Anda di halaman 1dari 12

Tinjauan Yuridis Pekerja Outsorching Yang dipekerjakan Di

Retail Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan

M.Prasetyo Wibowo
214.01.07515
Dalam hubungan kerja di perusahaan ritel banyak terjadi
berbagai persoalan yang muncul yang dilakukan oleh
pekerja tersebut dengan tidak melakukan apa yang
menjadi tugasnya dan melanggar aturan kerja yang
disepakati melalui perjanjian kerja yang telah disepakati
dengan perusahaan ritel . menurut Pasal 1 angka 20
Undang-undang Nomer 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara
tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan
tata tertib perusahaan. Maka tindakan tersebut dianggap
sebagai suatu tindakan pelanggaran atau wanprestasi yang
dilakukan pekerja sehingga akan timbul hambatan pemenuhan
kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian kerja.
 Persoalaan tersebut sebenarnya dapat dipahami
mengapa pekerja melakukan suatu tindakan
yang melanggar perjanjian kerja yang telah
disepakati, karena pada dasarnya perjanjian
kerja tersebut dibuat secara sepihak dalam
artian isi dari perjanjian tersebut telah dibuat
secara baku oleh pihak perusahaan ritel
sehingga tenaga kerja tidak mempunyai
kesempatan untuk menentukan isi perjanjian
tersebut. Sehingga perjanjian kerja waktu
tertentu yang di laksanakan di perusahaan ritel
perlu ditinjau secara yuridis.
 Berdasarkan dari uraian latar belakang di
atas, maka menarik untuk dikaji aspek
hukum dalam permasalahan latar
belakang di atas, untuk itu perlu dilakukan
pendalaman permasalahan yang akan
dibahas dalam skripsi yang berjudul
“Tinjauan Yuridis Pekerja Outsorching
Yang dipekerjakan Di Retail
Berdasarkan Undang-Undang No.13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”.
Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Masalah Perjanjian kerja


antara perusahaan outsourching dan
para pekerja ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan
perlindungan pekerja/buruh antara
perusahaan retail dengan para pekerja ?
BAB II Landasan Teoritis dan Yuridis

 Pengertian dan Dasar Hukum Pekerja


Outsorching
 Bentuk dan Jenis Perjanjian kerja
Outsorching
 Hak dan Kewajiban Pekerja
Outsorching
BAB III PEMBAHASAN

A. Masalah Perjanjian kerja antara


perusahaan outsourching dan para pekerja
B. Pelaksanaan perlindungan pekerja/buruh
antara perusahaan retail dengan para
pekerja
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
 A. KESIMPULAN
1. Dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan dalam praktek outsourcing,
perusahaan penyedia jasa pekerja harus terlebih dahulu
memenuhi beberapa syarat untuk melakukan kegiatan
outsourcing, apabila telah memenuhi syarat tersebut Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan mengeluarkan izin
operasional kepada perusahaan tersebut. Kemudian dalam hal
kontraktual outsourcing telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Bisnis
outsourcing yang dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh dan vendor merupakan kehendak nyata yang
sengaja dibuat secara tertulis yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak, termasuk kewajiban mereka dalam
memenuhi hak-hak pekerja/buruh outsourcing
2.Pelaksanaan perlindungan terhadap
pekerja/buruh Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, jika dilakukan sesuai dengan aturan
yang ada, sudah terdapat perlindungan yang
memadai terhadap pekerja/buruh Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu. Hanya saja dalam
pelaksanaannya masih terdapat berbagai
halangan yang disebabkan oleh
ketidakjelasan aturan tentang penerapan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, sehingga
ada terjadi penyimpangan terhadap
penerapan pada Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu.
B. SARAN

1. Dalam menangani permasalahan outsourcing,


adalah dengan cara penyelesaian secara
musyawarah di antara para pihak yang terlibat
dalam sistem outsourcing. Namun apabila tidak
dapat diselesaikan dengan cara tersebut, maka
dapat diselesaikan melalui pihak ketiga yang
disebut tahap mediasi melalui Bidang
Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi yang merupakan instansi yang
bertanggung jawab dan berwenang mengenai
perselisihan hubungan industrial yang terjadi.
SARAN

2.Perlunya kejelasan aturan tentang


penerapan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, sehingga untuk mencegah
dan mengatasi terjadinya
penyimpangan terhadap penerapan
pada Perjanjian Kerja

Anda mungkin juga menyukai