Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN

PAJAK
KELOMPOK B
Ni Ketut Jesika Sinta Ni Putu Erika Cahya
01 Mayoni 23 Dewi
(2015654001) (2015654053)
Komang Ayu
Gauraviti Pracheta Ni Luh Made Wulan
11 Giri P. 24 Aprilyanti
(2015654023) (2015654055)
Putu Pradnya
Paramita
12 (2015654027)
01
PENGERTIAN
PEMERIKSAAN
PAJAK
Pengertian
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) berbunyi:
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
02
TUJUAN
PEMERIKSAAN
PAJAK
Tujuan
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan untuk tujuan lain. Pemeriksaan menurut tujuannya diterangkan sebagai berikut:

Pemeriksaan Khusus
Untuk menguji
kepatuhan
Pemeriksaan Pemeriksaan Rutin

Untuk tujuan lain


03
RUANG LINGKUP
PEMERIKSAAN
PAJAK
Ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor (Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja).
Ruang Lingkup pemeriksaan atau auditscope juga terkait dengan kewajiban SPT yang
disampaikan oleh wajib pajak.
1. Satu atau beberapa bulan (masa), yaitu ruang lingkup untuk menguji kewajiban
pemungutan dan pemotongan.
2. Bagian tahun pajak atau tahun pajak, yaitu ruang lingkup untuk menguji
kewajiban PPh Badan atau PPh OP.
1. Pemeriksaan Lapangan
Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 bulan terhitung sejak Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diberikan atau disampaikan ke wajib
pajak bersangkutan hingga tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
Pajak (SPHP) disampaikan ke wajib pajak, namun dapat diperpanjang 2 bulan
dengan syarat:
1. Pemeriksaan lapangan diperluas ke masa pajak, bagian tahun pajak, atau
tahun pajak lainnya.
2. Kerdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada
pihak ketiga. 
3. Ruang lingkup pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis pajak. 
4. Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan.
1. Pemeriksaan Lapangan
Selain itu, terdapat jangka waktu yang berbeda untuk wajib pajak
kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, wajib pajak dalam
satu grup, atau wajib pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer
pricing atau transaksi khusus lain yang memungkinkan adanya rekayasa
transaksi keuangan.

Pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap wajib pajak dengan kriteria


di atas dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lamanya 6 bulan dan
dapat dilakukan paling banyak 3 kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk
melakukan pengujian.
2. Pemeriksaan Kantor
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Ditjen Pajak, dilakukan dalam waktu
paling lama 4 bulan terhitung sejak tanggal wajib pajak memenuhi surat panggilan
dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan dengan SPHP disampaikan ke
wajib pajak, namun dapat diperpanjang paling lama 2 bulan (kecuali untuk
pemeriksaan atas data konkret), atas kondisi:
1. Pemeriksaan lapangan diperluas ke masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun
pajak lainnya.
2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga. 
3. Ruang lingkup pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis pajak. 
4. Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan.
Kepala unit pelaksana pemeriksaan harus menyampaikan pemberitahuan
perpanjangan jangka waktu pengujian ini secara tertulis kepada wajib pajak.
04
TATA CARA
PEMERIKSAAN
PAJAK
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pemeriksaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1468), yang mana semua terkait pemeriksaan pajak
sudah tercamtum secara rinci dan jelas pada PMK ini. Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) merupakan batas awal
penghitungan jangka waktu pembahasan.

• Diatur di Peraturan Menteri Keuangan sebagaimana diamanatkan oleh


Pasal 31 ayat (2) UU KUP yang berbunyi:
“Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
antaranya mengatur tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu
pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan.”
Materi Penting Tata Cara Pemeriksaan
Menurut Pasal 31 (2) UU KUP

Kewajiban
Pemeriksaan ulang menyampaikan
SPHP

Jangka waktu Hak WP untuk


hadir dalam
pemeriksaan
pembahasan
(closing
conference)
05
KASUS
PEMERIKSAAN
PAJAK
KASUS I
Kasus PT WAE, Tiga Eks Pegawai Pajak Didakwa Terima Rp1,3 M, Tiga mantan pegawai Kantor Pelayanan Pajak
Penanaman Modal Asing 3 (KPP PMA 3) Jakarta didakwa menerima suap sekitar US$96 ribu atau setara Rp1,3 miliar dari
Komisaris PT Wahana Auto Ekamarga, Darwin Maspolim. Suap berkaitan restitusi PT WAE tahun pajak 2015 dan 2016.
Tiga pegawai itu yakni supervisor Hadi Sutrisno, Ketua Tim pemeriksa pajak Jumari, dan Muhammad Naim Fahmi selaku
anggota tim. "Ketiga terdakwa telah menerima hadiah atau janji yaitu menerima uang sejumlah US$96.375," kata jaksa pada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Wawan Yunarwanto saat membacakan surat dakwaan di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta, Rabu (26/2). Jaksa menjelaskan uang tersebut diberikan Darwin bersama bersama Chief Financial Officer
Wearnes Automotive Katherine Tan Foong Ching. Keduanya merupakan wajib pajak pada KPP PMA 3. Perkara ini bermula
saat Darwin melaporkan pajak tahunan PT WAE tahun 2015 dengan status lebih bayar Rp5,03 miliar dan mengajukan
restitusi. Kemudian, KPP PMA 3 membentuk tim pemeriksa pajak yang berisikan ketiga terdakwa. Pada 2016, ketiga
terdakwa mengajak Darwin bertemu untuk menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan. Selain itu mereka juga
menyampaikan permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen terkait proses bisnis PT WAE untuk kepentingan
pemeriksaan. Kemudian Darwin menyuruh dua anak buahnya, Lilis Tjinderawati dan Amelia Pranata untuk menyerahkan
sesuai dengan permintaan ketiga terdakwa. Setelah pemeriksaan rampung, ketiga terdakwa menyampaikan temuan itu
kepada Kepala KPP PMA 3 Yul Dirga untuk ditandatangani lalu diberitahukan kepada PT WAE. "Yang pada pokoknya
memberikan koreksi atas perhitungan pajak PT WAE. -
KASUS I
Selanjutnya pada tanggal 5 April 2017 Darwin membuat surat tanggapan yang memberikan sanggahan atas koreksi
penghitungan yang dilakukan oleh ketiga terdakwa," jelas Wawan. Selanjutnya Hadi Sutrisno atas persetujuan Yul
Dirga menawarkan bantuan kepada pihak PT WAE. Agar permohonan restitusinya dapat disetujui, mereka meminta
imbalan fee sebesar Rp1 miliar. Darwin kemudian menyanggupi permintaan Hadi Sutrisno. Setelah ada
kesepakatan, ketiga terdakwa membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor
LAP-00054/WPJ.07/KP.0405/RIK.SIS/2017. Isi laporan tersebut mengusulkan bahwa KPP PMA 3 akan
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PPh Badan untuk PT WAE tahun 2015 sejumlah Rp4,5 miliar. Yul
Dirga selaku Kepala KPP PMA 3 tidak melakukan peninjauan ulang secara mendalam, tetapi langsung menyetujui
dan menandatanganinya. Setelah urusan itu beres, pada Mei 2017, Hadi bersama Jumari bertemu dengan Lilis di
parkiran Mal Taman Anggrek untuk menerima uang US$73.700. Kemudian, ketiganya melakukan modus serupa
saat melakukan pemeriksaan pajak PT WAE tahun 2016. Darwin melaporkan pajak tahunan PT WAE tahun 2016
dengan status lebih bayar sejumlah Rp2,7 miliar. Sama seperti sebelumnya, ketiga terdakwa atas sepengetahuan Yul
Dirga juga meminta imbalan sebesar Rp1 miliar kepada PT WAE. Namun kali ini, Darwin merasa keberatan.
Setelah negosiasi, kedua pihak sepakat imbalan ditentukan Rp800 juta. Kemudian, setelah proses pemeriksaan pajak
selesai, PT WAE memberikan imbalan sebesar US$57.500 kepada ketiga terdakwa.
PENYELESAIAN KASUS I
Atas perbuatannya, ketiga terdakwa didakwa Pasal 12 huruf a atau Pasal 11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP.
KASUS II
Chandra merupakan pegawai tetap di PT Bumi Sentosa, serta memiliki usaha berupa toko barang elektronik
yang dirintisnya sejak bulan Juli 2010. Chandra telah memiliki NPWP dan telah dikukuhkan sebagai PKP
pada tahun 2013. Pada tanggal 31 Maret 2017, Chandra telah menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi
untuk tahun pajak 2016 serta telah membayarkan pajak kurang bayarnya sebelum penyampaian SPT. Namun,
setelah menyampaikan SPT, Chandra baru menyadari bahwa terdapat kesalahan dalam penghitungan
pajaknya karena terdapat beberapa data penghasilan dan biaya yang belum dilaporkan ke dalam SPT-nya.
PPh 29 yang telah disetorkan sebelum penyampaian SPT adalah Rp 550 juta, sedangkan nominal seharusnya
adalah Rp 700 juta. Chandra kemudian menyampaikan SPT Pembetulan pada tanggal 16 September 2017.
Tim Pemeriksa Pajak mulai melakukan pemeriksaan atas SPT Tahunan 2016 Chandra pada bulan Oktober
2017. Setelah proses pemeriksaan selesai, Pemeriksa kemudian menerbitkan Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan (SPHP) pada tanggal 5 Desember 2017. Menurut Pemeriksa, seharusnya pajak kurang bayar
yang dibayarkan Chandra sebelum menyampaikan SPT-nya adalah Rp 900 juta. Chandra memberikan
tanggapan atas ketidaksetujuannya untuk nominal pajak sebesar Rp 200 juta. Namun, Pemeriksa tetap tidak
setuju dan kemudian menerbitkan SKPKB pada tanggal 24 Desember 2017.
PENYELESAIAN KASUS II
Oleh karena itu, Chandra membayarkan kekurangan pajaknya sebesar Rp 200 juta
pada 5 Februari 2018 yang mana semua pedoman dalam kasus pemeriksaan pajak
ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
184/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai