Anda di halaman 1dari 12

UNDANG-UNDANG KESEHATAN DAN

ETIKA PROFESI
(PENEGAKKAN HUKUM DALAM
MENANGANI KESALAHAN PEMBERIAN
OBAT DISIDANGKAN DIPENGADILAN
NEGERI MEDAN PADA
21 OKTOBER 2020)
Disusun oleh :
Kelompok VII
Gina Karunia 10027121045
Dara Imelda Haryanto 10027121044
Pendahuluan
01 Latar Belakang
 Medication eror adalah kejadian yang merugikan pasien
akibat pemakaian obat, tindakan, dan perawatan selama
dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat
dicegah.

02 Rumusan Masalah
 Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran
kesalahan dalam pemberian obat?
 Sanksi apa saja yang diatur dalam perundang-undangan
apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat?

03 Tujuan
 Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelanggaran
terkait kasus kesalahan dalam pemberian obat
 Untuk mengetahui sanksi yang diatur dalam perundang-undangan
terkait kesalahan dalam pemberian obat
Kasus yang terjadi

Column Style
Seorang ibu-ibu Yusminar dimedan menjadi korban
kekeliruan dari apoteker. Apoteker salah meberikan
resep terhadap pasien tersebut. Pasien tersebut
diberikan obat antidiabetes Amaryl M2. Akibatnya
pasien tersebut mengalami kejang-kejang tidak
sadarkan diri dan hanya bisa berbaring ditempat tidur.
Menurut dr spesialis dalam pengakuannya resep yang
dia tulis jelas,kalau dia (Pasien) bukan penyakit
diabetes kemudian diberi antidiabetes maka akan
terjadi penurunan gula darah,berbahaya karena itu bisa
menyebabkan koma.
LOREM IPSUM
DOLOR SIT AMET, Content Content Content Content

Undang-Undang Yang Terkait


Dengan Kasus

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35


Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek yang diatur oleh Pasal
3 ayat (1) meliputi standar :

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai
Pelayanan farmasi klinik.
Secara umum, standar-standar pelayanan kefarmasian itu antara lain :

Peran apoteker dituntut untuk meningkatkan


pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. 0
Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien yang membutuhkan.

Apoteker harus memahami dan menyadari


kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi
masalah terkait Obat (drug related problems),
masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial
(sociopharmacoeconomy).
Column 2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

Style tentang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan dengan Undang-Undang diatas didalam pasal 7


ayat B menyatakan bahwa :
“Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”
Pada kasus salah pemberian obat oleh apoteker ini dapat
diselesaikan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
yang diatur dalam pasal 45 ayat (1) dan Pasal 47 Undang- DRU
G
Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yang menyatakan bahwa :

Pasal 45 ayat (1) Pasal 47 DRU


G
”Setiap konsumen yang dirugikan “Penyelesaian sengketa konsumen di
dapat mengugat pelaku usaha luar pengadilan diselenggarakan untuk
melalui lembaga yang bertugas mencapai kesepakatan mengenai
menyelesaikan sengketa antara bentuk dan besarnya ganti rugi
DRU
konsumen dan pelaku usaha atau dan/atau mengenai tindakan tertentu G
melalui peradilan yang berada di
untuk menjamin tidak akan terjadi
lingkungan peradilan umum.”
kembali atau tidak akan terulang
kembali kerugian yang diderita oleh
konsumen.”
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan Ketentuan Pidana

Berbeda dengan ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan


Ketentuan Pidana diatur didalam Pasal 84, sanksi yang diberikan:

1) Setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima
Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.

2) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap
tenaga kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
4. PP Nomor 51 Tahun 2009 Tentang “Pelayanan Kefarmasian”

01 Pasal 1 Ayat 02 Pasal 1 Ayat 03 Pasal 5 04 Pasal 21 Ayat (2)


(1) (4)
Pekerjaan Kefarmasian Pelaksanaan Pemberian obat dari
Pelayanan
Pekerjaan apoteker ini memang
adalah pembuatan You can simply impress
Kefarmasian adalah Kefarmasian sebelumnya melalui
termasuk pengendalian your audience and add
meliputi : rangkaian
a suatu
unique pelayanan
zing.
mutu Sediaan Farmasi, a. Pekerjaan pemeriksaan dari
langsung dan dokter umum atau
pengamanan,pengadaa Kefarmasian dalam
spesialis melalui
bertanggung jawab Pengadaan Sediaan
n,penyimpanan dan resep kepada pasien.
Farmasi; Karena pemberian
pendistribusi atau kepada pasien yang b. Pekerjaan resep dokter ini
penyaluranan berkaitan dengan Kefarmasian dalam secara jelas dapat di
obat,pengelolaan obat, Produk Sediaan lihat didalam Pasal 21
Sediaan Farmasi Farmasi; ayat (2) Peraturan
pelayanan obat atas
dengan maksud c. Pekerjaan Pemerintah Nomor 51
resep dokter,pelayanan Kefarmasian dalam Tahun 2009 tentang
informasi obat, serta mencapai hasil yang Distribusi atau Pekerjaan
Penyaluran Sediaan Kefarmasian yang
pengembangan obat, pasti untuk menyatakan bahwa :
Farmasi; dan
bahan obat dan obat meningkatkan mutu d. Pekerjaan “Penyerahan dan
pelayanan obat
tradisional. kehidupan pasien. Kefarmasian dalam
berdasarkan resep
Pelayanan Sediaan
dokter dilaksanakan
Farmasi. oleh Apoteker”
Solusi dari kasus ini
Apoteker harus memiliki masukan cukup dan tepat dalam
membuat keputusan tentang penggunaan obat.Serta
menjalin hubungan profesional terus menerus dengan
tenaga kesehatan lainnya,yang harus dilihat sebagai
kerjasama terapeutik yang saling percaya dan
mempercayai sebagai kolega dalam semua hal yang
berkaitan dengan terapi yang menggunakan obat,sehingga
resiko kesalahan dalam pelayanan obat akan terminimalisir
dengan kerja sama yang apik dan saling menjalankan
kewajiban sesuai tupoksi kerja dalam bidang masing-
masing.
Kesimpulan
Mengacu pada pelanggaran pelayanan kefarmasian yang
tercantum pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 tahun 2009.Tentang Pekerjaan Kefarmasian seharusnya
Apoteker untuk pelayanan,memberi edukasi kepada pasien
tentang memberi edukasi kepada pasien tentang bagaimana
penggunaan obat secara tepat,memberikan konsultasi tentang
efek samping obat dan kemungkinan terjadinya interaksi
obat,memberikan konsultasi tentang efek samping obat.
Pasal 1366 KUHPdt “Seseorang harus bertanggung jawab bukan
hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatannya
sendiri,melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kurang hati-hatinya”
Berdasarkan uraian tersebut Penerapan Undang-Undang
Kesehatan di Indonesia masih belum dilakukan secara sempurna,
dibuktikan dengan masih adanya penyimpangan-penyimpangan
yang dapat terjadi meskipun undang-undang tersebut sudah
diberlakukan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai