Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme, oleh karena itu banyak
faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap kuman pathogen.
Menurunnya fungsi faktor-faktor ini akan menimbulkan masalah karena adanya bakteri
oportunistik yang dapat menjadi pathogen dan menimbulkan berbagai kelainan.
beberapa jaringan di dalam rongga mulut seperti membran mukosa, jaringan limfoid
rongga mulut, kelenjar air liur, dan celah gusi. Jaringan-jaringan sangat berperan pada
kesehatan di dalam rongga mulut karena pada keadaan normal, integritasnya
berfungsi untuk menahan penetrasi mikroorganisme.
1. Membran mukosa
Terdiri atas air liur pada permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membran basal, dan
komponen seluler serta humoral yang berasal dari pembuluh darah. Komposisi jaringan lunak
mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa yang karena bentuknya, berguna sebagai
barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya yang
konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang
mengakibatkan epitel mukosa mulut sangaat efisien sebagai barier. Kedua hal ini, haruslah
dalam keadaan seimbang. Keratinisasi palatum durum dan gusi sangat baik sedangkan
keratinisasi epitel kantong gusi kurang baik, karenanya merupakan barier pertahanan yang
agak lemah. Namun, kontak yang rapat antara epitel kantong gusi dan permukaan gigi dapat
menurunkan kemungkinan penetrasi mikroorganisme.
2. Saliva
Saliva disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris,
dan beberapa kelenjar ludah kecil pada permukaan mukosa.
Aliran saliva sangat berperan dalam membersihkan rongga mulut dari
mikroorganisme. Dalam hal ini, saliva bertindak sebagai pelumas aksi otot
lidah, bibir, dan pipi. Saliva akan mencuci permukaan mukosa mulut
sedangkan sirkulasi darah subepitel bertindak sebagai suplemen pada
batas jaringan lunak dan keras melalui cairan celah gusi. Saliva akan tetap
mengalir meskipun tanpa dirangsang, rata-rata sekitar 19 ml/jam atau
sekitar 500 ml/hari. Rata-rata sekresi saliva meningkat pada saat makan
atau rangsangan psikis dan menurun pada waktu tidur. Bila jumlah aliran
air liur menurun, dapat meningkatkan frekuensi karies gigi, parotitis atau
peradangan kelenjar parotis. Pada pH saliva yang rendah, mikroorganisme
dapat berkembang dengan baik. Sebaliknya, pada pH tinggi dapat
mencegah terjadinya karies tinggi.
3. Celah gusi
Cairan celah gusi yang mengandung leukosit akan melewati epitel junctional
menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi
gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit cairan celah gusi ini juga
mengandung komponen komplemen selular dan humoral yang terlibat dalam
respon imun.
SISTEM IMUN NON-SPESIFIK PADA RONGGA
1. Protein-enzim
MULUT
lisozomal : merupakan enzim mukolitik yang mampu memecahkan ikatan glikopeptide dinding bakteri
gram positif, sehingga lisis. Termasuk kolagenase, elastase, hyaluronidase. Mesikupun enzim-enzim ini
diproduksi oleh sel-sel neutrofil, sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar ludah. Perlu ditekankan bahwa
enzim penghancur juga di produksi oleh bakteri sehingga hadirnya enzim ini juga dapat merusak
jaringan gingivanya sendiri. bahkan disebut suatu protase yang dapat mengaktifkan IgA.
Laktoferin dan laktoperoksidase: yang mempunyai aktifitas antibakteri dan antivirus.
Musin: yang menghambat perlekatan virus pada sel epitel.
Interferon: diproduksi oleh sel hospes, sebagai reaksi terhadap invasi virus. Dibedakan tiga tipe
interferon manusia, yaitu: α(alfa), dihasilkan oleh sel-sel darah putih,β(beta) oleh fibroblas dan
γ(gamma) oleh limfosit yang teraktivasi
Sitokin: merupakan zat biologik aktif yang diproduksi berbagai tipe sel dari kelompok non-limfoid,
sebagai reaksi terhadap suatu radang.
2. Komplemen
Sudah ada dalam darah, sebelum dibentuknya IgM dalam mobilitas elektroforosis
termasuk kelompok alfa dan beta globulin.
Dalam cairan saku gusi ditemukan bentuk C2, C4, dan C5. Mengenai C3 disamping
dalam bentuk yang tidak aktif, juga dalam bentuk yang berubah, artinya aktivasi
komplemen sudah terjadi secara in vivo. Kehadiran ikatan kompleks Ag-Ab, akan
mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik seperti model kaskade pembekuan
darah (self amplifying). Dimulai dengan pengaktifan C142, berlanjut ke C3 dan
berakhir dengan lisisnya membran sel target oleh C5-9. Pengaktifan C3 juga dapat
brlangsung dengan jalan pintas tanpa adanya antibody yang disebut jalur
alternatif. Plak gigi ternyata berpotensi membuka jalur ini, akan mengaktifkan C3
yang berakhir juga dengan membranolisis/antigenolisis. Konsentrasi C2 dan C4
dalam cairan gingival yang meradang, meningkat dibandingkan dengan normal.
Sel-sel ini baru aktif bekerja kalau tubuh dimasuki zat-zat bersifat allergen yang
biasanya terdapat dalam makanan.
3. Sel N.K (Natural killer)
Sel ini baru jelas peranannya dalam system pertahanan, terutama menghadapi
perubahan komponen tubuh sendiri, sebagai akibat dari perlakuan virus ataupun zat-
zat kimia tertentu. Sel ini tidak memiliki permukaan sel T ataupun sel B. dapat
mengenal benda asing tanpa memerlukan pengenalan spesifik terlebih dahulu (tidak
mempunyai memori). Tidak memiliki sifat fagosit tetapi mempunyai reseptor IgG
sehingga membunuh sel targetnya dengan mekanisme intim kontak ekstraseluler.
Sel ini menempati garis pertahanan yang terdapat dalam system pertahanan seperti
halnya natural antibody dari system kekebalan humoral. Terutama dalam upayanya
mengendalikan kecenderungan sel menjadi ganas. Sel NK tidak membunuh bakteri
maupun benda asing lainnya dengan fagositosis. Sel NK memiliki vesikel yang berisi
perforin, dimana zat ini akan menempel pada dinding sel bakteri dan membuat
lubang pada sel bakteri yang menyebabkan air, garam maupun zat lain yang berada
di luar tubuh bakteri masuk ke dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan lisis.
SISTEM IMUN SPESIFIK PADA RONGGA
MULUT
1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa
Sel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar tepat dibawah epitel mulut, didaerah palatum lunak, dasar
mulut, permukaan ventral dari lidah dan kadang-kadang di pipi dan di bibir. Secara histologik, massa jaringan ini seperti jaringan
tonsil.
5. Sel-Sel Langerhans
Antigen yang masuk melalui mukosa difagositosis oleh sel-sel ini yang tersebar di atas
selaput dasar. Sel-sel ini merupakan sel-sel dendritik yang besar kemampuan kerja seperti
makrofag, memiliki reseptor Fe dan C3 serta antigen permukaan seperti Ia, yaitu antigen
transplantasi yang dtemukan terutama pada sel B dan makrofag yang identik dengan
antigen HLA-D. sesudah fagositosit, langerhans bermigrasi menuju kelenjar getah bening
local dan menatap di daerah sel T parakortikal. Dengan demikian memprakarsai tanggap
kebal seluler.
KOMPONEN JARINGAN
1. Membran mukosa
* berlapis - lapis
* jaringan lunak Rongga Mulut => epitel skuamosa :
- bentuknya sebagai barier mekanik
- mekanisme :
" deskuamasi yg konstan => bakteri sulit melekat
" keratinisasi => efisien sebagai barier
* dalam lamina propria dekat membran basal : terdapat sel limfoid & Antibodi
2. Jaringan Limfoid Rongga mulut
* tonsil palatal, lingual, faringeal : merupakan massa limfoid
* mengandung banyak sel B & sel T : pengawasan respon imun.
3. Kelenjar Saliva
* mengandung sel plasma & limfosit, memproduksi IgA : dalam bentuk sIgA
4. Saliva
* disekresi oleh kelenjar saliva (parotis, submandibula, submaksila,
beberapa kelenjar kecil) : 500mL/hari
* peningkatan/penurunan pH => mempengaruhi frekuensi karies,
* pembersih, pelumas otot
* mengandung : sIgA, laktoferin (dari sulkus : IgG, IgM, C3 leukosit 1jt/mnt)
5. Celah Gusi/Sulkus Gingiva
* komponen seluler & humoral dari darah keluar melewati junctional epitel
dalam bentuk cairan sulkus gingiva
KOMPONEN SELULER DAN HUMORAL RONGGA
MULUT
komponen seluler :
- PMN neutrofil, makrofag,
- sel T, sel B
komponen humoral :
- sIgA (200mg/L/hari),
- IgG (1,4mg/dL),
- IgM (0,2mg/dL) ,
Fs sIgA :
• mencegah transfer Ag lewat perm mukosa
• mencegah pelekatan sanguis di permukaan epitel
• mencegah pembentukan plak gigi : menghambat pembentukan glukan dari sukrosa (mencegah karies)
• Gingivitis, kelenjar periodontal : imun humoral meningkat => proses fagositosis terjadi dalam sulkus gingiva