Anda di halaman 1dari 47

PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT

DI FASYANFAR

BALAI BESAR POM DI PALEMBANG


08 DESEMBER 2020

1
OUTLINE
• PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT,
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR

1
FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN
KEFARMASIAN

• PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT-OBAT


TERTENTU YANG SERING
2 DISALAHGUNAKAN

2
PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

3
DASAR HUKUM
• ORDONANSI OBAT KERAS (Sterkwekende Geneesmiddlent Ordonnantie, Staatsblad 1949:419)
• UU NO 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA
• UU NO 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
• UU NO 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
Peraturan

• PP NO 72 TAHUN 1998 TENTANG PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN


Payung

• PP NO 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN


• PP NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR
• PP NO 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UU NO 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
PERMENKES NO 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
Peraturan Pelaksanaan

PREKURSOR FARMASI
•PERMENKES NO 167 TAHUN 1972 TENTANG PEDAGANG ECERAN OBAT  KEPMENKES NO 1331 TAHUN 2002
• PERMENKES N0 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK
• PERMENKES NO 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS
• PERMENKES NO 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN & PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
• PERMENKES NO 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK
• PERMENKES NO 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR YAN FAR DI RUMAH SAKIT
• PERMENKES NO 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR YAN FAR DI APOTEK
• PERMENKES NO 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR YAN FAR DI PUSKESMAS
• PERATURAN KEPALA BADAN POM NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT-OBAT TERTENTU YANG SERING
DISALAHGUNAKAN
PERATURAN BADAN POM NO 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
Peraturan Teknis
Pelaksanaan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Apoteker / TTK
FASILITAS PELAYANAN Penanggung Peraturan Perundang-Undangan
KEFARMASIAN
Jawab
- Apotek
• Peraturan Fasilitas Pelayanan
- Pedagang Eceran Obat Pengelolaan
- Kefarmasian
Instalasi Farmasi Rumah
• Peraturan Standar Pelayanan
Sakit
- Kefarmasian
Instalasi Farmasi Klinik
- Puskesmas

Pembinaan dan Pengawasan • Di Instansi Pemerintah &


• Masyarakat

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


PENGAWASAN FASILITAS SEDIAAN FARMASI - Pemantauan
- Pemberian Bimbingan
- Pembinaan
KOORDINASI Pengelolaan Sediaan
1. Menteri
2. Dinkes Prop BADAN POM
3. Dinkes Kab/Kota SANKSI ADMINISTRATIF
 Peringatan Tertulis
 Penghentian Sementara Kegiatan
Hasil Pengawasan  Pencabutan Izin
CAKUPAN PENGELOLAAN

1. PENGADAAN
2. PENERIMAAN
3. PENYIMPANAN
4. PENYERAHAN
5. PENGEMBALIAN
6. PEMUSNAHAN
7. PELAPORAN
1 PENGADAAN

7
PENGADAAN OBAT
PBF PBF

SP –> ttd
SP
APOTEK
APJ/Ka. Inst

IF INST. FARMASI RS
• OBT / OBAT
BEBAS
INST. FARMASI KLINIK
• SP -> ttd TTK
PJ KONDISI
KHUSUS
LPLPO
TOKO OBAT

INST. FARMASI PUSKESMAS PUSKESMAS


PEMERINTAH
DAERAH INST. FARMASI
RSUD/KLINIK DAERAH

SP –> ttd Ka. Inst


INST. FARMASI
PEMERINTAH INST. FARMASI
PUSAT RSUP/TNI/POLRI
PEREDARAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA & OBAT MENGANDUNG PREKURSOR
PBF
PBF
NARKOTIKA: APOTEK
IZIN KHUSUS PENYALURAN
SP –> ttd INST. FARMASI RS
APJ/Ka. Inst

• Obat Bebas
Terbatas INST. FARMASI KLINIK
• SP -> ttd TTK
PJ

TOKO OBAT
INST. FARMASI
PEMERINTAH
PUSAT
INST. FARMASI
RSUP/TNI/POLRI
SPInst
SP –> ttd Ka.
INST. FARMASI
INST. FARMASI RSUD/KLINIK DAERAH
PEMERINTAH
DAERAH
PUSKESMAS
LPLPO
Pengadaan Obat dan NPP di Puskesmas
bersumber dari Puskesmas lain

jika:
1. apabila di IFP Daerah terdapat kekosongan stok Obat yang dibutuhkan;
2. hanya untuk kebutuhan maksimal 1 (satu) bulan;
3. dengan dilengkapi dokumen Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) terkait pengembalian Obat dari Puskesmas
Pengirim IFP Daerah yang di ttd atau diparaf oleh APJ dan ditandatangai
oleh kepala puskesmas
4 dengan dilengkapi dokumen LPLPO terkait penyaluran Obat dari
Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah ke Puskesmas Penerima; dan
5. Obat dapat langsung dikirimkan dari Puskesmas Pengirim ke Puskesmas
Penerima.
SURAT PESANAN
SITEM ELEKTRONIK MANUAL
mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap (termasuk nomor
telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana;
mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap;
mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan huruf) dan isi
kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari Obat/Bahan Obat yang
dipesan;
mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas;
a. harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem hanya oleh Apoteker/TTK a. asli dan dibuat
Penanggung Jawab. sekurang-
b. harus bisa menjamin ketertelusuran produk (min 5 th) kurangnya rangkap
c. harus dapat ditunjukan dan dipertanggungjawabkan kebenarannya pada saat 2 (NPP 3) serta
pemeriksaan tidak dibenarkan
d. harus tersedia sistem backup data. dalam bentuk
e. harus mudah dalam evaluasi & penarikan data pada saat dibutuhkan faksimili dan
f. Ada mekanisme pemberitahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa fotokopi.
pesanan tersebut telah diterima b. ditandatangani
g. Pengadaan NPP harus dilengkapi SP manual asli, 7 (tujuh) hari setelah oleh Apt/TTK PJ,
konfirmasi dari pihak pemasok nama jelas, dan
nomor
SIPA/SIPTTK
PENGADAAN DILAKUKAN MELALUI SISTEM PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH, TERMASUK E-PURCHASING

• APJ menyampaikan daftar kebutuhan Obat/Bahan Obat


kepada pelaksana sistem pengadaan barang/jasa pemerintah;
• APJ menyampaikan Surat Pesanan kepada pemasok;
• jumlah pengadaan Obat tidak dalam jumlah eceran (kemasan
penyaluran terkecil);
• pengadaan Obat/Bahan Obat dilakukan oleh pelaksana sistem
pengadaan barang/jasa pemerintah;
• APJ harus memonitor pelaksanaan pengadaan Obat/Bahan
Obat pemerintah;
• APJ harus menyimpan salinan dokumen e-purchasing atau
dokumen pengadaan termasuk Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK)/Surat Perintah Kerja (SPK) lengkap beserta daftar dan
jumlah Obat/Bahan Obat yang akan diadakan;
PENGELOLAAN & PENGARSIPAN DOKUMEN PENGADAAN

• Surat Pesanan yang tidak dapat digunakan karena suatu hal, maka Surat
Pesanan tersebut harus diberi tanda pembatalan yang jelas dan diarsipkan
bersama dengan Surat Pesanan lainnya.
• Surat pesanan tidak bisa dilayani baik sebagian atau seluruhnya, harus
meminta surat penolakan pesanan dari pemasok.
• Arsip Surat Pesanan Narkotika, Surat Pesanan Psikotropika atau Surat
Pesanan Prekursor Farmasi harus dipisahkan dengan arsip Surat Pesanan
produk lain.
• Faktur Pembelian diarsipkan bersatu dengan Surat Pesanan
• Surat penolakan pesanan dari pemasok harus diarsipkan menjadi satu
dengan arsip Surat Pesanan.
• Lama penyimpanan arsip min 5 Tahun, diurut berdasarkan tanggal dan
nomor urut Surat Pesanan/LPLPO.
• Seluruh arsip harus mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat
diperlukan.
2 PENERIMAAN

14
PENERIMAAN
• Penerimaan harus
berdasarkan Faktur PERIKSA:
pembelian / SPB/ LPLPO 1. KONDISI KEMASAN DALAM
yang sah. KEADAAN BAIK sesuai
2. KESESUAIAN OBAT YANG
• hanya dapat melakukan DITERIMA DG SP/LPLPO
penerimaan yang ditujukan 3. KESESUAIAN OBAT YANG
untuk Fasyanfar sesuai DITERIMA DG FAKTUR
SP/LPLPO
Ketidaksesuaian nama ketidaksesuaian
• Dilakukan oleh Apt/TTK PJ produsen, nama nomor bets TTD FAKUR/LPLPO/SPB
• Bila Apt/TTK PJ pemasok, nama atau tanggal & NAMA, SIPA/SIPTTK,
Obat/Bahan Obat, kedaluwarsa STEMBEL
berhalangan, didelegasikan
jumlah, bentuk,
ke Tenaga kefarmasian kekuatan sediaan Obat,
(Surat pendelegasian) dan isi kemasan
• Bila Apt PJ Puskesmas KOREKSI
berhalangan, BETS/KADALUARSA &
didelegasikan ke Tenaga PRODUK KONFIRMASI KE
DIKEMBALIKAN PEMASOK
kefarmasian/ tenaga medis/
tenaga kesehatan lain

BERITA ACARA 15
DIHARI
PENERIMAAN
YANG SAMA
TIDAK SESUAI
PENERIMAAN PADA PENGADAAN DILAKUKAN MELALUI SISTEM
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

• penerimaan harus melibatkan Apoteker/Tenaga Teknis


Kefarmasian sebagai Panitia Penerimaan Barang dan Jasa
Pemerintah. Apabila Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian
tidak termasuk dalam Panitia Penerima Barang, maka
penerimaan dilakukan oleh APJ atau Tenaga Kefarmasian
yang ditunjuk oleh APJ.
• penerimaan dari PBF dilakukan oleh Panitia Penerimaan
Barang dan Jasa Pemerintah;
• Panitia Penerimaan Barang dan Jasa Pemerintah segera
menyerahkan Obat/Bahan Obat dan NPP kepada APJ atau
Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh APJ;
• APJ wajib mendokumentasikan salinan Berita Acara Serah
Terima Barang dan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.
3 PENYIMPANAN

17
Penyimpanan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor
harus :

a) Dalam wadah asli dari produsen.


b) Bila diperlukan pemindahan dari wadah asli nya untuk pelayanan resep 
disimpan di dalam wadah baru yang dapat menjamin keamanan, mutu,
dan ketertelusuran obat dengan dilengkapi dengan identitas obat
meliputi nama obat dan zat aktifnya, bentuk dan kekuatan sediaan, nama
produsen, jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
c) kondisi penyimpanan sesuai tertera pada kemasan dan/atau label
d) terpisah dari produk/bahan lain
e) terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan cahaya
matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain;
f) mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur-baur; dan
g) tidak bersinggungan langsung antara kemasan dengan lantai.
h) dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat
serta disusun secara alfabetis.
i) memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan Obat  tidaak
berdekatan & penandaan khusus
j) memperhatikan sistem FEFO dan/atau sistem FIFO
PENCATATAN DALAM PENYIMPANAN

a) Penyimpanan harus dilengkapi dengan kartu stok (manual/elektronik)


b) Informasi dalam kartu stok sekurang-kurangnya memuat:
1) Nama Obat/Bahan Obat, bentuk sediaan, dan kekuatan Obat;
2) Jumlah persediaan;
3) Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
4) Jumlah yang diterima;
5) Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/penggunaan;
6) Jumlah yang diserahkan/digunakan;
7) Nomor bets dan kedaluwarsa setiap penerimaan atau
penyerahan/penggunaan; dan
8) Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
c) Pencatatan yang dilakukan harus tertib dan akurat
PENCATATAN DALAM PENYIMPANAN

d) Jika pencatatan dilakukan secara elektronik, maka:


1) Harus tervalidasi, mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat
diperlukan;
2) Harus mampu tertelusur informasi mutasi sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun terakhir;
3) Harus tersedia sistem pencatatan lain yang dapat dilihat setiap
dibutuhkan. Hal ini dilakukan bila pencatatan secara elektronik tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya.
4) Harus dapat di salin/copy dan/atau diberikan cetak/printout

e) Mutasi Obat dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit ke depo/unit antara lain
rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat, harus
tercatat pada kartu stok dengan disertai bukti serah terima obat dari
instalasi farmasi kepada depo/unit
Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product)

a) Tempat penyimpanan minimal chiller untuk produk dengan peryaratan


penyimpanan suhu 2 s/d 8 C dan freezer untuk produk dengan
peryaratan penyimpanan suhu -25 s/d -15 C;

b) Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan alat monitoring suhu


yang terkalibrasi;

c) Harus dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama 3 kali


sehari dengan rentang waktu yang memadai;

d) Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan generator otomatis atau


generator manual yang dijaga oleh personil khusus selama 24 jam;
dan

e) Penyimpanan obat tidak terlalu padat sehingga sirkulasi udara dapat


dijaga, jarak antara produk sekitar 1-2 cm.
Obat berupa elektrolit konsentrasi tinggi

a) Contoh : kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium
klorida lebih pekat dari 0,9% dan magnesium sulfat 50% atau yang lebih pekat)
b) Tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.
c) Penyimpanan pada unit perawatan pasien harus dilengkapi dengan pengaman,
diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
Narkotika, Psikotropika & Prekusor Farmasi

a) Narkotika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Narkotika.


b) Psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Psikotropika.
c) Prekursor Farmasi harus disimpan di tempat yang aman berdasarkan analisis
risiko  pembatasan akses personil, diletakkan dalam satu area dan tempat
penyimpanan mudah diawasi secara langsung oleh penanggungjawab.
d) Lemari khusus penyimpanan Narkotika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan satu
kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan.
e) Lemari khusus penyimpanan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan satu
kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan.
f) Apabila Apoteker Penanggung Jawab berhalangan hadir dapat menguasakan
kunci kepada pegawai lain  dilengkapi surat kuasa
g) Pegawai lain  Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
Rusak dan/atau Kedaluwarsa

a) Penyimpananharus terpisah dari Obat/Bahan Obat yang masih layak guna dan
diberi penandaaan yang jelas serta dilengkapi dengan pencatatan berupa kartu
stok (manual/elektronik)

b) Narkotika yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara terpisah


dari Narkotika yang layak guna, dalam lemari penyimpanan khusus Narkotika
dan diberi penandaaan yang jelas.

c) Psikotropika yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara terpisah


dari Psikotropika yang layak guna, dalam lemari penyimpanan khusus
Psikotropika dan diberi penandaaan yang jelas.

d) Prekursor Farmasi yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara


aman dan terpisah dari Prekursor Farmasi yang layak guna serta diberi
penandaaan yang jelas.
Stok Opname

a) Melakukan stok opname secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6


(enam) bulan.

b) Melakukan stok opname Narkotika dan Psikotropika secara berkala sekurang-


kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan

c) Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stok opname dan
mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk Berita Acara hasil investigasi
selisih stok

d) Dokumentasi harus mampu telusur dan dapat diperlihatkan saat diperlukan.


4 PENGEMBALIAN

26
Pengembalian Obat/Bahan Obat dan
Narkotika, Psikotropika dan Prekurasor (NPP)
• Pengembalian obat dan NPP harus dilengkapi
dengan dokumen serah terima pengembalian Obat
yang sah dan fotokopi arsip Faktur Pembelian.

• Setiap pengembalian Obat dan NPP wajib dicatat


dalam Kartu Stok

• Seluruh dokumen pengembalian harus


terdokumentasi dengan baik dan mampu telusur

• Dokumen pengembalian yang memuat Narkotika


harus disimpan terpisah dari dokumen pegembalian
obat lainnya.
• Dokumen pengembalian yang memuat Psikotropika
harus disimpan terpisah dari dokumen pegembalian
obat lainnya
• Dokumen pengembalian yang memuat Prekursor
Farmasi harus disimpan terpisah dari dokumen
pegembalian obat lainnya 27
5 PENYERAHAN

28
• DAERAH TERPENCIL

PEREDARAN OBAT • SURAT PERMINTAAN

DOKTE
TERTULIS

R
• SURAT PESNAN
• OBAT PD LAMP PERMEN

BIDA
APOTEK

N
INST. FARMASI RS

APOTEK
INST. FARMASI KLINIK

TOKO OBAT

PASIEN
PUSKESMAS

INST. FARMASI
RSUD/KLINIK DAERAH
• KOSONG STOK
• DISTRIBUTOR KOSONG
• SURAT KETERANGAN
KEKOSONGAN OBAT

INST. FARMASI
RSUP/TNI/POLRI
OBAT KERAS
RESEP
PEREDARAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA & OBAT MENGANDUNG PREKURSOR

DOKTER
KHUSUS N & P
• INJ
• DAERAH TERPENCIL
• SURAT PERMINTAAN
TERTULIS

APOTEK

APOTEK
INST. FARMASI RS

INST. FARMASI KLINIK

TOKO OBAT

PASIEN
INST. FARMASI
RSUP/TNI/POLRI

INST. FARMASI • (-) DALAM RESEP


• SURAT PERMINTAAN
RSUD/KLINIK DAERAH TERTULIS
• SURAT KETERANGAN
KEKOSONGAN OBAT

PUSKESMAS RESEP
PENYERAHAN
a) Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab wajib bertanggung
jawab terhadap penyerahan Obat, termasuk Narkotika, Psikotropika dan
Preekursor Farmasi
b) Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya dapat melayani resep Obat berdasarkan
resep dari rumah sakit tersebut.
c) Instalasi Farmasi Klinik selain melayani resep dari klinik yang bersangkutan,
dapat melayani resep dari dokter praktik perorangan atau resep dari klinik lain.
d) Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat menyerahkan Obat kepada
pasien.
e) Penyerahan Obat hanya dapat dilakukan dalam bentuk obat jadi, termasuk
dalam bentuk racikan obat.
f) Resep/permintaaan tertulis yang diterima dalam rangka penyerahan Obat wajib
dilakukan skrining.
g) Resep yang dilayani harus asli; ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak
dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotokopi, termasuk fotokopi blanko resep.

31
PENYERAHAN
a) Resep Obat dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.
b) dilarang mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang diulang (iter)
apabila resep aslinya mengandung Narkotika.
c) dilarang menyerahkan Narkotika berdasarkan salinan resep yang baru dilayani
sebagian atau belum dilayani sama sekali apabila tidak menyimpan resep asli.
d) Penyerahan Prekursor Farmasi Golongan Obat Bebas Terbatas harus
memperhatikan kewajaran dan kerasionalan jumlah yang diserahkan sesuai
kebutuhan terapi.
e) Penyerahan Prekursor Farmasi Golongan Obat Bebas Terbatas di luar kewajaran
harus dilakukan oleh penanggung jawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.
f) Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus memerhatikan penyerahan Prekursor
Farmasi Golongan Obat Bebas Terbatas dalam jumlah besar secara berulang
dalam periode tertentu.

32
PENYERAHAN
a) Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika berdasarkan resep yang ditulis oleh
dokter yang berpraktek di provinsi yang sama dengan Apotek tersebut, kecuali
resep tersebut telah mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota tempat Apotek yang akan melayani resep tersebut.
b) Dalam menyerahkan Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi
berdasarkan resep, pada resep atau salinan resep harus dicatat nama, alamat,
dan nomor telepon yang bisa dihubungi dari pihak yang mengambil obat.

33
Resep dalam bentuk elektronik di dalam penyerahan Obat di
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas

a) Pelayanan resep elektronik hanya dapat diselenggarakan oleh sarana


yang mengeluarkan resep elektronik tersebut;
b) Tersedia sistem dokumentasi yang baik sehingga resep elektronik
mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat diperlukan.

34
SALINAN RESEP

Salinan resep adalah salinan yang dibuat dan ditandatangani oleh


apoteker menggunakan blanko salinan resep dan bukan berupa
fotokopi dari resep asli. Salinan resep selain memuat semua
keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula:
a) Nama, alamat, dan nomor surat izin sarana;
b) Nama dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker;
c) Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda
nedet atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan;
d) Nomor resep dan tanggal pembuatan;
e) Stempel sarana.

35
Pengelolaan Resep
a) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis harus mampu telusur dan dapat
ditunjukkan pada saat diperlukan.
b) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis disimpan min selama 5 tahun,
urutankan tanggal & nomor urutan penerimaan resep.
c) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis yang telah disimpan melebihi 5 tahun
dapat dimusnahkan.
d) Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
sesuai oleh Apoteker Penanggung Jawab dan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya seorang petugas fasilitas pelayanan kefarmasian.
e) Pada pemusnahan resep, harus dibuat Berita Acara Pemusnahan.
f) Pemusnahan resep wajib dilaporkan dengan melampirkan Berita Acara
Pemusnahan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempatdan
tembusan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.

