Anda di halaman 1dari 22

Kuliah ke 2-3

Alternatif Penyelesaian Sengketa


(APS)

RAHMANIDAR.SH.,MH
PENGANTAR

• Keadaan yang mencerminkan para pihak


mempunyai masalah, yaitu menghendaki pihak
lain berbuat atau tidak berbuat sesuatu, namun
pihak lain menolak berbuat demikian.
• Kondisi yang ditimbulkan oleh dua pihak atau
lebih yang dicirikan dengan pertentangan secara
terang-terangan.
2
Sengketa (dispute) & Proses Penyelesaian

Unilateral • Prosedur Yudisial


Ajudikasi / Litigasi
• Prosedur Konsensus Out
Bilateral Court / Non Litigasi
(Consensually)
Trilateral

3
Karakteristik Penyelesaian
Sengketa Pengadilan
Prosedur Yudisial
• Memerlukan waktu lama
• Menuntut biaya yang besar
• Proses sangat formal
• Keputusan tidak selalu memuaskan
• Bersifat memaksa (coercive)
• Didasarkan pada hak-hak (rights based)
• Dapat merusak hubungan bisnis / sosial yang telah ada
• Menimbulkan konflik berkepanjangan
• Bersifat backward looking (melihat ke belakang, tidak ke
depan)
• Bersifat terbuka / publisitas perkara (reputasi seseorang)
4
Bentuk APS :

5
PERATURAN YANG
MENGATUR TTG APS :
* UU No. 30 Tahun 1999 Pasal 1 (ayat 1): Cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Arbitrase merupakan usaha perantara dalam meleraikan
sengketa.
* UU No. 14 Tahun 1970 Pasal 3 (Ayat 3):
Penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar
perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan.
Arbitrase adalah upaya hukum dalam perkembangan dunia
usaha baik nasional maupun internasional.

6
Sebelum UU Arbitrase berlaku, ketentuan
mengenai arbitrase diatur dalam Pasal 615
s/d 651 Reglemen Acara Perdata (Rv).
Selain itu, pada penjelasan Pasal 3 ayat 1 UU
No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok
Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa
penyelesaian perkara di luar pengadilan atas
dasar perdamaian atau melalui wasit
(arbitrase) tetap diperbolehkan.

7
• Pasal 1 Angka (10) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 mendefinisikan :
“Alternatif penyelesaian sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli”
8
• Ketentuan mediasi di pengadilan mengacu
pada Peraturan Mahkamah Agung
(Perma) No. 1 Tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi Di Pangadilan.

9
PENGERTIAN ARBITRASE
Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin)
yang berarti “kekuasaan untuk menyelesaikan suatu
perkara menurut kebijaksanaan”.
Pada dasarnya arbitrase dapat berwujud dalam dua
bentuk, yaitu:
1.Factum de compromitendo yaitu klausa arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para
pihak sebelum timbul sengketa.
2.Akta Kompromis yaitu suatu perjanjian arbitrase
tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul
sengketa.

10
ARBITRASE
Arbitrase dianggap memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan cara litigasi, oleh karena itu dalam
praktek para pelaku bisnis dan dunia usaha ada kecenderungan
untuk memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
Beberapa keunggulannya antara lain:

1. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak;


2. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan
karena hal prosedur dan administrasi;
3. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut
keyakinannya mempunyai pengetahuan,
pengalaman serta latar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan
adil; 11
4. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum
untuk menyelesaikan masalahnya, proses dan
tempat penyelenggaraan arbitrase;
5. Putusan arbitrase merupakan putusan yang
mengikat para pihak dan dengan melalui tata
cara sederhana saja ataupun langsung dapat
dilaksanakan (final and binding).

12
Beberapa Kelemahan Arbitrase dan APS:

1. Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam,


maupun masyarakat bisnis, bahkan oleh masyarakat akademisi. Sebagai
contoh, masyarakat masih banyak yang belum mengetahui keberadaan dan
kiprah lembaga-lembaga seperti BANI, BASYARNAS dan P3BI.
2. Masyarakat belum menaruh kepercayaan yang memadai, sehingga
enggan memasukkan perkaranya kepada Lembaga-lembaga Arbitrase. Hal
ini dapat dilihat dari sedikitnya perkara yang diajukan dan diselesaikan
melalui Lembaga-lembaga Arbitrase yang ada.
3. Lembaga Arbitrase dan APS tidak mempunyai daya paksa atau
kewenangan melakukan eksekusi putusannya.
4. Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil penyelesaian
yang dicapai dalam Arbitrase, sehingga mereka seringkali mengingkari
dengan berbagai cara, baik dengan teknik mengulur-ulur waktu,
perlawanan, gugatan pembatalan dan sebagainya.
5. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu
mekanisme extra judicial, Arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika
bisnis, seperti kejujuran dan kewajaran.

13
Penyelesaian Sengketa
Non Litigasi

1. APS (Alternatif Penyelesaian Sengketa) /


ADR (Alternative Dispute Resolution)
2. PPS: Pilihan Penyelesaian Sengketa
3. MPPSK: Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Secara Kooperatif
4. MAPS: Mekanisme Alternatif
Penyelesaian Sengketa
14
Tujuan APS

1. Mengurangi kemacetan pengadilan

2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat


dalam proses penyelesaian sengketa

3. Memperlancar jalur memperoleh keadilan

4. Memperoleh penyelesaian sengketa


secara win-win solution
15
Keunggulan / Keuntungan APS
1. Sifat kesukarelaan dalam proses
2. Prosedur yang cepat
3. Keputusan non judicial (tidak menghukum)
4. Sifat rahasia (privatisasi sengketa)
5. Fleksibilitas dalam merancang syarat-syarat
penyelesaian sengketa
6. Hemat waktu dan biaya
7. Perlindungan dan pemulihan hubungan yang ada
8. Kemudahan untuk melaksanakan hasil
penyelesaian
9. Lebih mudah memperkirakan hasil 16
Karakteristik Bentuk-bentuk
Penyelesaian Sengketa
Karakteristik Ajudikasi Arbitrasi Mediasi Negosiasi

Bentuk sikap Tidak Sukarela Sukarela Sukarela


sukarela

Yang Hakim Arbiter Para pihak Para pihak


memutus

Kekuatan Mengikat, Mengikat, Kesepakatan Kesepakatan


Banding kemungkinan dapat diuji enforceable enforceable
banding (review) sebagai sebagai
untuk hal kontrak kontrak
sangat (pacta sunt (pacta sunt
terbatas servanda) servanda)
17
Karakteristik Ajudikasi Arbitrasi Mediasi Negosiasi

Pihak ketiga Imposed, dan Dipilih para Dipilih Tidak ada


hakim tidak pihak yang fasilitator pihak ketiga
memiliki memiliki biasanya ahli
spesialisasi keahlian di di bidang yang
bidang yang disengketakan
disengketakan
Derajat Format struktur Tidak terlalu Informal dan Informal dan
formalitas dan aturan ketat formal, aturan tidak tidak
sudah ada yang berstruktur berstruktur
sebelumnya digunakan
disepakati
para pihak
Aturan Teknis Informal Tidak ada Tidak ada
Pembuktian

Private / Publikasi Privatisasi Privatisasi Privatisasi


Public

18
Karakteristik Ajudikasi Arbitrasi Mediasi Negosiasi

Karakter Ada Ada Presentasi Presentasi


Proses kesempatan kesempatan bukti, bukti,
masing-masing masing-masing argumen, dan argumen, dan
menyampaikan menyampaikan kepentingan kepentingan
bukti bukti
Hasil / Principled Terkadang Kesepakatan Kesepakatan
Outcome decision yang sama dengan yang diterima yang diterima
didukung ajudikasi, para pihak para pihak
pendapat terkadang
obyektif kompromi,
(reasoned tanpa opini.
opinion)

