Anda di halaman 1dari 19

TEORI SOSIAL UNTUK

PERENCANAAN
HUBUNGAN MODAL DAN PERENCANAAN
Oleh :Agustomi Masik

Dosen Pembimbing : Kelompok 3 :


Ir. Hanny Poli, M.Si Reinaldy Pabuang (18021105006)
Dr. Ir. Reny Syafrini, M.Ars Syahril S. (18021105015)
Thania Hanna Solon (18021105022)
Eunike Sharon Rambing (18021105031)
Gilbert Cleaver Hizkia Tulong (18021105032)
Immanuel Fernando Figo Rosok (18021105033)
Susun I. PENDAHULUAN
-an
Pokok II. APA MAKNA
Pemb- PERENCANAAN DAN
ahasa MENGAPA DIPERLUKAN?
III. PERKEMBANGAN TEORI
n PERENCANAAN
IV. MODAL SOSIAL DAN
PERENCANAAN
V. KESIMPULAN
I. PENDAHULUAN

Dalam perkembangannya,
perencanaan berkembang
sedemikian rupa, sehingga
menjadi ilmu yang metadisiplin,
dan bidang kajian ilmu
perencanaan menjadi begitu luas,
memasukkan aspek sosial- . Luasnya kajian ilmu
ekonomi-budaya. Perluasan ini perencanaan adalah seluas
terjadi pada era tahun 60-an dan permasalahan daerah atau
digambarkan oleh Taylor sebagai kota. Keluasan kajian dan
pergeseran besar menuju sifatnya yang multi dimensi
sociologycal conception of space. ini tidak jarang membuat
orang bingung tentang
fokus kajian disiplin
perencanaan.
Situasi berbeda terjadi pada perkembangan perencanaan di negara
berkembang. Conyers et.al (1984) menjelaskan bahwa disiplin perencanaan
di negara berkembang bergerak dari 2 tradisi: perencanaan fisik dan
perencanaan pembangunan ekonomi, yang berkembang sendiri-sendiri.
Terjadinya perkembangan yang sendiri-sendiri tersebut karena:

• pertama, negara berkembang mewarisi tradisi perencanaan dari


Penjajah, yang pada masa itu memandang perencanaan fisik sebagai
hal yang terpisah dari perencanaan pembangunan ekonomi.

• Kedua, setelah merdeka, kemakmuran ekonomi merupakan impian


seluruh negara berkembang, dan pola perencanaan pembangunan
sektoral terpusat model Uni Sovyet banyak diadopsi.
II.a APA MAKNA
PERENCAAAN

Kata perencanaan itu sendiri dapat diasosiasikan


pada aktivitas ,suatu proses, sebuah provesi, dan
sebagai disiplin. (Dempster 1998)
Definisi perencanaan sebagai disiplin
sangat luas, mulai dari yang pragmatikal
seperti perencanaan adalah apa yang
perencana akan lakukan.
Meski bervariasi terlihat bahwa fokus utama dari
perencanaan adalah orientasi tentang masa
depan dan cara-cara atau metode untuk
mencapainya
II.B MENGAPA PERLU
PERENCANAN

Yang menjadi kunci bagi perlunya perencanaan publik tentunya adalah


konsen terhadap kebaikan seluruh masyarakat jangka panjang

Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan diperlukan dalam rangka


mewujudkan, kepentingan seluruh masyarakat melalui pemeliharaan
lingkungan alam (fisik), ekonomi dan kehidupan sosial.
III. PERKEMBANGAN TEORI
PERENCANAAN
Bagian ini menelusuri perkembangan teori perencanaan dari sudut pandang
sejarah untuk melihat perubahan pemahaman terhadap aspek sosial dalam
perencanaan.
1.perencanaan sebagai penerapan aspek desain pada lingkungan pemukiman

Perencanaan kota sebagai keruangan (spatial plan) pada awalnya dipandang sebagai
penerapan desain fisik pada lingkungan pemukiaman. Taylor
menguraikan perencaanan perkotaan di awal perang dunia kedua menjadi 3
komponen,yaitu:
 Perencanaan kota sebagai perencanaan fisik
 Aspek desain adalah sentral pada perencanaan
 umsinya adalah bahwa perencanaan kota meliputi pembuatan master plan yang
menunjukkan ketepatan konfigurasi spatial penggunaan lahan dan bentuk kota yang
dihasilkan oleh arsitek atau insinyur ketika mendesain bangunan dan bentuk-bentuk
lain buatan manusia.
2. Penerapan Rasionalitas Instrumental

Perubahan besar pertama terjadi di era 60-an, yang disebut Taylor (1998) sebagai
perubahan dari morphological conception of space kepada sociological conception of
space. Mulai disadari bahwa perencanaan tidak mungkin dilaksanakan hanya dengan
melihat aspek physical design saja, perencanaan berkenaan dengan suatu sistem dari
aktivitas yang saling berkaitan yang meliputi social life dan economic activities
(sebagai content) dan aspek physic (sebagai container). Perubahan besar yang terjadi
pada era 60-an bermuara pada penerapan rasionalitas dan pendekatan sistem dalam
merencanakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat, dapat dipandang sebagai
kulminasi dari proses pencerahan.

3. Penerapan Rasionalitas Komunikatif

Perencanaan dibawah paradigma modernisasi, menggiring masyarakat pada kondisi


krisis, yang oleh Friedman dalam Sandercock (1997) bahwa masyarakat (khususnya
di Amerika) pasca industrialisasi ditandai dengan dua krisis, yaitu krisis nilai yang
berawal dari runtuhnya absolut/kemutlakan dibawah modernisasi dan krisis pada
proses mengetahui (a crisis of knowing)

Hal ini menandai pergeseran dari penerapan rasionalitas instrumental dari paradigma
modernisasi kepada rasionalitas komunikatif di bawah paradigma post modern oleh
Healey (1987) disebut sebagai communicative turn in planning.
Perubahan paradigma modern menuju post-modern ini berpengaruh besar terhadap
pemikiran dan praktek perencanaan, Sandercock (1998) dengan menggunakan model
perencanaan heroic, melihat perubahan yang terjadi dalam perencanaan meliputi:

1. terjadi pergeseran dari instrumental rationality ke


comunicative rationality.
2. perencanaan tidak lagi dipandang secara eklusif konsen
terhadap integrative, comprehensive dan pengkoordinasian
tindakan, tetapi mengarah pada negosiasi, politis dan
perencanaan terfokus.
3. perencanaan tidak lagi didominasi oleh engginering mindset, yang berakar
pada positivist scienceyang penuh dengan permodelan kuantitatif dan
analisis, tetapi mulai diakui banyak pengetahuan lainnya yang sesuai dengan
perencanaan.
4. perencanaan tidak lagi sepenuhnya diarahkan oleh negara,
tetapi mulai tumbuh praktek perencanaan yang berbasis
masyarakat dimana perencana berperan sebagai enabler dan
fasilitator.
5. perencanaan tidak lagi dipandang beroperasi untuk kepentingan publik yang
dirumuskan oleh perencana, tetapi perencanaan adalah untuk multiple publik atau
publik yang heterogen.
Perkembangan perencanaan ini menggambarkan bahwa aspek
sosial menjadi semakin penting peranannya dalam
perencanaan,dimana pada era dibawah paradigma modernisasai,
aspek sosial dipandang sebagai satu kesatuan sistem yang meliputi
aspek sosial, ekonomi dan fisik.
IV. MODAL SOSIAL DAN PERENCANAAN

1. Sekilas Tentang Modal Sosial

Modal sosial didefinisikan sebagai kapabilitas yang


muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah
masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat
tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai
serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki
bersama di antara para anggota suatu kelompok yang
memungkinkan terjalinnya kerjasama.

merujuk pada apa yang telah disampaikan oleh coleman,


ia menjelaskan tentang modal sosial ;

“modal sosial ditetapkan oleh fungsinya. modal sosial bukan merupakan sebuah entitas (entity) tunggal
tetapi berbagai macam entitas yang berbeda, dengan dua elemen bersama: terdiri dari beberapa aspek
struktur sosial, dan memfasilitasi tindakan pelaku-pelaku tertentu dalam struktur itu. tidak seperti bentuk
modal lain, modal sosial melekat dalam struktur hubungan antara para pelaku dan diantara para pelaku”
Istilah modal sosial pertama kali muncul pada tulisan L.J Hanifan (1916) dalam
konteks peningkatan kondisi hidup masyarakat melalui keterlibatan masyarakat,
niat baik serta atribut-atribut sosial lain dalam bertetangga. Dalam karya tersebut,
muncul ciri utama dari modal sosial yakni membawa manfaat internal dan
eksternal. Setelah karya Hanifan, The Rural School of Community Center, istilah
modal sosial tidak muncul dalam literatur ilmiah selama beberapa dekade. Pada tahun 1956, sekelompok
ahli sosiologi perkotaan Kanada
menggunakannya dan diperkuat
dengan kemunculan teori pertukaran
George C.Homans pada tahun 1961.
Pada era ini, istilah modal sosial
muncul pada pembahasan mengenai
ikatan-ikatan komunitas. Penelitian
yang dilakukan James S.
Coleman (1988) di bidang
pendidikan dan Robert Putnam
(1993) mengenai partisipasi dan
performa institusi telah
menginspirasi banyak kajian
mengenai modal sosial saat ini.

Sejak konsep ini di cetuskan, istilah "modal sosial" telah digambarkan


sebagai "sesuatu yang sangat manjur" bagi semua masalah yang
menimpakomunitas dan masyarakat pada masa kini.
• Modal sosial dalam bentuk kewajiban sosial yang diinstitusionalisasikan ke dalam
kehidupan bersama, peran, wewenang, tanggung-jawab, sistem penghargaan dan
keterikatan lainnya yang menghasilkan tindakan kolektif. Modal sosial sebagai hubungan
yang tercipta dari norma sosial yang menjadi perekat sosial, yaitu terciptanya sebuah
kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama.

• Modal sosial timbul dari interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas.
Pengukuran modal sosial dapat dilihat dari interaksi baik indiviual maupun
institusional, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat.

Bila kita melihat konsep modal sosial ini sebagai suatu fenomena alamiah dari
kehidupan manusia, sebagaimana konsep perencanaan di atas. Maka modal sosial
dapat pula dilihat sebagai ciri alamiah dari manusia sebagai makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri, ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya
2. Perkembangan Konsep Modal
Sosial

Secara garis besar terdapat dua perspektif dalam memahami modal sosial

1. Perspektif yang memandang


2. Perspektif yang melihatnya
modal sosial berlangsung dan pada skala kelompok
memberikan keuntungan pada Memfokuskan pembahasan
skala individual modal sosial sebagai aset
Fokus pembahasannya kolektif, namun demikian
adalah pemanfaatan modal sosial kelompok kedua ini juga masih
oleh individu-individu, yaitu mengakui pentingnya interaksi
bagaimana individu mengakses dan jaringan individual dalam
dan menggunakan sumber daya
membentuk modal sosial.
yang tertanam (embeded) di
dalam hubungan sosial untuk
mendapatkan keuntungan, baik
yang bersifat material maupun
non material.
Selain perbedaan sudut pandang, ilmuwan dari kedua kelompok
memiliki kesamaan pemahaman bahwa modal sosial terdiri dari sumber
daya yang tertanam dalam relasi sosial dan struktur sosial, yang dapat
dimobilisasi ketika seseorang ingin meningkatkan keberhasilan dalam
tindakan dengan tujuan tertentu (Lin, 2001).

Dengan melihat bahwa relasi-relasi sosial dengan sumber


daya yang tertanam di dalamnya sebagai suatu modal,
maka secara umum jenis modal sosial ini dapat
dikelompokkan dalam Bonding, Bridging dan Linking Social
Capital (Grootaert et.al, 2004; Woolcock, 2004)12.
3. Hubungan Sosial dan Perencanaan

Peranan modal sosial terhadap berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan telah


banyak dibahas oleh para ahli, misalnya dibidang pembangunan, dengan adanya
pertambahan bukti empirik bahwa modal sosial berkontribusi secara signifikan terhadap
pembangunan yang berkelanjutan (Serageldin, 2004).

Di bidang perencanaan, pembahasan tentang modal sosial juga mendapat perhatian


yang besar. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya pengakuan tentang arti
penting aspek sosial dalam perencanaan. Seperti dalam pendekatan perencanaan
kolaboratif, Healey (1997) menegaskan bahwa ide perencanaan kolaboratip
berlandaskan pada teori tentang proses-proses pembangunan hubungan (relation-
building processes).
Pendapat-pendapat terkemuka di bidang modal social dan perencanaan

- Woolcock (2004)
mengimplikasikan hal yang
berbeda, dimana perencanaan
- Putnam (2004) berpendapat bahwa sebagai disiplin ilmu yang
tantangan terpenting bagi perencana dalam dibentuk secara ekektik dari
memanfaatkan konsep modal sosial adalah berbagai disiplin ilmu (Sorensen
pada bagaimana menterjemahkan konsep ini dalam Almendinger, 2002) bersifat
dari framework deskripsi kepada framework metadisiplin, modal sosial dapat
untuk tindakan. Hal ini karena perencana menjembatani dialog antar
(utamanya perencana pembangunan berbagai disiplin terhadap
masyarakat/community planner) tidak hanya permasalahan masyarakat,
bermaksud menggambarkan dunia tetapi sekaligus juga dialog antara
juga merubahnya. praktisi dan teorisi.

- Briggs (2004) melihat bahwa konsep modal sosial menyoroti nilai dari mengelola
network personal dan profesional yang meliputi/menghubungkan tiga sektor kehidupan
publik (public, private, non-profit), begitu pula antar lintas batas sosial (klas, gender,
ethnic,dll). Jaringan seperti ini akan memberikan perencana lebih banyak informasi,
legitimasi, akses terhadap sumber keuangan, dan hal-hal penting lainnya untuk
mencapai tujuan perencanaan, sebagai pembeda dari hanya sekedar membuat
rencana.
pemanfaatan modal sosial dalam perencanaan
2.
1. Konsep modal sosial dapat memberikan
Secara umum, melihat pengaruh gambaran yang lebih jelas tentang
positif modal sosial thd dampak bagaimana interaksi sosial pada suatu
pembangunan (development out kontek tertentu berlangsung. Gambaran ini
akan sangat berguna bagi seorang
come), maka perencana dapat perencana dalam menyusun pendekatan
memanfaatkan modal sosial yang perencanaan yang sesuai dengan
sudah ada di suatu masyarakat kontek lokasi (kontektualisasi
untuk membuat kegiatan perencanaan). Kontektualisasi
pembangunan menjadi lebih perencanaan ini, akan menentukan
efektif/berhasil, dan berkelanjutan. keberhasilan pencapaian tujuan yang
direncanakan.

4. 3.
Konsep modal sosial dapat menjembatani Pengetahuan tentang modal
dialog antar disiplin ilmu dalam mengatasi sosial (terutama tentang
persoalan kemasyarakatan. Hasil dialog
antar disiplin ini akan sangat bermanfaat pembentukannya) dapat
bagi perencanaan dalam menghadapi memberikan petunjuk tentang
permasalahan yang komplek, yang bagaimana perubahan sosial
memerlukan pendekatan multidisiplin.
dapat diarahkan.
V. KESIMPULAN

Hubungan modal sosial dan perencanaan dapat


dipandang sebagai hubungan yang timbal balik, dimana
pada satu sisi, perencanaan dengan penggunaan
rasionalitas komunikatip dapat meningkatkan modal
sosial. Sedangkan sisi lainnya, konsep modal sosial
dapat digunakan oleh perencana, agar pencapaian
tujuan perencanaan menjadi lebih efektif. Sumbangan
yang didapat dari konsep modal sosial ini adalah
seperti: menjadi salah satu jaminan bagi keberlanjutan
pembangunan, memberikan framework bagi
kontektualisasi perencanaan, memberi petunjuk dalam
mengarahkan perubahan sosial, dan menjembatani
dialog antar disiplin. Sisi kedua ini memberikan
tantangan bagi ahli perencanaan, karena masih belum
banyak dimanfaatkan, dan penelitian pada sisi ini pun
belum dapat memberikan sumbangan yang
memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Konsolidasi Tanah
    Konsolidasi Tanah
    Dokumen3 halaman
    Konsolidasi Tanah
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Bab 3-4 Gambaran Umum Wilayah
    Bab 3-4 Gambaran Umum Wilayah
    Dokumen33 halaman
    Bab 3-4 Gambaran Umum Wilayah
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Analisis Backlog
    Analisis Backlog
    Dokumen3 halaman
    Analisis Backlog
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Dimensi Sosial Urbanisme Modern CHAPTER 7
    Dimensi Sosial Urbanisme Modern CHAPTER 7
    Dokumen17 halaman
    Dimensi Sosial Urbanisme Modern CHAPTER 7
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Model Trend Untuk Peramalan Jumlah Penduduk
    Model Trend Untuk Peramalan Jumlah Penduduk
    Dokumen10 halaman
    Model Trend Untuk Peramalan Jumlah Penduduk
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Analisis Drainase
    Analisis Drainase
    Dokumen1 halaman
    Analisis Drainase
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Modal Sosial dan Perencanaan
    Hubungan Modal Sosial dan Perencanaan
    Dokumen23 halaman
    Hubungan Modal Sosial dan Perencanaan
    ade natasha
    Belum ada peringkat
  • Urban Forestry
    Urban Forestry
    Dokumen3 halaman
    Urban Forestry
    Thania Hanna Solon
    Belum ada peringkat