Anda di halaman 1dari 8

KESIAPAN MENGHADAPI UN

Kamis , 25 Februari 2021


Kelas : IX
Mata pelajaran : Bimbingan Konseling
SMP SWASTA KATOLIK TRISAKTI 2 MEDAN
A.KESIAPAN MENTAL DALAM BELAJAR

Kalau kita membaca judul di atas maka kita dapat mengatakan


bahwa pertanyaan tersebut sangat sederhana, tetapi kalau
kita mau menjawab secara benar dan jujur maka kita semua
perlu sekali untuk merenung sejenak sebelum menjawab
pertanyaan yang sederhana tersebut. Jawaban dari
pertanyaan yang sederhana tesebut antara peserta didik
yang satu akan berbeda dengan yang lain. Mungkin ada
sekelompok peserta didik yang menjawab: ”saya belum siap
sama sekali untuk ujian”.,Mungkin ada yang menjawab:
”saya cukup siap untuk ujian”. dan juga ada sekelompok
siswa yang menjawab: ”saya sudah sangat siap untuk ujian”.
Tugas pokok seorang peserta didik (pelajar) adalah belajar, yang mana sudah
cukup lama kurang lebih 10 (sepuluh) tahun peserta didik yang duduk di
bangku kelas IX melaksanakan kegiatan yang disebut belajar. Namun tidak
sedikit diantara para peserta didik yang tidak memiliki pengetahuan (ilmu)
untuk belajar. Dengan kata lain kegiatan belajar itu perlu dipelajari
(learning to learn). Learning to learn mengandung arti bahwa dalam
kegiatan belajar itu peserta didik perlu sekali mempelajarinya, sehingga
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Dengan belajar efektif
dan efisien maka peserta didik dapat belajar dengan hasil yang optimal.
Sebelum melaksanakan kegiatan belajar, hal yang sangat penting
adalah adanya kesiapan- kesiapan mental (psikis) yang harus
dimiliki oleh para peserta didik. Dengan kata lain sebelum belajar
para peserta didik perlu menyiapkan kondisi mental yang
mendukung. Adapun kondisi mental yang harus disiapkan antara
lain:
• Motivasi
• Konsenterasi
• Rasa percaya diri
A. Motivasi Belajar
Sebagai ilustrasi, terjadi pada 3 (tiga) peserta didik yang mana peserta didik
pertama yang tampak segan dalam belajar, karena tidak mengetahui
kegunaan mata pelajaran sekolah. Hasil belajar peserta didik tersebut
tergolong rendah. Seteleh guru memberi informasi tentang pentingnya
kegunaan mata pelajaran, peserta didik tersebut mengubah perilaku
belajarnya. Peserta didik tersebut tampak semakin rajin belajar dan hasil
belajar akhir semester menjadi tergolong baik. Peserta didik kedua tampak
segan belajar karena urusan pergaulan dengan teman sekolahnya. Awalnya
peserta didik ke dua ini sangat rajin belajar dan termasuk siswa
yang berprestasi dalam kelasnya. Tapi karena suatu hal, terjadi keretakan
persahabatan dengan sahabat karibnya satu kelas. Keretakan hubungan tersebut
mengubah perilaku belajarnya menjadi malas dan hasil belajarnya menurun.
Setelah guru pembimbing menghubungi sekelas dan orangtua peserta didik
tersebut, peserta didik tersebut mengubah perilaku belajarnya. Peserta didik
tersebut tampak belajar lebih bersemangat, dan hasil belajarnya menjadi lebih
baik. Peserta didik ketiga adalah peserta didik yang rajin dan bersemangat
belajar tinggi. Padahal peserta didik tersebut juga mengalami keadaan yang
mengganggu konsenterasi belajarnya, yang mana peserta didik tersebut berasal
dari keluarga yang kurang mampu sehingga terpaksa masih tinggal bersama-
sama keluarga orang tuanya (tinggal di rumah nenek). Namun demikian peserta
didik tersebut mampu mengatasi gangguan dan hambatan belajarnya. Peserta
didik tersebut menggunakan kesempatan jam istirahat untuk belajar di
perpustakaan, yang mana pada saat yang sama teman-temannya ramai-ramai ke
kantin. Dengan kesadaran yang tinggi tentang kondisi orangtua dan pentingnya
masa depan, peserta didik ketiga selalu selalu pandai menggunakan waktu
luang. Usaha yang dia lakukan ternyata tidak sia-sia, dia selalu menduduki
peringkat atas setiap penerimaan rapot.
Dari tiga contoh peserta didik tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan
bahwa salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah adanya motivasi
dalam diri peserta didik. Pada contoh peserta didik pertama, motivasi
peserta didik yang rendah menjadi lebih baik setelah peserta didik
memperoleh informasi yang benar Pada contoh peserta didik yang kedua
motivasi dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. Pada contoh
peserta didik ketiga, motivasi belajar tinggi karena memiliki kesadaran
yang tinggi tentang masa depan dan ingin memenuhi harapan orang tua.
Motivasi pada hakekatnya adalah suatu kekuatan atau dorongan psikis
pada diri individu untuk melakukan kegiatan atau tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Motivasi belajar adalah suatu dorongan (keinginan) atau
kekuatan mental pada peserta didik yang menjadi penggerak untuk belajar.
Dari ulasan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa motivasi sangatlah
penting untuk dimiliki peserta didik dalam rangka untuk meraih
kesuksesan dalam belajar.
Dalam rangka keberhasilan ujian maka dalam belajarnya seorang peserta didik
perlu sekali memiliki semangat yang tinggi, ulet dan pantang menyerah
dalam belajarnya. Sesuai dengan hakekat belajar merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan dengan mengulang- ulang maka seorang peserta didik jika
dalam belajar belum menguasai materi yang dipelajari dengan baik maka
peserta didik tersebut haruslah bersemangat dan kerja keras untuk
mengulang dan mengulang dalam mempelajari materi tersebut sampai
benar- benar menguasainya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai