Anda di halaman 1dari 53

Laporan Praktikum

Manajemen Data Tanggap Bencana

Disusun Oleh :
Atha Rasendriya Salsabila
G41191822
Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan
Jurusan Kesehatan
Politeknik Negeri Jember
2022
Table of contents

01
Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana 02 Penggunaan dan pengelolaan
bantuan bencana

Peran serta lembaga internasional


dan lembaga asing non pemerintah

03 dalam penanggulangan bencana


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008
TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

01
Penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana
DEFINISI
 Merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya

bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. ( Pasal 1 ayat 2 )

 Bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari

ancaman, risiko, dan dampak bencana. ( Pasal 2 )

 Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan

pascabencana. ( Pasal 3 )
TAHAP PRA -
BENCANA
PASAL 4

01 Dalam situasi tidak terjadi bencana

02 Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Dalam Situasi Tidak Terjadi
Bencana meliputi :

Perencanaan
penanggulangan Pengurangan risiko
bencana bencana

Pengurangan risiko
Pencegahan bencana

Pemaduan dalam
perencanaan Persyaratan analisis
pembangunan risiko bencana ( Pasal 5 Ayat 1 )

Persyaratan standar
Pelaksanaan dan Pendidikan dan teknis penanggulangan
penegakan rencana tata pelatihan bencana
ruang
a. Perencanaan Penanggulangan Bencana

 Disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangan bencana yang dijabarkan dalam
program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya. ( Pasal 6 ayat 2 )
 Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
a. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana
b. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat
c. Analisis kemungkinan dampak bencana
d. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana
e. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;
f. Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
( Pasal 6 ayat 3 )
a. Perencanaan Penanggulangan Bencana

BNPB BPBD PROVINSI BPBD KAB /


Untuk Tingkat Nasional Untuk Tingkat Provinsi
KOTA
Untuk Tingkat
Kabupaten / Kota

( Pasal 6 Ayat 4 )
b. Pengurangan Resiko Bencana

 Merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menghadapi bencana. ( Pasal 7 Ayat 1 )
 Pengurangan risiko bencana dilakukan melalui kegiatan :
a. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
b. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
c. Pengembangan budaya sadar bencana
d. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana
e. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
( Pasal 7 Ayat 2 )
b. Pengurangan Resiko Bencana

Rencana Aksi Nasional Rencana Aksi Daerah


Disusun secara menyeluruh dan Disusun secara menyeluruh dan
terpadu dalam suatu forum yang terpadu dalam suatu forum yang
meliputi unsur dari Pemerintah, meliputi unsur dari pemerintah
non pemerintah, masyarakat, dan daerah, non pemerintah, masyarakat,
lembaga usaha. dan dunia usaha di daerah yang
bersangkutan

( Pasal 8 Ayat 2 )
c. Pencegahan

 Dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana. ( Pasal 9 Ayat 1 )


 Dilakukan dengan cara mengurangi ancaman bencana dan kerentanan pihak yang terancam bencana. ( Pasal
9 Ayat 2 )
 Pencegahan risiko bencana dilakukan melalui kegiatan :
a. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana
b.Pemantauan terhadap :
1) penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam
2) penggunaan teknologi tinggi.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
d. Penguatan ketahanan sosial masyarakat. ( Pasal 9 Ayat 3 )
d. Pemaduan Penanggulangan Bencana

 Dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah melalui koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi.
( Pasal 10 Ayat 1 )
 Dilakukan dengan cara memasukkan unsur-unsur penanggulangan bencana ke dalam rencana
pembangunan nasional dan daerah. ( Pasal 10 Ayat 2 )
e. Persyaratan Analisis Risiko Bencana

 Ditujukan untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat

menimbulkan bencana. ( Pasal 11 Ayat 1 )

 Disusun dan ditetapkan oleh Kepala BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait. ( Pasal 11 Ayat 2 )

 Digunakan sebagai dasar dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan, penataan ruang serta

pengambilan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana. ( Pasal 11 Ayat 3 )


f. Pelaksanaan dan Penegakan Rencana Tata Ruang

 Dilakukan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang sesuai rencana tata ruang wilayah. ( Pasal 13 Ayat 1 )

 Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup pemberlakuan peraturan

yang berkaitan dengan penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggarnya.

( Pasal 13 Ayat 2 )

 Pemerintah dan pemerintah daerah secara berkala melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap

perencanaan, pelaksanaan tata ruang, dan pemenuhan standar keselamatan. ( Pasal 13 Ayat 3 )
g. Pendidikan dan Pelatihan

 Ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana. ( Pasal 14 Ayat 1 )

 Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berupa pelatihan dasar,

lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi. ( Pasal 14 Ayat 2 )

 Instansi/lembaga/organisasi yang terkait dengan penanggulangan bencana dapat menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana sesuai dengan mandat dan kewenangannya, berdasarkan

pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB. ( Pasal 14 Ayat 3 )


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Dalam Situasi Terdapat
Potensi Terjadi Bencana meliputi :

Peringatan Mitigasi
Kesiapsiagaan Dini Bencana

( Pasal 15 )
KESIAPSIAGAAN
 Untuk memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadi bencana. dilakukan oleh
instansi/lembaga yang berwenang, baik secara teknis maupun administratif, yang dikoordinasikan oleh
BNPB dan/atau BPBD dalam bentuk :

- Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana;


- Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini;
- Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;
- Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat;
- Penyiapan lokasi evakuasi;
- Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan
- Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

( Pasal 16 Ayat 2 )
PERINGATAN DINI
 Dilakukan untuk mengambil tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta
mempersiapkan tindakan tanggap darurat. ( Pasal 19 Ayat 1 )
Dilakukan dengan cara :
- Mengamati gejala bencana;
- Menganalisa data hasil pengamatan;
- Mengambil keputusan berdasarkan hasil analisa;
- Menyebarluaskan hasil keputusan;
- Mengambil tindakan oleh masyarakat. ( Pasal 19 Ayat 2 )
MITIGASI BENCANA
 Dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada

pada kawasan rawan bencana. ( Pasal 20 Ayat 1 )

Dilakukan melalui :

a. Perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada analisis risiko bencana

b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan

c. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara konvensional maupun modern.

( Pasal 20 Ayat 2 )
TAHAP TANGGAP
DARURAT
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pada Saat Tanggap Darurat
meliputi :

Pengkajian secara cepat dan tepat


terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan Penentuan status keadaan darurat
sumber daya bencana

Penyelamatan dan evakuasi Pemenuhan kebutuhan


masyarakat terkena bencana dasar
Pengurangan
risiko bencana
. Perlindungan Pemulihan dengan
terhadap kelompok segera prasarana dan
rentan sarana vital.

( Pasal 21 Ayat 1 )
a. Pengkajian Secara Cepat dan Tepat

 Dilakukan untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat. dilakukan oleh tim kaji cepat berdasarkan penugasan dari Kepala BNPB atau kepala BPBD
sesuai kewenangannya. ( Pasal 22 Ayat 1 )
 Dilakukan melalui identifikasi terhadap :
a. Cakupan lokasi bencana;
b. Jumlah korban bencana;
c. Kerusakan prasarana dan sarana;
d. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan;
e. Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

( Pasal 22 Ayat 3 )
b. Penentuan Status Keadaan Darurat Bencana

 Dilaksanakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana. ( Pasal 23 Ayat 1 )
 Untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat kabupaten/kota
oleh bupati/walikota. ( Pasal 23 Ayat 2 )
 Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan BPBD mempunyai kemudahan akses di
bidang:
a. Pengerahan sumber daya manusia
b. Pengerahan peralatan
c. Pengerahan logistik
d. Imigrasi, cukai, dan karantina
e. Perizinan
f. Pengadaan barang/jasa
g. Pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang
h. Penyelamatan
i. Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.
( Pasal 24 )
c. Penyelamatan dan Evakuasi Masyarakat Terkena Bencana

 Dilakukan melalui usaha dan kegiatan pencarian, pertolongan, dan penyelamatan masyarakat sebagai korban

akibat bencana. ( Pasal 51 Ayat 1 )

 Dilaksanakan oleh tim reaksi cepat dengan melibatkan unsur masyarakat dibawah komando Komandan

penanganan darurat bencana, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya. ( Pasal 51 Ayat 2 )

 BNPB dapat memberikan dukungan kepada BPBD untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat

terkena bencana. ( Pasal 51 Ayat 3 )


d. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

 Dilakukan oleh Pemerintah daerah, masyarakat, lembaga usaha, lembaga internasional dan/atau lembaga
asing nonpemerintah sesuai dengan standar minimum sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan, ( Pasal 52 Ayat 2 )
 Meliputi bantuan penyediaan :
a. Kebutuhan air bersih dan sanitasi;
b. Pangan;
c. Sandang;
d. Pelayanan kesehatan;
e. Pelayanan psikososial; dan
f. Penampungan serta tempat hunian

( Pasal 52 Ayat 1 )
e. Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan

 Dilakukan dengan memberikan prioritas kepada korban bencana yang mengalami luka parah dan kelompok

rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. ( Pasal 53 Ayat 1 )

 Dilaksanakan oleh instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/atau kepala BPBD

dengan pola pendampingan/fasilitasi. ( Pasal 53 Ayat 2 )


f. Pemulihan Segera Prasarana dan Sarana Vital

 Bertujuan untuk berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap

berlangsung. ( Pasal 54 Ayat 1 )

 Dilakukan oleh instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/atau kepala BPBD

sesuai dengan kewenangannya ( Pasal 54 Ayat 2 )


TAHAP PASCA
BENCANA
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pada Tahap Pasca Bencana
meliputi :

Rehabilitasi Rekontruksi

( Pasal 55 )
a. Rehabilitasi

 Rehabilitasi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui kegiatan :


a. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. Pemulihan sosial psikologis;
e. Pelayanan kesehatan;
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
i. Pemulihan fungsi pemerintahan;
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik. ( Pasal 56 Ayat 1 )
b. Rekontruksi

 Rekontruksi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui kegiatan :


a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana
e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat
f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
g. Peningkatan fungsi pelayanan public
h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
( Pasal 75 Ayat 1 )
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008
TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

02
Penggunaan dan
Pengelolaan
Bantuan Bencana
DEFINISI
 Merupakan dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap prabencana, saat tanggap

darurat, dan/atau pascabencana. ( Pasal 1 Ayat 1 )

 Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana ditujukan untuk mendukung upaya penanggulangan bencana

secara berdayaguna, berhasilguna, dan dapat dipertanggungjawabkan. ( Pasal 2 )


SUMBER DANA PENANGGULANGAN BENCANA

 Dana penanggulangan bencana menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah

daerah. ( Pasal 4 ayat 1 )

 Dana penanggulangan bencana berasal dari :

1 2 3

APBN APBD MASYARAKA


( Pasal 4 Ayat 2 ) T
Dalam anggaran penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN
Pemerintah menyediakan :

Dana Kontinjensi Dana Siap


Bencana Pakai

Dana Bantuan Sosial Berpola


Hibah

( Pasal 5 Ayat 3 )
DEFINISI

 Dana Kontinjensi Bencana disediakan dalam APBN untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana.

( Pasal 6 Ayat 1 )

 Dana Siap Pakai disediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan pada

saat tanggap darurat. ( Pasal 6 Ayat 2 )

 Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulangan bencana yang

berasal dari APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD. ( Pasal 6 Ayat 3 )

 Dana siap pakai harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada saat tanggap darurat. ( Pasal 6 Ayat

4)

 Dana bantuan sosial berpola hibah disediakan dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pascabencana.
TAHAP PRA -
BENCANA
PASAL 12

01 Dalam situasi tidak terjadi bencana

02 Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana


Penggunaan Dana Penanggulangan Bencana Dalam Situasi Tidak Terjadi
Bencana meliputi :

Fasilitasi penyusunan Program


rencana penanggulangan pengurangan risiko
bencana bencana Pemaduan
perencanaan
pembangunan
Program
pencegahan bencana
Penyusunan analisis
risiko bencana
Fasilitasi pelaksanaan
dan penegakan rencana ( Pasal 13 )
tata ruang

Penyusunan standar
Penyelenggaraan teknis penanggulangan
Pendidikan dan pelatihan bencana
penanggulangan bencana
TAHAP TANGGAP
DARURAT BENCANA
ALOKASI DANA PENANGGULANGAN BENCANA

Dana penanggulangan bencana


yang telah dialokasikan dalam
APBN atau APBD untuk Dana siap pakai yang Dana siap pakai yang telah
masingmasing instansi/lembaga dialokasikan dalam anggaran dialokasikan pemerintah
terkait BNPB daerah dalam anggaran
BPBD.

( Pasal 15 Ayat 1 )
TAHAP PASCA
BENCANA
Penyelenggaraan Dana Penanggulangan Bencana Pada Tahap Pasca
Bencana digunakan untuk Kegiatan :

Rehabilitasi Rekontruksi

( Pasal 20 )
a. Rehabilitasi

 Rehabilitasi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui kegiatan :


a. Perbaikan lingkungan daerah bencana
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
d. Pemulihan sosial psikologis
e. Pelayanan Kesehatan
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g. Pemulihan sosial ekonomi budaya
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban
i. Pemulihan fungsi pemerintahan
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik. ( Pasal 21 )
b. Rekontruksi

 Rekontruksi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui kegiatan :


a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana
e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat
f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
g. Peningkatan fungsi pelayanan public
h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. ( Pasal 22 )
PENGELOLAAN
BANTUAN BENCANA
BANTUAN BENCANA

 Bantuan Bencana terdiri dari :


a. Santunan duka cita
b. Santunan kecacatan
c. Pinjaman lunak untuk usaha produktif
d. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
( Pasal 24 Ayat 2 )
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG
PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Peran Serta Lembaga

03 Internasional dan
Lembaga Asing Non
Pemerintah
DEFINISI

 Peran serta lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dalam penanggulangan bencana

bertujuan untuk mendukung penguatan upaya penanggulangan bencana, pengurangan ancaman dan risiko

bencana, pengurangan penderitaan korban bencana, serta mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat.

( Pasal 2 )

 Peran serta lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dalam penanggulangan bencana

bertujuan untuk mendukung penguatan upaya penanggulangan bencana, pengurangan ancaman dan risiko

bencana, pengurangan penderitaan korban bencana, serta mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat.

( Pasal 3 )
TATA CARA PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN
LEMBAGA ASING NON PEMERINTAH
 Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah yang akan berperan serta dalam penanggulangan

bencana harus menyusun :

a. Proposal

b. Nota kesepahaman

c. Rencana kerja.

( Pasal 5 Ayat 1 )
TATA CARA PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN
LEMBAGA ASING NON PEMERINTAH

 Proposal disusun oleh lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah melalui konsultasi dengan

perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. ( Pasal 5 Ayat 2 )

 Nota kesepahaman disusun secara bersama-sama antara BNPB dan lembaga internasional atau lembaga asing

nonpemerintah dengan melibatkan instansi yang bertanggungjawab dalam bidang luar negeri. ( Pasal 5 Ayat

3)

 Rencana kerja disusun secara bersama-sama antara BNPB dan lembaga internasional atau lembaga asing

nonpemerintah dan dapat melibatkan instansi/lembaga terkait. ( Pasal 6 Ayat 1 )


PELAKSANAAN PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL
DAN LEMBAGA ASING NON PEMERINTAH

 Peran serta lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dalam kegiatan penanggulangan bencana

pada tahap prabencana dan pascabencana wajib menyesuaikan dengan kebijakan penyelenggaraan

penanggulangan bencana. ( Pasal 10 Ayat 1 )

 Peran serta lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dikoordinasikan oleh BNPB. ( Pasal 10

Ayat 2 )

 Peran serta lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dalam penanggulangan bencana pada

saat tanggap darurat berada di bawah komando BNPB. ( Pasal 10 Ayat 3 )

Anda mungkin juga menyukai