 Status imunologis
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai