Anda di halaman 1dari 20

Kehidupan Politik dan Ekonomi

Bangsa Indonesia
pada Masa Orde Baru

Nama :
Kelas :
Kehidupan Politik
Indonesia telah mengalami beberapa periode sistem
pemerintahan semenjak proklamasi kemerdekaan pada
tahun 1945 sampai saat ini. Salah satu sistem
pemerintahan yang cukup lama bertahan di Indonesia,
yakni selama 32 tahun adalah masa Orde Baru (Orba).

Masa Orde Baru terjadi di Indonesia setelah


mundurnya Presiden Soekarno dan digantikan oleh
Soeharto yang mendapatkan mandatnya melalui surat
perintah sebelas maret (Supersemar), setelah
terjadinya peristiwa G30S PKI di tahun 1965.
Selama 32 tahun masa kepemimpinan Presiden Soeharto
banyak kebijakan yang memiliki pengaruh cukup besar
terhadap proses berjalannya negara Indonesia, baik dari
kebijakan politik maupun kebijkan ekonomi. Kebijakan
politik dan ekonomi Indonesia di masa orde baru sangat
dirasakan manfaatnya terhadap upaya percepatan
pembangunannya.

Pada Era Orde Baru, pemerintah mengeluarkan kebijakan


politik menjadi dua, yaitu kebijakan politik dalam negeri
dan luar negeri. Dimana, masing-masing kebijakan
tersebut dikeluarkan berdasarkan dengan kebutuhan dari
kondisi negara Indonesia yang idealnya menguntungkan
dan mengedepankan kepentingan rakyat banyak
Kebijakan Politik Dalam Negeri
Masa Orde Baru
1. Membentuk Kabinet Pembangunan
Kabinet pada masa peralihan kekuasaan adalah
kabinet Ampera yang dikenal dengan nama tugas
Dwi Darma Kabinet Ampera. Tujuan
dibentuknya kabinet ini dengan Catur Karya
kabinet Ampera untuk menciptakan stabilitas
dalam bidang politik dan ekonomi agar dapat
menyelenggarakan pembangunan nasional
2. Membubarkan PKI dan Ormasnya
Untuk menjamin keadaan politik masa orde baru
yang kondusif maka Soeharto sebagai
pengemban Supersemar perlu menjamin
keamanan, ketenangan dan kestabilan
pemerintahan. Maka pemerintah Orde Baru
melakukan pembubaran PKI pada 12 Maret
1966, melarang PKI sebagai organisasi, dan
menangkap sekitar 15 orang menteri yang
dianggap menjadi informan atau terlibat
dalam latar belakang G30S PKI pada tanggal 8
Maret 1966.
3. Penyederhanaan Partai Politik
Penyederhanaan jumlah partai politik di Indonesia
dilakukan setelah pemilu tahun 1971. Keadaan politik pada
masa Orde Baru tersebut tidak berarti menghapus partai –
partai namun menggabungkannya menjadi hanya tiga partai
politik saja berdasarkan kesamaan program.
Ketiga partai politik pada masa Orde Baru tersebut adalah:
• Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan
gabungan dari NU, Parmusi, PSII dan Partai Islam Perti
sebagai kelompok partai politik Islam.
• Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sebagai hasil dari
gabungan PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI dan
Parkindo sebagai kelompok partai politik nasionalis.
• Golongan Karya.
4. Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Keadaan politik pada masa Orde Baru bisa
dilihat dari penyelenggaraan pemilihan umum
yang berhasil sebanyak enam kali setiap lima
tahun sekali sejak tahun 1971 – 1997.
Pengaturan pemilu tersebut mengesankan bahwa
pelaksanaan demokrasi di Indonesia sudah
tercapai, berlangsung secara tertib dengan asas
Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (LUBER).
5. Dwifungsi ABRI
Untuk mencapai stabilitas politik maka ABRI
diberi peran ganda oleh pemerintah yaitu sebagai
pertahanan negara dan juga terlibat dalam
pemerintahan. Terdapat Fraksi ABRI di MPR
dan DPR serta DPRD untuk fungsi stabilisator
pada situasi politik negara.
6. Pendidikan P4
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau
P4 dikemukakan oleh Presiden Soeharto pada 12 April
1976 melalui Ekaprasetia Pancakarsa. Selanjutnya
dikukuhkan melalui Ketetapann MPR dalam Sidang
Umum 1987. Sejak tahun 1978, pendidikan P4
dilakukan secara menyeluruh pada lapisan masyarakat
untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
konsekuen dan murni. Tujuan dari penataran P4 ini
adalah untuk membentuk pemahaman yang sama akan
demokrasi Pancasila sehingga diharapkan dapat
membentuk persatuan dan kesatuan nasional.
Kebijakan Politik Luar Negeri
Masa Orde Baru
1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7
Agustus 1965, Indonesia terkucil dari pergaulan
internasional dan menyulitkan Indonesia secara
ekonomi maupun politik dunia. Keadaan ini
kemudian mendorong Indonesia untuk kembali
menjadi anggota PBB berdasarkan hasil sidang
DPRGR. Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia
resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.
2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan
Singapura dan pemutusan hubungan dengan Tiongkok
Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia
dengan Malaysia dan Singapura. Untuk memulihkan
hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan
perjanjian antara Indonesia yang diwakili oleh Adam
Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak
pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan
hubungan diplomatik dengan Singapura melalui
pengakuan kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni
1966.
3. Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional
Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan
internasional dengan melakukan beberapa upaya, yaitu:
• Turut serta dalam pembentukan ASEAN. Indonesia
menjadi slah satu negara pendiri ASEAN
• Mengirimkan kontingen Garuda dalam misi perdmaian
• Ikut berperan dlam KTT Non Blok
• Berpern dalam Organisasi Konferensi Islam
Kebijakan Ekonomi Bangsa Indonesia
Pada Masa Orde Baru
Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang
menunjukkan fokus utama mereka dalam
memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi
Pembangunan yang terdiri dari :
1. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
2. Pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya
yang menuju kepada terciptanya keadilan sosil
bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
Bukan tanpa dasar, Trilogi Pembangunan dibuat
karena Indonesia mengalami inflasi yang sangat
tinggi pada awal tahun 1966, kurang lebih sebesar
650% setahun. Beberapa kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan pada masa orde baru adalah:
1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
Pada April 1969, pemerintah menyusun Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang bertujuan
untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan
ekonomi serta kebutuhan sandang dan pangan.
Repelita ini akan dievaluasi selama lima tahun sekali.
a. Repelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) Sasaran utama yang
hendak dicapai adalah pangan, sandang, papan, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani. Pertumbuhan ekonomi berhasil naik
3 sampai 5,7% sedangkan tingkat inflasi menurun menjadi 47,8%.
Namun, kebijakan pada masa Repelita I dianggap menguntungkan
investor Jepang dan golongan orang-orang kaya saja. Hal ini memicu
timbulnya peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).

b. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) menitikberatkan pada


sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku.

c. Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III menekankan


pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan pada azas
pemerataan, yaitu:
c. Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III
menekankan pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan
pada azas pemerataan, yaitu:
• Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
• Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
pelayanan
• Pemeratan pembagian pendapatan
• Pemerataan kesempatan kerja
• Pemerataan kesempatan berusaha
• Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan
• Pemerataan penyebaran pembangunan
• Pemerataan memperoleh keadilan
d. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989)
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju
swasembada pangan dengan meningkatkan industri
yang dapat menghasilkan mesin-mesin sendiri.
e. Repelita V (1 April 1989-31 Maret 1994)
menitikberatkan pada sektor pertanian untuk
memantapkan swasembada pangan, meningkatkan
produksi pertanian, menyerap tenaga kerja, dan
mampu menghasilkan mesin-mesin sendiri.
f. Repelita VI dimulai pada tahun 1994, pembangunan
berfokus pada pada sektor ekonomi, industri,
pertanian dan peningkatan sumber daya manusia.
2. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu
perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional (peasant) ke cara modern (farmers).
Untuk meningkatkan produksi pertanian umumnya
dilakukan empat usaha pokok, yang terdiri dari:
a. Intensifikasi
b. Ekstentifikasi
c. Diversifikasi
d. Rehabilitasi
a. Intensifikasi, yaitu penelitian, pengembangan,
dan penerapan teknologi pertanian untuk
memanfaatkan lahan yang ada guna memperoleh
hasil yang optimal. Perubahan ini dilakukan melalui
program Panca Usaha Tani yang terdiri dari:
1. Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau
varietas unggul
2. Pemupukan yang cukup
3. Pengairan yang cukup
4. Pemberantasan hama secara intensif
5. Teknik penanaman yang baik
b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian
untuk memperoleh hasil pertanian yang lebih
optimal
c. Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani)
d. Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas
sumber daya pertanian yang sudah kritis).

Anda mungkin juga menyukai