Anda di halaman 1dari 55

BAB 3 PEMADATAN TANAH

3.1. Definisi dan Tujuan Pemadatan

Dalam mekanika tanah pemadatan adalah menekan partikel-partikel tanah


sampai rapat bersamaan dengan keluarnya udara dari ruang pori. Dengan
demikian yang disebut pemadatan tanah adalah usaha memadatkan tanah
(mengurangi ruang pori) dengan cara mekanis, yaitu dengan menumbuk,
menggilas, atau menggetarkan tanah.

Tujuan pemadatan :

Tujuan pemadatan adalah untuk memperbaiki mutu/kualitas tanah, karena :


1. Dapat memperbesar daya dukung tanah, karena sudut gesek dalam
tanah (ø) bertambah besar dan kohesi (C) bertambah besar pula.

2. Mengurangi permeability (permeabilitas)

3. Mengurangi settlement (penurunan tanah)

4. Mengurangi kembang susut tanah karena ruang pori menjadi sedikit.

Mengenai pemadatan perlu dipelajari beberapa hal sebagai berikut :

5. Hubungan antara kadar air dengan hasil kepadatan yang dapat dicapai.

6. Tebal lapisan tanah sebelum dipadatkan

7. Macam/berat alat yang digunakan untuk pemadatan.


Dalam mekanika tanah ukuran kepadatan tanah adalah berat volume
kering tanah (dry dencity) yang dinyatakan dengan notasi ɣk atau ɣd .
Untuk tanah tertentu yang mempunyai berat volume butir (ɣs) tertentu,
maka bila volume void (Vv) berkurang berarti nilai porositasnya (n)
berkurang pula, sehingga :

ɣs = ɣs (1-n) dalam hal ini ɣs = constant

(1-n)` = variable

Dalam praktik yang dicari lebih dahulu adalah besarnya berat volume
basah (ɣb) dan besarnya kadar air (W), sehingga :

ɣk = ɣb / (1 + w )
3.2 Pengaruh Kadar air (w)

Suatu tanah yang kohesif (lempung) dalam keadaan kering keras dan
berbongkah-bongkah, sehingga sangat sukar dipadatkan. Untuk ini, apabila
akan dipadatkan diperlukan mesin-mesin gilas yang berat dengan jumlah
lintasan pemadatan yang banyak.

Untuk memudahkan pemadatan perlu dibasahi, karena semakin basah, tanah


akan mudah dihancurkan. Secara teoritis, kepadatan maksimal didapat
apabila udara sudah dapat dikeluarkan, sedangkan air tidak dapat dipadatkan.
Oleh sebab itu, tanah yang kenyang air tidak dapat dipadatkan. Kepadatan
Maksimal dalam praktik terdapat pada kadar air yang masih tersisa 7% sampai
dengan 10%.
Dalam pelaksanaan pemadatan, bila tanah yang dipadatkan semakin kurang
kadar airnya dapat menghasilkan kepadatan yang semakin besar, akan tetapi
membutuhkan alat pemadatan yang berat. Selanjutnya, bila dilakukan
pemadatan dengan tenaga pemadatan tertentu (jumlah lintasan pemadatan
dan berat alat tertentu) jika tanah kurang basah maka hasilnya kurang
padat, jika terlalu basah hasilnya kurang padat pula.

Kesimpulan : Dengan tenaga pemadatan tertentu dan dengan kadar air yang
baik, akan dapat menghasilkan kepadatan yang maksimal. Yang dimaksud
dengan kadar air terbaik adalah jumlah air yang terdapat dalam tanah, jika
tanah tersebut dipadatkan dapat menghasilkan kepadatan yang maksimal.
3.3 Tes Pemadatan Laboratorium

Tes pemadatan laboratorium dimaksudkan untuk menentukan


besarnya kadar air optimum (Wopt) dan kepadatan maksimum
(ɣk mak). Peralatan yang digunakan dalam test pemadatan
laboratorium seperti tampak pada gambar 3.3

Alat tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu plat dasar, silinder
proctor (tabung), dan alat penumbuk. Tes pemadatan
laboratorium ini dikenal sebagai “Tes Proctor”.
Selain alat tersebut, masih ada peralatan lain yang digunakan dalam tes

Pemadatan, antara lain :


1. Alat untuk mengeluarkan contoh tanah.
2. Pisau perata (straightedge)

3. Timbangan dengan kapasitas 12 kg dengan ketelitian 5 gram dan


timbangan dengan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1.

4. Saringan 2”, ¾”, dan nomor 4

5. Oven

6. Alat pencampur tanah.


3.3.1 Pelaksanaan Tes Pemadatan Laboratorium

Pada dasarnya cara pelaksanaan tes pemadatan laboratorium sama, baik


untuk pemadatan standar, pemadatan modified, maupun cara A, cara B,
Cara C, dan cara D. Perbedaan utama antara pemadatan standar dan
pemadatan modified adalah :

1. Pemadatan standar menggunakan penumbuk standar dan pemadatan


dilaksanakan 3 lapis.

2. Pemadatan berat (modified) menggunakan penumbuk berat dan


pemadatan dilaksanakan dalam 5 lapis, periksa Tabel 3.1.
3.3.2 Persiapan Benda Uji

1. Bila contoh tanah yang akan diperiksa keadaannya basah, terlebih


dahulu tanah tersebut dikeringkan dengan alat pengering dengan suhu
tidak melebihi 60ᵒ C. Pengeringan dilakukan secukupnya, sampai
gumpalan-gumpalan mudah dihancurkan. Hancurkan gumpalan tanah
tersebut sampai menjadi butir-butir.

2. Butiran-butiran yang diperoleh disaring, yaitu :

a. Bila dilaksanakan dengan cara A dan B, digunakan saringan no. 4.


b. Bila dilaksanakan dengan cara C dan D, digunakan saringan ¾”.

Butiran yang masih tertahan diatas saringan dibuang atau disingkirkan,


kecuali butiran yang masih berupa gumpalan dapat dipecah lebih
lanjut.

3. Bagian yang melewati saringan akan digunakan sebagai benda uji,


jumlah harus cukup, yaitu :

Untuk pemadatan standar cara A = 3,2 kg

cara B = 6,4 kg

cara C = 4,5 kg

cara D = 10,0 kg
Untuk pemadatan berat (modified)

cara A = 3,2 kg

cara B = 7,3 kg

cara C = 5,4 kg

cara D = 11,3 kg

4. Campur tanah tersebut dengan air secukupnya secara merata,


hingga untuk benda uji yang pertama kadar air tanah yang
diperoleh kira-kira 6% dibawah kadar air optimum.
5. Apabila contoh tanah berupa tanah lempung, peresapan air secara merata
kedalam gumpalan akan sukar dan cukup lama, maka untuk tanah lempung
perlu dilaksanakan sebagai berikut :

Setelah dicampur dengan air, simpanlah tanah dalam tempat tertutup


sekurang-kurangnya 12 jam. Karena pelaksanaan tes pemadatan akan
dilaksanakan sekitar 6 kali percobaan dengan kadar air yang berbeda,
maka untuk tanah lempung lebih baik disiapkan yang lebih banyak.
Siapkan 6 bagian benda uji, yang masing-masing sekurang-kurangnya
seperti no. 3. Setiap bagian dicampur merata dengan air, sehingga kadar
yang diperoleh berbeda-beda, masing-masing sekitar 1-3 % dan masing-
masing disimpan dalam tempat tertutup atau kantong-kantong plastik.
3.3.3 Persiapan Alat

1. Bersihkan silinder pemadatan yang akan digunakan, kemudian


timbang dan catat beratnya (= W1).

2. Pasang dan kelem pelat alas dan silinder sambungan

3.3.4 Pelaksanaan Pemadatan


3. Masukkan kedalam silinder tanah lembab yang telah disiapkan dengan
jumlah kira-kira, apabila dipadatkan menjadi 1/3 atau 1/5 bagian
silinder. Setiap lapisan ditumbuk dengan alat penumbuk dan jumlah
tumbukan sesuai dengan yang tertera pada tabel 3.1.
2. Apabila tabung silinder sudah penuh dengan tanah (sampai
pemadatan lapisan terakhir) lepas silinder sambungan
(silinder bagian atas), kemudian potonglah tanah dengan
pisau sehingga tanah rata dengan permukaan silinder.
Lepaskan pelat dasar, kemudian timbang silinder serta
tanahnya dan catat beratnya (=W2) serta hitung volumenya
(V).

3. Keluarkan tanah padat tersebut, ambil sebagian kemudian


diperiksa kadar air (=w).
4. Tanah padat dari hasil percobaan pertama dipecah lagi menjadi butir-butir
dengan ukuran maksimum kira-kira lewat saringan no. 4. Tambahkan air
secukupnya, campu secara merata, sehingga kadar airnya naik kira-kira 1-
3% dari sebelumnya. Selanjutnya, ulangi pekerjaan tes pemadatan seperti
pada tahap sebelumnya.

5. Pekerjaan ini dilakukan sehingga diperoleh 6 data, yaitu kira-kira akan


diperoleh tiga data dengan kadar air di bawah w optimum dan tiga data
diatas w optimum yaitu W1, W2, W3, W4, W5, dan W6

6. Masing-masing tes pemadatan dicari kepadatan tanahnya (ɤk) dengan

rumus : ɤk = ɤb/1+w sehingga diperoleh ɤk1, ɤk2, ɤk3, ɤk4, ɤk5, dan ɤk6.
Adapun urutan perhitungannya sebagai berikut :

1. Hitung berat volume tanah basah dengan rumus ɤb = w2 – w1 / v

2. Hitung kadar air (w)

3. Hitung berat volume kering (ɤk).

4. Gambarkan hubungan antara berat volume kering dengan kadar air pada
grafik, dengan kadar air sebagai sumbu datar dan berat volume kering
sebagai sumbu tegak. Dari grafik ini dapat ditetapkan:

a. Kadar air optimum, yaitu kadar air pada puncak garis lengkung.

b. Kepadatan maksimum, yaitu berat volume kering yang diperoleh pada


pemadatan kadar air optimum.
Selanjutnya lihat contoh persoalan sebagai berkut :

1. w1 = 7,1 % ; ɤk1 = 112,2 psf

2. w2 = 10,0 % ; ɤk2 = 116,7 psf

3. w3 = 13,4 % ; ɤk3 = 118,3 psf

4. w4 = 16,7 % ; ɤk4 = 115,2 psf

5. w5 = 20,1 % ; ɤk5 = 109,0 psf

Bila hubungan antara kadar air (w) dan berat volume kering (ɤk)
digambarkan dalam bentuk grafik, hasilnya seperti gambar 3.4. Dari grafik
tersebut dapat dibaca bahwa kadar air optimumnya (w optimum) = 12,5%,
sedangkan kepadatan maksimumnya (ɤk maks) = 118,5 psf.
3.4 Pemadatan Lapangan

Menurut SPC (Standard Proctor Compaction), untuk pemadatan


tanah diperlukan lintasan penggilasan sebanyak 6-12 lintasan
dengan tebal lapisan 7,5-30 cm untuk lempung dan kurang lebih
40 cm untuk pasir. Jika dengan tebal lapisan tanah tertentu
ternyata setelah diadakan penggilasan dengan 12 lintasan,
kepadatan yang kita inginkan belum tercapai, berarti tanah
yang dipadatkan terlalu tebal atau mungkin mesin gilas yang
digunakan kurang berat.
Type alat yang digunakan untuk pemadatan dilapangan :

3.4.1 Mesin Gilas (Roller)


Mesin gilas yang ada saat ini terdiri dari berbagai macam, antara lain :
 Mesin gilas dengan roda halus (smooth wheel roller)
 Mesin gilas dengan roda bergigi (sheepsfoot roller)
 Mesin gilas dengan roda karet (pneumatic roller)

 Mesin gilas roda halus digunakan pada pemadatan batu-batu pecah,


tanah campuran kerakal pasir dan lempung, serta pekerjaan tanah
akhir.
 Mesin gilas beroda bergigi digunakan untuk
pemadatan tanah lempung yang tidak begitu basah
atau tanah lunak.

