Anda di halaman 1dari 12

Batuan Karbonat

BATUAN KARBONAT

 Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang


dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam
prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit.
 Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan
yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses
tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan
yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan
pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses
diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum
adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite).
Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada
lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
 Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab Batuan karbonat
merupakan salah satu batuan utama untuk bahan hidrokarbon (minyak dan
gas) dan berpeluang sangat besar menjadi reservoar hidrokarbon, jika
porositasnya tinggi.

 Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi


karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi
karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi
disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi-fraksi yang umum dapat dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mineral Rumus Kimia Sistem Kristal

Aragonit CaCO3 Orthorombik

Kalsit CaCO3 Heksagonal(rombohedral)

Magnesit MgCO3 Heksagonal(rombohedral)

Dolomit CuMg(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Ankerit Ca(FeMg)(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Siderit FeCO3 Heksagonal(rombohedral)


Tabel Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai
Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat
Mineralogi dan Komposisi kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan pengendapan, tetapi
penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium karbonat (Graha, 1987).

a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)


Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya diendapkan
secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme
membuat rumah (test) dari aragonit seperti moluska.

b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)


Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai rekristalisasi dari
aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal – kristal yang jelas. Kebanyakan
gamping terdiri dari kalsit.

c. Dolomit : CaMg (CO3)2


Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan kalsit berbedanya
pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan
hasil dolomotisasi dari kalsit.

d. High Magnesium Kalsit


Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan batuan dolomit Ls.

e. Magnesit : MgCO3
Biasanya berasosiasi denga evaporit.
Lingkungan Pengendapan Karbonat
Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat adalah:

a. Pengaruh sedimen klastik asal darat


Pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari sedimen klastik asal darat.  Karena
sedimen klastik dari darat dapat menghambat proses fotosintesa ganggang gampingan.

b. Pengaruh iklim dan suhu


Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu hangat dan beriklim tropis sampai subtropis.

c. Pengaruh kedalaman
Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah perairan dangkal dimana masih
terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air. Terdapat suatu garis yang merupakan batas
kedalaman air dimana sedimen karbonat dapat ditemukan pengendapannya yang disebut dengan CCD
(Carbonate Compensation Depth).

e. Faktor Mekanik
Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat yaitu antara lain aliran air
laut, percampuran air, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan organik pada larutan, serta pH air laut.
Penyusun Batuan Karbonat
Penyususn batugamping menurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal grain,
skeletal grain, matrix dan semen.

1. Non Skeletal grain, terdiri dari :

a. Ooid dan Pisoid


Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang
konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid
memiliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.

b. Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa
struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 – 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin)
sehingga disebut pellet (Tucker 1991).

c. Agregat dan Intraklas


Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen
mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah
terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat
(Tucker,1991).
2.    Skeletal Grain
Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen
cangkang pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata
penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).

3.    Lumpur Karbonat atau Mikrit


Mikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai
butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi
mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya
ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung,
bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh
mozaik mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).

4.    Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga
pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida
besi ataupun sulfat.
KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT
Klasifikasi Mount (1985)
Proses pencampuran batuan campuran silisiklastik dan karbonat melibatkan proses sedimentologi dan biologi yang variatif. Proses tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori :
a. Punctuated Mixing
Pencampuran di dalam lagoon antara sedimen dan silisiklastik di dalam lagoon yangberasal dari darat dengan sedimen karbonat laut. Proses
pencampuran ini terjadi hanya bila ada energi yang kuat melemparkan material karbonat ke arah lagoon. Energi yang besar ini dapat terjadi padaa
saat badai. Proses ini dicirikan oleh adanya shell bed yang merupakan lapisan yang mebngandung intraklas-intraklas cangkang dalam jumlah
yang melimpah.
b. Facies Mixing
Percampuran yang terjadi pada batasbatas facies antara darat dan laut. Suatu kondisi fasies darat berangsur-angsur berubah menjadi fasies laut
memungkinkan untuk terjadinya pencampuran silisiklastik dan karbonat.
c. Insitu Mixing
Percampiran terjadi di daerah sub tidal yaitu suatu tempat yang banyak mengandung lumpur terrigenous. Kondisi yang memungkinkan terjadinya
percampuran ini adalah bila lingkungan tersebut terdapat organisme perintis seperti algae. Apabila algae mati maka akan menjadi suplai material
karbonat.
d. Source Mixing
Proses percampuran ini terjadi karena adanya pengangkatan batuan ke permukaan sehingga batuan tersebut dapat tererosi. Hasil erosi batuan
karbonat tersebut kemudian bercampur dengan material silisiklastik. Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya
sedimen campuran memiliki 4 komponen, yaitu :
 - Silisiklastik sand (kuarsa, feldspar dengan ukuran butir pasir).
 - Mud, yaitu campuran silt dan clay.
 - Allochem, batuan karbonat seperti pelloid, ooid dengan ukuran butir > 20 mikrometer.
 - Lumpur karbonat / mikrit, berukuran < 20 mikrometer.
Tekstur Batuan Karbonat
 Tekstur pada batuan karbonat bervariasi, mulai dari tekstur yang terdapat pada batuan detritus seperti
besar butir, pemilahan, dan rounding, hingga yang menunjukkan hasil pengendapan kimiawi. Matrixnya
juga bervariasi dari lumpur karbonat berbutir padat hingga kristal-kristal kalsit atau dolomit. Tekstur juga
ada yang terbentuk dari pertumbuhan organisme.
 Tekstur pada batu gamping kebanyakan hampir sama dengan jenis tekstur pada batuan detritus seperti
batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan karbonat dan batu pasir hampir
sama.

Struktur Batuan Karbonat


 Apabila batu gamping tersusun atas klastik, kebanyakan struktur yang terdapat pada batuan detritus juga
muncul pada batuan ini. Struktur-struktur seperti cross-bedding, ripple marks, dunes, graded bedding,
banyak dijumpai pada batuan karbonat walaupun tidak terlalu mudah diamati karena sedikitnya
perbedaan warna pada tiap lapisan di batuan karbonat.
 Tipe laminasi yang paling banyak ditemukan dibentuk oleh organisme seperti alga hijau/biru yang
tumbuh di daerah berombak. Organisme ini tumbuh sebagai serat-serat dan membentuk serabut dengan
memerangkap dan menyatukan mikrokristal karbonat. Adanya ombak yang datang dan menyapu butiran
pasir di pantai membuat formasi laminasi yang terdiri atas material organik.
 Stylolit merupakan permukaan tak beraturan dari endapan karbonat yang tertekan. Stylolit ini
merepresentasikan 25% hingga 90% batuan karbonat yang terlarut.
REFERENSI

 http://
ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/petrologi-dan-faktor-lingkungan-pengend
apan-batuan-karbonat/
(16/10/2013)
 http://h4ris.wordpress.com/2006/10/04/tinjauan-umum-batuan-karbonat/
(15/10/2013)

Anda mungkin juga menyukai