Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Sinyal dasar atau fungsi singularitas adalah sinyal yang dapat digunakan untuk
menyusun atau mempresentasikan sinyal-sinyal yang lain. Sinyal-sinyal dasar tersebut
memiliki karakteristik yang menjadikan penyelesaian persoalan teknik atau rekayasa
menjadi lebih mudah.
Pada sinyal kontinyu, variable independent (yang berdiri sendiri) terjadi terus-menerus
dan kemudian sinyal dinyatakan sebagai sebuah kesatuan nilai dari variable
independent. Variabel t digunakan untuk menyatakan variable kontinyu. Suatu sinyal
x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog ketika memiliki nilai
real pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya. Sinyal waktu kontinyu
dapat didefinisikan dengan persamaan matematis sebagai berikut.
f (t)∈ (− ∞, ∞) (2.1)
Fungsi tangga satuan u(t) waktu kontinyu secara matematis didefinisikan sebagai,
(2.2)
Disini fungsi tangga satuan (unit step function) u(t) memiliki arti bahwa amplitudo
pada u(t) bernilai 1 untuk semua t > 0 dan u(t) bernilai 0 menyatakan
kekontinyuannya. Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t), hasil kali x(t) dan u(t)
sebanding dengan x(t) untuk t ≥ 0 dan sebanding dengan nol untuk t < 0.
u(t)
0
t
Sinyal ini juga merupakan sinyal yang penting untuk mempelajari sinyal secara
analitik dan juga banyak dipakai dalam praktek. Perhatikan bahwa fungsi unit step
merupakan sinyal waktu kontinyu untuk semua t kecuali pada t=0, dimana fungsinya
tidak kontinyu. (S.p.20)
Fungsi ramp satuan r(t) waktu kontinyu secara matematis didefinisikan sebagai,
(2.3)
Fungsi ramp satuan r(t) tidak lain adalah hasil integrasi dari fungsi tangga satuan u(t).
(2.4)
Perlu diketahui bahwa untuk ≥t 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah bernilai 1.
Sehingga pada kasus ini r(t) merupakan “unit slope“ yang juga disebut sebagai unit-
ramp function. (S.p.22)
r(t)
0
t
Sinyal impuls satuan atau disebut juga fungsi delta Diract atau disingkat fungsi
delta, menempati posisi yang sangat penting dalam analisis sinyal. Secara matematis
fungsi impuls didefinisikan oleh,
(2.5)
(i) (2.5.1)
(ii) (2.5.2)
(iii) (2.5.3)
Dalam praktek, fungsi impuls tersebut didekati menggunakan limit dari suatu fungsi
konvensional untuk parameter mendekati nol. Hal ini bersesuaian dengan nilai (t)
yang mendekati . (S.p.24)
(t)
0
t
(2.5.4)
(2.5.5)
(2.5.6)
(2.5.7)
Relasi antara (t) dan u(t) dapat ditunjukkan dalam bentuk hubungan diffrensial dan
integral dibawah ini,
u(t) = (t)
= u(t) (2.5.8)
2. SISTEM
Sinyal adalah fenomena dari lingkungan yang terukur atau terkuantisasi. Sementara
sistem adalah bagian dari lingkungan yang menghubungkan sinyal-sinyal atau dengan
kata lain merespon sinyal yang masuk dengan menghasilkan sinyal lainnya. Sistem
juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses yang menghasilkan transformasi sinyal.
Jadi, suatu sistem memiliki sinyal input yang ditransformasikan menjadi sinyal output.
Dalam hal ini, sistem waktu kontinyu adalah sistem di mana inputnya merupakan
sinyal waktu kontinyu dimana outputnya juga merupakan sinyal waktu kontinyu.
Dua hal penting pada sistem adalah linieritas dan tidak berubah terhadap waktu.
Disini akan dilihat hubungan input output pad sistem LTI (Linear Time
Invariant) dijelaskan pada operasi konvolusi.
= } (2.8)
Jika sistemnya adalah time invariant, maka pergeseran waktu (Time – Shifting)
memiliki persamaan,
h(t- )= T{d(t- )}
(2.9)
Kita subtitusikan dalam persamaan (2.8) bentuk sekarang adalah ,
y(t) = } (2.10)
1. Kausalitas
Sistem kausal adalah sistem yang memberi respon setelah ada masukan. Pengaruh
suatu masukan dapat dilihat pada saat itu juga dan atau kemudian. Sebuah nilai
keluaran dipengaruhi hanya oleh masukan pada saat yang sama atau pada saat yang
lalu sehingga,
y(t) =
(2.11)
Sinyal impuls satuan mengandung nilai pada t = 0, sehingga respon impuls sistem
kausal hanya mengandung nilai di t 0(kontinyu).
2. Stabilitas
Sebuah sistem yang stabil akan memberikan respon yang berhingga jika
masukannya berhingga. Jika masukan berhingga maka agar keluaran berhingga
haruslah respon impulsnya berhingga. Artinya,
0 (2.12)
Konvolusi secara umum dapat diartikan sebagai cara untuk mengkombinasikan dua
buah deret angka untuk menghasilkan deret angka ketiga. Dalam hal ini konvolusi
digunakan untuk mengoperasikan dua sinyal dan menghasilkan sinyal ketiga.
Konvolusi dilambangkan secara asterisk (*). Bagi para insinyiur konvolusi adalah
instrument yang sangat penting. Sebagai contoh, konvolusi digunakan dalam sistem
linier dan teori kontrol untuk mendapatkan respon y(t) dari sebuah sistem x(t) jika
diberikan jika diberikan impuls h(t). Secara umum konvolusi dua buah sinyal x1(t) dan
x2 (t) dituliskan sebagai berikut :
(2.16)
Keluaran dari sebuah sistem disebut juga respon. Jika sinyal berupa unit impuls masuk
kedalam sistem, maka akan memberikan respon yang disebut respon impuls (impulse
response), jika sistemnya kontinyu diberi simbolnya h(t). Jika respon impuls sebuah
sistem linier diketahui, maka respon sistem terhadap sembarang bentuk sinyal dapat
dihitung. Jika h(t) adalah respon impuls sistem linier kontinyu, dan x(t) adalah sinyal
masukan maka sinyal keluarannya adalah
y(t) = x(t)*h(t)
=
Universitas Sumatera Utara
(2.17)
y(t) = h(t) * x(t) Y(w) = H( )X( )
(2.18)
Persamaan (2.17) di atas disebut sebagai integral konvolusi, yang juga merupakan
yang merupakan input dari sistem LTI (Linier Time Invariant). Dan juga merupakan
hasil transformasi fourier dari sinyal impuls dan fungsi singularitas. (I.J.p.78)
Linieritas
Jika sinyal x1(t) memiliki transformasi fourier sebagai berikut
Sifat Simetri
Jika x(t) adalah fungsi waktu bersifat real, maka
X(- ) = X*( ) (2.21.4)
Persamaan dia atas menyatakan kompleks
conjugate.
x(x-t0 ) X( (2.21.6)
x(t) X( (2.21.7)
maka transformasi forier dari
(2.21.8)
atau
X( ) + X(0) ( )
(2.21.9)
Persamaan diatas merupakan bentuk umum dari hasil kovolusi x(t) dan u(t).
x(t) X( ) (2.21.10)
maka transformasi fourier dari
x(at) (2.21.11)
a = konstanta real
Sifat Modulasi
f(t-t0) F(
f(t) F( 0 )
f(
F(t) 2
(j n
F(
(-jt)n f(t)
1
2 0 )
sgn(t)
u(t)
u(t)
u(t)t
x(t) * r(t) =
(2.24)
Secara umum skema proses konvolusi dengan fungsi singularitas dapat ditunjukkan
seperti gambar di bawah ini
Sinyal masukan Proses Konvolusi Hasil konvolusi
x1(t)
x1(t) *x2 (t) y(t)
x2 (t)
Sebenarnya, dalam konvolusi dua buah sinyal setiap masing-masing fungsi sudah
memiliki fungsi singularitas. Namun, setelah mengalami distribusi konvolusi fungsi-
fungsi akan tereduksi menjadi bentuk persamaan biasa konvolusi dengan batas-batas
nilai yang ditentukan. (I.J.p.80)