 Mesin gilas roda karet digunakan untuk pemadatan


pasir dan lempung basah.
3.4.2 Alat Tumbuk (Hammer)

Alat tumbuk jenis ini digunakan pada pekerjaan pemadatan di ruangan


yang sempit, dengan tebal tidak lebih dari 15 cm. Pada umumnya alat
jenis ini dipegang dan dioperasikan dengan tangan.
3.4.3 Alat Penggetar

Ada 2 macam alat penggetar, yaitu :

1. Vibrator roller adalah mesin gilas berjalan sampai bergetar.


2. Vibrator plate adalah mesin gilas yang hanya bergetar saja. Alat ini baik
untuk tanah pasir dan kerikil yang bersih.
3.5 Pengawasan Pemadatan di Lapangan

Pemadatan di lapangan harus mencapai 90–95 % kepadatan maksimum


“Standart Proctor”. Ini berarti bahwa kepadatan yang harus dicapai di
lapangan 90-95% kepadatan yang dicapai di laboratorium.

Pengawasan pemadatan yang harus dilakukan di lapangan, antara lain :

1. Kadar air tanah sebelum dipadatkan.

2. Pemeriksaan kepadatan tanah yang diperoleh.

3. Tebal lapisan tanah sebelum dipadatkan.

4. Jenis dan berat mesin gilas/alat tumbuk dan jumlah lintasannya.


Dalam melaksanakan pekerjaan pemadatan, pekerjaan-pekerjaan yang
harus diperiksa, antara lain:

1. Pemeriksaan kadar air tanah asli yang akan dipakai untuk penimbunan ,
jika kadar air tanah asli kurang dari woptimum, maka harus disiram air
terlebih dahulu, yang dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan
tangki air dengan cara disemprotkan, sehingga kadar airnya mendekati
yang diharapkan. Biasanya diusahakan sedikit lebih dari woptimum.
Jika tanah terlalu basah, pemadatan agak sukar dan membutuhkan
waktu yang lama karena harus dijemur terlebih dahulu.
2. Tebal tanah yang akan dipadatkan dibuat selapis demi selapis dan setiap lapis
sebelum dipadatkan disyaratkan sebagai berikut :

 Untuk tanah lempung 7,5-30 cm

 Untuk tanah pasir maksimum 40 cm.

3. Mencari jumlah lintasan untuk mesin gilas tertentu yang akan dipakai
untuk pelaksanaan pemadatan, sehingga dapat mencapai kepadatan
yang diinginkan.

Dari pengalaman, yang paling hemat jika kombinasi antara jumlah lintasan
dan tebal lapisan sedemikian sehingga pada tanah lempung, tanah ini sudah
menjadi padat dengan 12 lintasan dengan menggunakan sheepfoot roller.
Pada tanah pasir dengan 6 lintasan dengan menggunakan pneumatic roller.
3.6 Mengukur Kepadatan Lapangan dengan Sand Cone
Maksudnya adalah untuk memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan
tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan.

Peralatan yang digunakan untuk untuk tes kepadatan dengan sand cone
adalah :

1. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter.

2. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm.

3. Pelat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang


bergaris tengah 16,51 cm.
4. Peralatan pendukung yang terdiri atas :
a. Peralatan membuat lubang (palu dan pahat)
b. Peralatan untuk mencari kadar air.

c. Sendok, kuas, satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg


ketelitian 1,0 gram dan satu buah timbangan kapasitas 500 gram
ketelitian sampai 0,1 gram.

d. Pasir bersih, keras, kering, dan bisa mengalir bebas tidak


mengandung bahan pengikat dan bergradasi melalui saringan no.
10 (2mm) serta tertahan pada saringan no. 200 (0,075 mm)
5. Langkah kerja

a. Menentukan volume/isi botol pasir (V1) :

Untuk mengetahui volume/isi botol pasir digunakan digunakan air yang


sudah diketahui berat volumenya, yaitu 1 kg/liter atau 1 kg/dm3 atau 1
gram/cm3 atau 1 ton/m3.

Ada pun langkahnya sebagai berikut :

1) Timbang botol + corong (dalam keadaan kosong) (W1)

2) Timbang botol isi air + corong (W2)


b. Menentukan berat volume pasir :

Untuk menentukan berat volume pasir, isilah botol dengan pasir, lalu
ditimbang beratnya (W3).

ɤpasir = W3 - W1 /
V1 ................................................................ 3.1

V1 = volume botol (cm3)

W1 = berat botol + corong (gram)

W3 = berat botol + corong pasir (gram)


Cara mengisi botol dengan pasir adalah :
1)Keran ditutup dan isi corong dengan pasir sampai penuh.

2)Isi botol dengan cara membuka keran dan dijaga supaya pasir di corong
masih tersisa minimal setengah corong

3)Bersihkan kelebihan pasir di atas keran

c. Menentukan berat pasir dalam corong :

1) Botol diisi pasir secukupnya.

2) Tutup keran dan bersihkan sisa pasir di atas keran


3) Timbang botol + corong + pasir (W4).
4) Balikkan botol dan corong diletakkan pada alas yang rata.
5) Buka keran sampai pasir berhenti mengalir memenuhi corong.

6) Tutup keran kembali, timbang kembali botol + corong + sisa pasir


(W5).

Hitung berat pasir dalam corong, dengan persamaan sebagai berikut:

Wc = W4 -
W5 ..............................................................................
3.2
d. Penggalian tanah/lapis pada tempat dimana pengujian sand cone
akan dilakukan, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

1) Ratakan tanah yang akan diuji.

2) Letakkan pelat dasar dudukan corong pasir (30,48 cm x 30,48


cm ) dengan lubang berdiameter 16,51 cm pada permukaan
tanah.

3) Kuatkan posisi pelat dengan cara dipasak pada tepi-tepinya.

4) Gali tanah yang berada di bawah lubang pelat, dengan


kedalaman 10 cm – 15 cm.
5) Tanah hasil galian dimasukkan dalam kaleng.

6) Pastikan di lubang galian tidak ada partikel tanah lepas yang masih
tertinggal.

7) Ambil sebagian tanah hasil galian dari kaleng untuk diuji kadar airnya.

e. Pengukuran volume lubang pada tanah :

1) Isi botol dengan pasir sampai penuh atau secukupnya (melebihi isi
lubang dan corong).

2) Timbang botol + corong + pasir (W6).


3) Tempatkan sand cone yang sudah diisi pasir pada pelat
dudukan corong, lihat Gambar 3.10.

4) Buka keran, sehingga pasir mengalir ke bawah mengisi


lubang dan corong sampai penuh.

5) Setelah pasir berhenti mengalir, keran ditutup, kemudian


timbang kembali botol + corong + sisa pasir (W7).

Volume lubang tanah dapat dihitung dengan persamaan sebagai


berikut :
a) Menghitung berat pasir dalam lubang

W10 = W6 - W7 - Wc .....................................................
3.3

W10 = berat pasir dalam lubang

W6 = berat botol + corong + pasir sebelum diuji

W7 = berat botol + corong + pasir sesudah diuji

Wc = berat pasir dalam corong

b) Menghitung volume lubang tanah (VL)

VL = W 10 /
ɤpasir ........................................................... 3.4
VL = volume lubang (cm3)
W10 = berat pasir dalam lubang (gram)
Wpasir = berat volume pasir
f. Perhitungan kepadatan tanah atau berat volume tanah kering(ɤk )

Kepadatan tanah atau berat volume tanah kering (ɤk) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

ɤk = ɤb / 1 + w

dengan :

ɤb = W8 - W9 / VL

W8 = berat kaleng + tanah

W9 = berat kaleng

VL = volume lubang

W = kadar air tanah

ɤb = berat volume tanah basah


Contoh Soal :
1. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
a. Berat tabung + corong (W1) = 711 gram
b. Berat tabung + corong + pasir (W2) = 5405 gram
c. Berat tabung + corong + air (W3) = 7557 gram
d. Berat tabung + corong + pasir 2/3 h (W4) = 7557 gram
e. Berat tabung + corong + pasir sisa (W5) = 6004 gram
f. Berat pasir dalam kerucut (W6 = W4 - W5) = 1553 gram
g. Berat tanah hasil galian (W7) = 2800 gram
h. Berat tabung + corong + pasir sebelum diuji (W8) = 7602 gram
i. Berat tabung + corong + pasir sesudah diuji (W9) = 1130 gram
1) Menghitung volume botol (V1)
V1 = (W2 – W1) / ɤw
= (5405 gram – 711 gram) / 1 gram/cm3
= 4694 gram/1 gram/cm3 = 4694 cm3
2) Menghitung berat volume pasir uji (ɤpasir)
ɤpasir = W3 – W1 / V1
= 7557 – 711 / 4694
= 1,46 gram/cm2
3) Berat pasir dalam lubang dan corong (WLc)
WLc = W8 – W9
= 7602 – 1130
= 6472 gram
4) Berat pasir dalam lubang (WPL)
WPL = WLc – W8
= 6472 – 1553
= 4919 gram
5) Menghitung volume lubang galian (VLG)
VLG = WPL / ɣ pasir
= 4119 / 1,46
= 3369,2 cm3
6) Menghitung berat volume berat tanah basah (ɣb)
ɣb = W7 / ɣ pasir
= 2800 / 1,46
= 0,831 gram/cm3
7) Menghitung kepadatan tanah/berat volume tanah kering (ɣk)
ɣk = ɣb /1+w
Misalnya kadar air tanah telah diketahui / diuji = 15 %
= 0,831 / 1 + 0,15 = 0,977 gram/cm3

2) Pada saat pelaksanaan pekerjaan pemadatan, diambil contoh tanah untuk


diadakan tes kepadatan dengan menggunakan sand cone. Data yang diperoleh
dalam tes tersebut sebagai berikut :

a. Berat pasir yang digunakan untuk mengisi lubang dan corong sand cone
sebanyak 867 gram.

b. Berat pasir yang ada pada corong 319 gram

c. Berat volume pasir = 98 lb/ft3.

d. Berat tanah basah hasil galian lubang = 747 gram


e. Kadar air tanah = 13,7%
Tentukan kepadatan tanah/berat volume tanah kering tersebut!
Penyelesaian :
Berat pasir untuk mengisi lubang = 867 gram – 319 gram = 548 gram
Volume lubang = 548 / 453,6 /98 = 0,012327 ft3
Berat volume tanah basah ( ɣb ) = 747/453,6/0,012327 = 133,6 pcf
Berat volume tanah kering ( ɣk ) = ɣb / 1 + w = 133,6 / 1 + 0,137 = 117,5 pcf

3. Dalam suatu percobaan pemadatan standar proctor diperoleh data sebagai


berikut :

Kadar air (%) 7,70 11,50 14,60 17,50 19,50 21,20

Berat tanah basah (gram) 1,70 1,89 2,03 1,99 1,96 1,92
Jika volume tanah tabung yang digunakan untuk percobaan = 950 cc dan berat
jenis tanah = 2,65, maka hitunglah besarnya kepadatan ( ɣ k ) yang dapat
diperoleh

Penyelesaian :

ɣ k = ɣ b / 1+ w

Kadar air (%) 7,70 11,50 14,60 17,50 19,50 21,20

Berat tanah basah (gram) 1700 1890 2030 1990 1960 1920

Berat volume basah (gram/cc) 1,79 1,99 2,14 2,10 2,06 2,02

Berat volume kering (gram/cc) 1,66 1,78 1,87 1,79 1,72 1,67

Anda mungkin juga menyukai