Keterangan:
a. Arbitrase masih debatable, apakah masuk litigasi atau nonlitigasi
b. Dilihat bentuknya, arbitrase cenderung adversarial (permusuhan)
19
Pelembagaan APS di Indonesia
1. Lembaga Perdamaian dalam penyelesaian
sengketa perdata di pengadilan (vide: Pasal 130
HIR)
2. Lembaga Perantara dalam Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan, LP4 (UU No. 22 tahun
1957)
3. Lembaga Badan Penasehat Perkawinan,
Perselisihan, danPerceraian (BP4)
4. Lembaga Penyelesaian Sengketa Lingkungan di
Luar Pengadilan (vide: Pasal 31-33 UU No.
23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup)
5. UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa 20
DAFTAR PUSTAKA
• BERG, A.J. van den, The New York Convention of 1958. T.M.C. Asser Institute, The Hague, Kluwer Deventer, 1981.
• DAVID, Rene, Arbitration in International Trade. Kluwer Publisher Deventer, 1985
• ELIJANA S., Pengadilan Niaga, Pelaksanaan dan Dampaknya . Kertas Kerja pada Lokakarya tentang Undang-undang
Kepailitan, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, Juli 1998.
• HUGENHOLTZ, W. / Heemskerk, W.H., Hoofdlijnen van Nederlands Burgerlijk Procesrecht. (Vijftiende druk),
VUGA Uitgeverij B.V., ‘s-Gravenhage, 1988.
• LIEMENA, Frans, Klausula Arbitrase Dihubungkan dengan Kompentensi Pengadilan Negeri di dalam VARIA
PERADILAN Tahun III, Nomor 29, Februari 1988, hlm. 188.
• LOTULUNG, Paulus Effendi, Putusan Atas Permohonan Pernyataan Pailit dan Prosedurnya. Kertas Kerja pada
Lokakarya tentang Undang-undang Kepailitan, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, Juli 1998.
• MERTOKUSUMO, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1985.
• REDFERN, Alan and Martin Hunter, Law and Practice of International Commercial Arbitration , London: Sweet &
Maxwell, 1991.
• SCHREUER, C. Christoph H., State Immunity: Some Recent Developments, Cambridge: Grotius Publications Limited,
1988.
• SETIAWAN, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Bandung: Alumni, 1992.
• SUBEKTI, R., Memahami Arti Arbitrase, di dalam Varia Peradilan Tahun IV, Nomor 4, 1989, hlm. 114.
• WIGNJOSOEBROTO, Soetandyo, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional Dinamika Sosial-Politik dalam
Perkembangan Hukum di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.

• DOKUMEN:
• MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Intermanual Himpunan Putusan Mahkamah Agung tentang
Arbitrase; Proyek Yurisprudensi, Jakarta, 1989.
• BADAN PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PERADILAN DAN HUKUM (JDB), Mahkamah Agung R.I.,
• Yurisprudensi Indonesia 3, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1990.
21
• Abdurrasyid, H. Priyatna, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa: Suatu Pengantar,
Jakarta: PT Fikahati Aneska, 2002.
• Fuady, Munir, Arbitrase Nasional: Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis; Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2000.
• Gautama, Sudargo, Aneka Hukum Arbitrase ke Arah Hukum Arbitrase Indonesia yang Benar ,
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996.
• Harahap, M. Yahya, Arbitrase Ditinjau dari Reglemen Acara Perdata (Rv), Peraturan Prosedur
BANI, International Centre for the Settlement of Investmen Disputes (ICSID), UNCITRAL
Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral
Award, dan PERMA No. 1 Tahun 1990, Cet. 2, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
• Jatim, Fatimah, Soebagjo Felix O., dan Goodpaster Gary, Tinjauan Terhadap Arbitrase Dagang
Secara Umum dan Arbitrase Dagang di Indonesia dalam Seri Dasar-dasar Hukum Ekonomi ,
Arbitrase di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995.
• Supranto, J., METODE RISET: Aplikasinya dalam Pemasaran , Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
• Margono, Suyud, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase, Proses Pelembagaan &
Aspek Hukum, Cet. 1, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000.

22

Anda mungkin juga menyukai