Anda di halaman 1dari 23

HUKUM PAJAK

Materi Pembelajaran
A. Hukum Pajak.
B. Pengertian Pajak dan Pungutan Lain.
C. Karakteristik dan Unsur Pajak.
D. Jenis-jenis Pajak.
E. Fungsi pajak.
F. Subyek Pajak, Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.
G. Objek Pajak.
H. Pendekatan Terhadap Pajak.
I. Asas dan Dasar Pajak.
J. Pengenaan Pajak.
K. Pembaharuan pajak Nasional.
L. Hak dan Kewajiban Umum Wajib Pajak.
M. Hak Mendahului dari Negara.
N. Penagihan dan Perlawanan terhadapPajak.
Literatur Hukum Pajak
 Pengantar Hukum Pajak, Y. Sri Pudyatmoko, SH.,M.Hum,
penerbit ANDI Yogyakarta.
 Pengadilan dan penyelesaian sengketa di Bidang Pajak, Y.
Sri Pudyatmoko, SH.,M.Hum, penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
 Dasar-dasar hukum pajak dan Pendapatan, Rahmad
Soemitro, Eresco Bandung.
 Pengantar Hukum Pajak, Tunggul Ansharri Setia Negara,
SH.,M.Hum
 Dll
Pengertian Hukum Pajak

 Santoso Brotodihardjo
 Hukum pajak (Fiskal) adalah keseluruhan dari peraturan
yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada
masyarakat melalui kas negara, sehingga ia merupakan
hukum publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum
antara negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum)
yang berkewajiban membayar pajak (wajib pajak).
 Bahori.
Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut
pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.
Dengan demikian hukum pajak menerangkan tentang:
1. Subjek pajak.
2. Objek pajak.
3. Kewajiban-kewajiban wajib pajak kepada pemerintah.
4. Timbul dan hapusnya utang pajak
5. Cara penagihan pajak.
6. Cara mengajukan keberatan dan bandingpada peradilan
pajak.
 Dari pendapat tersebut, terlihat bahwa ada yang menyamakan pajak dengan
Fiskal. Fadahal keduanya mempunyai arti yang berbeda.
 Kata fiskal berasal dari bahasa latin “Fiscus” yang berarti keranjang yang
berisi uang atau kantong uang atau kantong raja.
 Kata fiscus kemudian diartikan dan diidentifikasi menjadi kas negara.
 Sedangkan Pajak adalah merupakan iuran rakyat kepada negara.
 Dengan demikian pengertian Fiskal (Fiscus) dengan Pajak ada perbedaan,
yaitu fiskal(fiscus) memiliki pengertian yang lebih luas dari pengertian pajak.
Fiskal mencakup seluruh aspek keuangan keuangan negara, sedangkan pajak
hanya merupakan salah satu bagian dari keuangan negara secara keseluruhan.
Pembagian Hukum Pajak
 Hukum Pajak dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Hukum Pajak Materiil.
2. Hukum Pajak Formil.

 Hukum Pajak Materiil memuat norma-norma yang


menerangkan:
a. keadaan, perbuatan-perbuatan, peristiwa-peristiwa hukum
yang harus dikenai pajak (objek pajak atau tatbestand).
b. Subjek pajak
c. Besarnya pajak, kenaikan-kenaikan pajak, denda pajak.
d. Hukuman terhadap ketentuan perpajakan.
e. Pembebasan dan pengembalian pajak.
 Hukum pajak formal, serangkaian peraturan yang mengatur tentang cara-
cara melaksanakan hukum pajak materiil menjadi suatu kenyataan.

 Hukum pajak formal mengatur tentang:


a. Pendaftaran objek pajak dan wajib pajak.
b. Pemungutan pajak.
c. Penyetoran pajak.
d. Pengajuan keberatan
e. Permohonan banding
f. Permohonan pengurangan dan penundaan pembayaan dll.
 Hukum pajak materiil seperti:
1. UU No.7 tahun 1983, sebagaimana beberapa kali diubah terakhir
dengan UU No 17 th 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
2. UU No 8 tahun 1983 sebagaimana beberapa kali diubah terakhir
dengan UU No. 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas
barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah (PPNBM).
3. UU No 12 tahu 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12
tahun 1994tentang Pajak bumi dan Bangunan.
4. UU Nomor 21 tahun 1997 , sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 20 tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas bumi dan
bangunan.
5. UU Nomor 18 tahun1997, sebagaimana beberapa kali diubah
terakhir dengan UU No. 28Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah.
 Hukum Pajak Formal seperti:
1. UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan tata cara perpajakan.
2. UU No.19 tahun 1997, sebagaimana telah diubah dengan UU No19 tahun
2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
3. UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang Peradilan Pajak.
Kedudukan Hukum Pajak
 Menurut Sacipto Rahardjo Sistem Hukum Nasional terdiri dari Hukum Privat
dan Hukum Publik.
 Hukum privat /perdata terdiri dari :
1. Hukum perkawinan
2. Hukum waris
3. Hukum perjanjian
4. Hukum dagang.
5. Hukum perdata internasional.
 Hukum Publik terdiri dari:
1. Hukum Pidana
2. Hukum Tata Negara.
3. Hukum Administrasi Negara.
4. Hukum Internasional.
5. Hukum Lingkungan.
 Hukum pajak secara umum masuk dalam Hukum Administrasi Negara, akan
tetapi menurut Prof.PJA. Adriani, hukum pajak harus dipisahkan dan tidak
menjadi bagian Hukum administrasi negara, hal ini disebabkan karena hukum
pajak mempunyai fungsi ikut menentukan politik perekonomian suatu negara,
yang fungsi ini tidak dimiliki oleh Hukum Administrasi negara.
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum
Lainnya
 Hukum Pajak dengan Hukum perdata.
1. Hukum pajak mengambil sasaran pada peristiwa, keadaan dan perbuatan
yang berada dalam lapangan perdata sebagai odjek pengenaannya.
Misalnya pada kepemilikan bumi dan bangunan akan dikenakan pajak bumi
dan bangunan. Hubungan bumi dan bangunan dengan pemiliknya adalah
merupakan hubungan perdata.
2. Hukum pajak mengunakan istilah-istilah dalam hukum perdata, misalnya
kompensasi, pembebasan utang, pambayaran, daluwarsa, domisili dan lain-
lain. Namun dalam penerapannya harus sudah ditentukan dalam UU.
 Hubungan antara Hukum Pajak dengan Hukum perdata ada yang berpendapat
hubungan antara hukum umum dan hukum khusus. Perdata merupakan hukum
umum dan hukum pajak merupakan hukum khusus. Artinya hukum perdata harus
dipandang sebagai hukum umum yang berlaku bagi serangkaian hubungan hukum
sepanjang tidak ditentukan secara khusus. (lex specialis derogat lex generalis).
 Hukum Pajak dengan Hukum Pidana.
 Ketentuan pidana tidak hanya ada dalam KUHP tetapi juga di luar KUHP. Dalam
Pasal 103 KUHP disebutkan “ Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai bab VIII
buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-
undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh Undang-undang
ditentukan lain.
 Disamping itu dalam ketentuan perpajakan juga terdapat sanksi pidana.
 Hukum pajak dengan hukum administrasi negara.
 Dalam hukum pajak, untuk timbulnya hutang pajak bagi warga negara harus
terlebih dahulu ditetapkan oleh pemerintah ( SPT).(utang pajak menurut ajaran
Formal).
 Menurut ajaran materiil, timbulnya utang pajak muncul dengan sendirinya yaitu
pada saat ditentukanuleh undang-undang sekaligus dipenuhi syarat subyek dan
syarat objek.
 Syarat subyektif adalah syarat yang melekat pada diri subyek yang bersangkutan.
Seperti lahir di indonesia, domisili di indonesia, berkedudukan dan didirikan di
indonesia, memiliki kekayaan di indonesia dll.
 Syarat obyektif adalah syarat yang berkaitan dengan sasaran pengenaan pajak (objek
pajak). Seperti orang yang tinggal di indonesia memperoleh penghasilan dan
penghasilan memenuhi syarat untuk dikenai pajak.
Pengertian Pajak dan Pungutan lainnya

Prof. Dr. Rachmad Soemitro, SH.


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.
 Prof Dr. Smeets
 Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa
adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang
individu, simaksudkan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.
 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan, yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Pasal 1
angka 1 UU Nomor 28 tahun 2007 ttg ketentuan umum dan
tata cara perpajakan)
Karakteristik dan unsur pajak
 Adanya iuram masyarakat kepada negara, berarti yang berhak
memungut pajak hanyalah negara.
 Pemungutan pajak oleh negara harus berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
 Terhadap pembayaran pajak tidak ada tegen prestasi yang dapat
ditunjukan secara langsung.
 Pemungutannya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
 Hasil pungutan pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin dan pembangunan, apabila ada kelebihan maka sisanya untuk
public investment.
 Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukan dana
dari rakyat ke kas negara (fungsi budgeter) pajak juga mempunyai
fungsi mengatur).
Retribusi
 Retribusi adalah prestasi yang dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan dalam wujud pembayaran dengan dengan
kontraprestasi langsung.
 Karakteristik retribusi adalah:
1. Adanya prestasi dalam bentuk pembanyaran kepada
pemerintah.
2. Retribusi dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku umum.
3. Dalam pembayaran retribusi terdapat imbalan secara langsung
yang dapat ditujuk secara individu.
4. Hasil retribusi dipergunakan untuk pelayanan umum berkait
dengan retribusi yang bersangkutan.
5. Pelaksanaan retribusi dapat dipaksakan, namun pelaksanaanya
bersifat yuridis.
Sumbangan

 Menurut Santoso brotodihardjo, di dalam sumbangan


mengandung pemikiran bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk prestasi pembayaran tertentu tidak boleh dikeluarkan
dari kas umum, karena prestasi tersebut tidak ditujukan kepada
penduduk seluruhnya, tetapi hanya kepada golongan tertentu.
Oleh karena itu hanya golongan tertentu saja yang diwajibkan
membayar sumbangan.
 Contoh sumbangan terhadap pemilik becak, sepeda, pedati, dll.
 Sumbangan tersebut digunakan untuk membangun sarana yang
berhubungan dengan yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai