Anda di halaman 1dari 47

GERODONTOLO

GI
Oleh : drg. Rani Purba, Sp. Pros
GERODONTOLOGI
 Ilmu kedokteran gigi yang khusus ditujukan pada pengobatan gigi
orang tua

 Lawannya adalah : Pedodontik (KGA)


Yaitu ilmu kedoteran gigi yang ditujukan pada pengobatan gigi
anak.

 Equivalent Gerodontologi adalah geriatrik yang berarti ilmu


kedokteran bagi orang yang telah lanjut usianya.

 Equivalent dari Pedodontik adalah Pediatrik yang berarti ilmu


kedoteran bagi anak (Prof. Dr. RM. Soelarko)
Mengapa diadakan pemisahan khusus dari anak dan
orangtua, alasannya adalah :

1. Tiap ahli harus terpaksa membatasi diri pada lapangan ilmu


yang makin sempit, sehingga dapat mempelajari lebih
mendalam. Dengan kata lain, yaitu spesiliasi yang artinya
mempelajari ilmu makin mendalam dalam bidang ilmu yang
makin menyempit ( to know more and more of less and less)

2. Pemilihan batas umur sebagai ilmu tertentu, seperti golongan


orang tua dan anak, menyimpulkan adanya problema-
problema khusus pada orang tua dan anak. Karena
perkembangan usia diikuti serangkaian perkembangan biologi,
anatomi, fisiologi, psikologi dan patologi
PANDANGAN UMUM
Persoalan – persoalan yang timbul pada orang tua:

 Tempora mandibular joint distubances


 Oral Rehabilitation
 Occiusal Equilibration
 Bidang- bidang periodik yang khusus ditimbulkan oleh
perubahan-perubahan proses penuaan
 Bidang-bidang prostodonsia yang khusus untuk
memulihkan daya kunyah dengan mempertimbangkan
perubahan yang layak secara fisiologik yang terjadi pada
orang tua
PENGGUNAAN DALAM
PROSTODONSIA

1. Sifat- sifat fisiologis dan psikologi


2. Landasan gigi geligi
3. Pengaturan gigi dan estetika
4. Pertimbangan –pertimbangan lain
1. SIFAT-SIFAT FISIOLOGIS DAN
PSIKOLOGI
Proses penuaan membawa gejala-
gejala fisiologi dan psikologi yang
perlu mendapat perhatian supaya
pekerjaan yang menyangkut sifat-sifat
tersebut dapat disesuaikan
MENTAL ATTITUDE
 Sikap pasien terhadap pembuatan gigi tiruan
pada umumnya dapat dipandang baik.
Pasien usia lanjut telah lama menderita
kesukaran- kesukaran dalam mengunyah dengan
akibat mengenai pencernaan makanan dan
peredaran zat.
 Biasanya pasien lanjut usia mengeluh kurang
nafsu makan, sakit perut, kurang teratur buang
air, tekanan darah tinggi, kencing manis dll.
KONDISI INI MEMBAWA
KECENDERUNGAN
 Misalnya pasien dengan penyakit tekanan darah tinggi atau
pencernaan kurang baik akan mudah marah

 Dalam hal kooperasi terhadap pembuatan gigi tiruan umumnya


memberikan sikap kerjasama yang baik, karena ingin
mendapatkan perbaikan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya

 Kesabaran dalam tahap-tahapan pembuatan gigi tiruan


umumnya lebih baik daripada pasien muda, karena telah pensiun
atau kurang mengalami desakan kehidupan seperti orang muda
 SIKAP PASIEN :
 House mengelompokkan pasien :

 1. Filosofis : tipe yang terbaik. Pasien biasanya bersikap


rasional dan percaya terhadap dokter yang merawatnya.
Motivasi juga baik untuk memelihara kesehatan gigi dan
penampilan. Tipe pasien ini juga cepat untuk beradaptasi.
 2. Exacting : tipe yang hampir menyerupai tipe pertama
tetapi lebih banyak tuntunannya. Sifat pasien ini metodikal dan
akurat. Ingin diikut sertakan dalam perawatan dan minta
penjelasan secara terperinci. Untuk mencapai keberhasilan
yang optimal, perlu dilakukan pendekatan dan penjelasannya
yang lebih baik.
 3. Indefferent : tipe pasien yang apatis, tidak peduli akan
penampilannnya, tidak merasakan perlunya perawatan gigi
tiruan, jadi tidak memiliki motivasi. Selain itu uga pasien tidak
memperhatikan intruksi yang diberikan, tidak kooperatif, dan
cenderung menyalahkan dokter yang merawatnya. Untuk
memperoleh keberhasilan, diperlukan seorang pendamping atau
keluarga untuk memberikan penjelasan sehubungan dengan
perawatannya. Prognosis kurang menguntungkan.

 4. Histerical : pasien yang sangat emosional, tidak stabil,


mempunyai reaksi berlebihandan sangat sensitif. Pasien
biasanya takut terhadap perawatan kedokteran gigi, dan yakin
bahwa pemasangan gigi tiruan akan berakhir dengan
kegagalan. Prognosis seringkali kurang baik, dan kadang-
kadang diperlukan bantuan psikiater sebelum perawatan
dimulai.
ADA SIFAT YANG KURANG MENGUNTUNGKAN,
MISALNYA :
 Penyakit kronis atau proses penuaan sehingga
kemampuan melakukan yang bagi orang muda
mudah dan biasa, dirasakan sukar oleh orang
lanjut usia

Tremor dan kekurangan Neuromuscular Control


 Tremor dalam gerakan tangan, yang kita kenal
pada orang tua, juga pada rahang bawah pada
pasien yang telah lama tidak bergigi dan
kehilangan ukuran vertikal
 Rahang bawah karena kehilangan pegangan oklusi
mempunyai tendensi untuk mendekati rahang atas dan
menyebabkan profil khusus bagi orang tua karena
ukuran vertikal berkurang, maka dagu berada lebih
dekat pada hidung.

 Ukuran vertikal berkurang


 Lipatan naso Labial lebih dalam
 Bibir atas mundur karena kehilangan sandaran gigi
 Bibir bawah lebih menempel pada bibir atas dan
protrusif
 Dagu lebih maju dan lebih dekat pada hidung
 Bahasan 2 & 3 pada “telah dibagbahas dalam
Prostodonsia”

4. Pertimbangan- pertimbangan lain


 dengan segala daya dan upaya membuat gigi tiruan
sebaik-baiknya, sehingga dapat memenuhi tujuan,
fungsi dan estetika pada pasien lanjut usia, maka
akan tetap ada sebagian kecil yang tidak atau sulit
sekali untuk menyesuaikan diri pada keadaaan
pemakaian gigi tiruan
PASIEN DEMIKIAN DAPAT
DIGOLONGKAN KEPADA:
1. Pasien dengan ganguan urat syaraf : neurosis
hypersensitif
2. Pasien dengan Flabby tissue pada rahang bawah
3. Pasien dengan ridge resorption yang berlebihan
4. Pasien dengan cacat congenital atau acquired
5. Beberapa penyakit kronik yang merupakan
komplikasi, epilepsy, diabetes
 Epilepsy dengan dilantin therapy menyebabkan
gingival hyperplasy yang akan menyulitkan
pembuatan gigi tiruan
 Diabetes dengan predisposisi terhadap
infeksi akan merupakan komplikasi terjadi
ulcus, karena pemakaian gigi tiruan yang tidak dapat
dibuat dengan sempurna
Manusia tidak terlepas dari hukum alam, salah satunya yaitu proses
penuaan.
 Kehidupan manusia dimulai dari :

1. Masa prenatal
2. Natal (bayi)
3. Masa anak-anak
4. Masa pra pubertas
5. Masa post pubertas
6. Masa muturitas
7. Masa Presenilitas
8. Masa Senilitas Lanjut

 No: 6,7 & 8 adalah masa penghidupan lansia


LANJUT USIA

Pengertian Lansia :
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang

Tahap ini dibagi :


1. Lansia dini antara usia 60-70 th (usia tua)
2. Lansia mulai usia 70 th- meninggal

Setiap periode ditandai dengan perubahan fisik


dan psikologi (Hurlock, 1991)
Indonesia
 Lansia : usia 60 th atau usia rata-rata dipensiun 56 th
(Kesama, 1990)

WHO
 Lansia : usia 65 th
 Usia 60 th sebagai usia awal atau usia transisi ke
lansia

 Berdasarkanusia kronologis tersebut penurunan


fungsi organ atau sistem organ sudah mulai
dikeluhkan dalam bentuk keadaan sakit (Triwibowo,
1996)
 Sumber Daya Manusia Lansia

 Penduduk lansia merupakan potensi


sumber daya manusia yang perlu dibina
(BKKBN). Karena sebagian Lansia
masih mempunyai kemampuan dan
kemauan bekerja, namun tenaga dan
kemampuan mereka terbatas (Kakanwil
Depsos)
 Lansia dengan kondisi kesehatan
pendidikan dan kesejahteraan yang makin
baik, maka lansia masih memiliki
kemampuan untuk secara aktif bergerak
dalam pembangunan. Bahkan dalam
berbagai profesi, bertambahnya
pengalaman karena bertambahnya usia,
justru berarti mantapnya sifat arif dan
bijaksana
ASPEK PSIKOLOGIS LANSIA

Tanda-tanda menjadi tua :

 Gangguan pikiran
 Gangguan sikap

 Gangguan tingkah laku

 Gangguan daya tahan


Menjadi tua yang normal disertai dengan
perubahan psikologis :

1. Penurunan kemampuan intelektual

2. Penurunan pemecahan masalah

3. Penurunan memahami dan menganalisis


situasi yang kompleks
Secara alami dihubungkan pada:

 Penurunan kemampuan menerima dan menyimpan


informasi baru
 Penghambatan fungsi mental dan psikologis

 Penyesuaian mental dan kepandaian menurun

 Sensitivitas terhadap stress

 Kecenderungan reaksi terhadap depresi dn keadaan


sakit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia
(Frank dan Hedegard, 1973)
 Perubahan fisik dan psikologis pada lansia
tidak selalu sama, karena dipengaruhi
faktor-faktor :

 Kepribadian

 Stress fisik psikologis

 Keadaan ekonomi
Pola tingkah laku Lansia :
 Umumnya interaksi perubahan fisik dan penyakit
somatik dengan sikap mental dan cara pandang pada
suatu subyek berperan besar pada pola tingkah laku
lansia
Contoh :
 Lansia sukar untuk menerima keadaan baru termasuk
pemakaian protesa gigi baru
 Lansia menunjukkan reaksi berlebihan terhadap
kesulitan kecil sekalipun (Thomson, 1985 Cit Sumadi,
1990)
PROSES MENUA

 Proses menua : kemunduran fisik dan mental


secara perlahan

 Kemunduran disebabkan faktor :


a. Fisik : perubahan sel tubuh bukan karena penyakit
tapi karena proses menua

b. Psikologis : sikap tidak senang terhadap diri sendiri,


orang lain, pekerjaan, kehidupan pada umumnya
dapat menuju ke keadaan uzur
Orang menjadi tua secara berbeda
karena :

1. Perbedaan sikap bawaan


2. Sosio ekonomi
3. Pendidikan
4. Pola hidup
Menurut Franks dan Hedegard menjadi tua dapat
ditinjau dari sudut :

a. Biologi
 menjadi tua merupakan episode terakhir
ditentukan secara genetik dari perkembangan
normal yang menyebabkan ketidakmampuan
dalam fungsi proses intrinsik, tak dapat
dielakkan dan irreversible
b. Patologi, ada 2 teori :
1. Merupakan proses destruktif diri sendiri
adanya proses Autoimun, dimana tubuh
bereaksi secra imunologi melawan diri sendiri-
terhadap benda asing

2. Merupakan hasil akhir dari akumulasi progresif


dan pengalaman –pengalaman traumatik yang
berhubungan dengan hidup, misalnya : penyakit
degenerasi memperbesar ketidakmampuan
pada usiatua
Usia lanjut

 Batas usia tidak bisa dipatok, tetapi


semua orang pasti menjadi tua (Yaumil,
1995).

 Usia tua adalah periode penutup


dalam rentang hidup seseorang yaitu
suatu periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu
yang penuh manfaat (Hurlock, 1991)
 Ruarus (dalam Suling dan Palenkahu, 1992)
berpendapat bahwa dalam menuju usia lanjut
dilalui fase-fase berikut :

a. Fase Juventus, yaitu antara umur 25 th - 40 th


b. Fase Virilitas, yaitu antara umur 40 th - 65 th
c. Fase Prasenium, yaitu antara umur 55 th - 65 th
d. Fase Senium, yaitu antara umur 65 th – akhir
hidup
 Empat fase tersebut disebut masa kedewasaan, sehingga masa
usia lanjut masih termasuk masa kedewasaan.

 Fase Juventus merupakan masa kedewasaan baru, fase Virilitas


merupakan puncak kedewasaan, sedangkan fase Prasenium dan
Senium digolongkan dalam fase usia lanjut.
 Usia manusia dibagi menjadi (Prawitasari, 1994)
:

1. Usia biologik

 Adalah proses genetik yang berhubungan


dengan waktu tetapi terlepas dari stress,
trauma, atau penyakit. Seseorang Lansia
dianggap muda secara biologik apabila secara
kronologis dia tua tetapi organ-organ tubuhnya
seperti orang muda, jantung, hati, ginjal,
pencernaan tetap berfungsi dengan baik seperti
ketika masih muda.
2. Usia Psikologik

 Adalah kapasitas individu untuk adaptif


dalam hal ingatan, belajar, intelegensi,
ketrampilan, perasaan, motivasi, dan
emosi. Apabila ingatan seseorang tetap \
jernih, intelegensinya tidak terganggu,
perasaan stabil, motivasi tetap tinggi,
emosi sehat, maka dia boleh dikatakan
secara psikologik dewasa
2. Usia Sosial

 Lebih menekankan pada peran maupun


kebiasaan sosial seseorang dalam
hubungannya degan anggota
masyarakat. Seseorang dianggap secara
sosial bila ia mampu berhubungan
dengan orang lain, menjadi anggota
masyarakat dan berperan serta
didalamnya.
 Masa Lansia tidak harus mempengaruhi
kedewasaan biologis, psikologik dan sosial.
Lebih lanjut dikatakan bahwa semakin maju
sebuah negara, berarti semakin makmur
penduduknya dan semakin tinggi pula harapan
hidup mereka.

 Di Yogyakarta, usia harapan hidup adalah 70 th bagi


wanita dan 68 th bagi pria. Usia harapan
hidup yang berbeda menimbulkan kesulitan
menentukan kapan masa lansia dimulai. Untuk
sementara Prawitasari memberi batasan usia 65
th sampai mati bagi Usia Lanjut.
 Sama seperti setiap periode lainnya dalam
rentang kehidupan seseorang, usia lanjut
ditandai dengan perubahan fisik dan psikologik.

 Orang berusia lanjut lebih cepat capai dan


memerlukan waktu yang lebih lama untuk
memulihkan diri dari keletihan dibanding orang
yang lebih muda. Demikian juga fungsi seluruh
organ penginderaan kurang mempunyai
sensitivitas dan efisiensi kerja dibanding yang
dimiliki oleh orang yang lebih muda (Hurlock,
1981)
 Suhantoro (1986) mengatakan bahwa dengan
bertambahnya usia kekuatan fisik, seseorang akan
menurun. Ada yang cepat, ada pula yang lambat,
tergantung bagaimana lansia memelihara fisiknya.
 Dengan tidak adanya suatu kegiatan disaat usia lanjut
akan membuat kemampuan fisik lebih cepat menurun.
Akibatnya berbagai penyakit akan segera menyerang
dan akhirnya seakan mempercepat kematian.
 Jadi dapat ditarik kesimpulan, siapa yang rajin
bekerja akan seimbang antara kemampuan intelektual
dan fisiknya, maka umurnya akan lebih panjang.
 Menurut Mardjono (1995) semakin lanjut usia
kemampuan mengingat pun semakin berkurang,
karena telah terjadi perubahan fisiologis yang
mengakibatkan penuaan sel-sel otak.

 Semakin tua usia, semakin banyak sel-sel otak yang


mati. Sel yang mati tidak ada gantinya. Jadi semakin
tua seseorang, maka akan semakin habis pula sel
neuronnya didalam otak.

 Namun, ikatan-ikatan antara sel neuron itu dapat


semakin banyak jika seseorang mau terus belajar.
Melatih otak berarti menciptakan aktivitas tertentu
untuk mengisi kekosongan waktu.
 Sukono (1995) mengatakan bahwa secara faali,
kemampuan fisik dan mental seseorang yang berusia
diatas 40 th akan mulai menurun.
 Salah satu yang sering terjadi akibat penurunan
kemampuan fisik dan mental tersebut, menyangkut
dimensia.
 Penyebabnya antara lain proses degenerasi, kelainan
pembuluh darah otak, peradangan atau penyakit lain
serta pernah mengalami trauma.
 Gangguan yang sering terjadi pada penderita dimensia
adalah menurunnya fungsi memori (daya ingat). Hal
ini akan terjadi pada setiap orang setelah berusia
lanjut, ada yang cepat, dan ada juga yang lambat.
 Hurlock (1991) mengatakan bahwa semakin
menurunnya kondisi kesehatan seseorang secara
bertahap dan ketidakmampuan secara fisik,
menyebabkan ia tertarik pada kegiatan rekreasi yang
memerlukan sedikit tenaga dan kekuatan fisik serta
yang dapat dinikmati didalam rumah.
 Kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan oleh para
Lansia antara lain membaca, menulis surat,
mendengarkan radio, menonton tv, berkebun,
berkunjung kerumah teman atau saudara.
 Ditinjau dari segi ekonomis, banyak orang Lansia
yang terpaksa menghentikan berbagai pengeluaran
untuk menghemat biaya, apabila pendapatanmereka
secara drastis berkurang.
 Para usia lanjut mempunyai perubahan status kesehatan mulut
yang ditandai ndengan meningkatnya prevalensia hilangnya
gigi, penyakit periodontal, karies akar gigi, erosi, abrasi, dn
kanker mulut (Wiyono, 1990).

 Kesama (1990) mengatakan bahwa salah satu kelainan rongga


mulut yang sering terjadi pada usia lanjut adalah kehilangan
gigi geligi.
 Menurut Effendi (1990) tingkat kesehatan gigi dan
mulut umumnya menggambarkan berbagai dampak
akibat dari proses patologik yang menyerang jaringan
keras gigi, jaringan penyangga gigi, serta perubahan
degeneratif yang terjadi karena proses pertambahan
usia.

 Cepat atau lambat, orang berusia lanjut pada


umumnya akan kehilangan sebagian gigi bahkan
banyak yang hilang semuanya, akibatnya mereka
mengalami kesulitan dalam pengunyahan, yang
mendorong mereka untuk menelan makanan kasar dan
lebih besar sehingga pencernaannya terganggu
(Hurlock, 1991)
 Banyak individu berusia lanjut beranggapan bahwa
sebagia bagian proses pertambahan usia yang normal
mereka akan kehilangan gigi geliginya. Tetapi
kenyataannya sering dijumpai individu berusia lanjut
mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang baik
(Subita, 1990).

 Perubahan fisiologis pada orang berusia lanjut


membawa dampak pada proses penuaan njaringan
gigi dan mulut yanng mengakibatkan kerusakan atau
tanggalnya gigi. Akan tetapi, tanggalnya gigi yang
dialami para usia lanjut, sebenarnya lebih banyak
disebabkan oleh faktor patologis daripada faktor
fisiologis.
 Tanggalnya gigi harus diganti, sebab para usia lanjut
telah mengalami penurunan daya metabolisme,
termasuk daya menyerap makanan. Bila tubuh mereka
harus mencerna makanan yang belum dikunyah dengan
benar, maka kesehatan mereka dapat lebih menurun
(sofyanis dan Budi, 1995).

 Menurut Soetopo (1990) dokter gigi akan


dihadapkan banyak permasalahan dalam
merawat penderita usia lanjut. Pada penderita
usia lanjut telah terjadi penurunan fisik maupun
psikis dan ini juga mempengaruhi ketahanan
penderita apabila perawatan memerlukan waktu panjang.
 Oleh karena itu operator harus mempunyai
daya kreasi secara ilmiah dalam meodifikasi
prosedur perawatan. Pentting diperhatikan lama
perawatan tiap perjanjian, karena umumnya
mereka cepat bosan dan mudah stress, sehingga
menjadi non kooperatif. Perawatan harus direncanakan
dengan cermat agar pada waktu pelaksanaan dapat
diselesaikan dengan cepat.

 Menurut Sumadi (1990) kekuatan fisik yang


kurang memungkinkan penderita usia lanjut
terlihat kurang dapat menerima waktu perawatan
yang terlalu lama dan membosankan
 Boediharjo (1990) mengatakan bahwa
dokter gigi harus mengenal problem
khusus pada penderita usia lanjut yang
memungkinkan menyangkut masalah
mental dan emosi. Untuk keberhasilan
penanganan dan perawatan penderita
usai lanjut, membutuhkan pendekatan
humanistik dan hubungan yang lebih
akrab.

Anda mungkin juga menyukai