36
Pengelolaan Resep Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi
a) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Narkotika harus disimpan
terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
b) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Psikotropika harus disimpan
terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
c) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Prekursor Farmasi harus
disimpan terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
d) Resep yang di dalamnya tertulis Narkotika bersama Psikotropika
dan/atau Prekursor Farmasi harus disimpan bergabung dengan resep
Narkotika lainnya.
e) Resep yang di dalamnya tertulis Psikotropika bersama Prekursor
Farmasi harus disimpan bergabung dengan resep Psikotropika lainnya.

37
Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product)
a) Penyerahan dilakukan kepada dokter penulis resep, tenaga kesehatan
yang melakukan tindakan atau sampai dengan produk ditempatkan ke
tempat penyimpanan lain sesuai persyaratan penyimpanan;
b) Pengiriman menggunakan wadah kedap dengan yang dilengkapi
icepack/coolpack sedemikian rupa sehingga dapat menjaga suhu
selama pengiriman;
c) Harus dilakukan validasi pengiriman produk rantai dingin
menggunakan wadah kedap untuk menjamin suhu pengiriman produk
rantai dingin sesuai dengan persyaratan sampai ke tangan pelanggan;
d) Produk rantai dingin tidak boleh bersentuhan langsung dengan
icepack/coolpack; dan
e) Harus dilakukan pemeriksaan suhu produk rantai dingin sebelum
dilakukan pengiriman dan pada saat penerimaan

38
6 PEMUSNAHAN

39
PEMUSNAHAN

• Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab wajib

memastikan kemasan termasuk label obat , Narkotika, Psikotropika,

dan/atau Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan telah dirusak

• Pemusnahan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan
7 PELAPORAN

41
PELAPORAN

Pelaporan Pemasukan dan


Penyerahan/Penggunaan Narkotika dan
Psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT-OBAT
TERTENTU YANG SERING DISALAHGUNAKAN

43
LATAR BELAKANG:
PERUBAHAN TREN PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA PSIKOTROPIKA OBAT OBAT BEBAS


PREKURSOR KERRAS TERBATAS

Diawasi ketat berdasarkan: Obat non Narkotika,


- UU No 35/2009 tentang Narkotika, Psiktropika dan Prekursor
- UU No 5/1997 tentang Psikotropika dan tetapi disalhgunakan krn
- PP No 4/2010 tentang Prekursor memiliki efek “rekreasi” 
Euforia, Stimulan, Psikosis

PERKETAT PENGAWASAN
(PER BPOM 28/2018 Tentang Pedoman Pengelolaan
obat-obat yang sering disalah gunakan)
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan
DEFINISI:
obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain Narkotika dan
Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Pengelolaan meliputi kegiatan:
KRITERIA/JENIS:
a. pengadaan;
b. penyimpanan;
• Tramadol
OBAT KERAS c. pembuatan;
• Triheksifenidil d. penyaluran;
• Klorpromazin e. penyerahan;
• Amitriptilin f. penanganan obat kembalian;
OBAT BEBAS
• Haloperidol TERBATAS g. penarikan kembali obat (recall);
• Dekstrometorfan. h. pemusnahan; dan
i. pencatatan dan pelaporan
PENGELOLAAN DI FASILITAS PELAYANAN
KEFARMASIAN
1) Sesuai dengan pengelolaan obat sebagaimana diatur dalam Per BPOM No 4
Tahun 2018
2) OOT yang termasuk golongan Obat Keras dapat diserahkan:
a) Berdasarkan resep dokter atau salinan resep
b) Dengan mencatat nama, alamat & no telp dari pihak yang mengambil
obat
3) Dekstrometorfan (Obat Bebas Terbatas) dapat diserahkan:
a) tanpa resep dokter
b) di toko obat berijin
4) Fasyanfar dilarang menyerahkan Dekstrometorfan secara langsung kepada
anak berusia di bawah 18 th,
5) Penyerahan harus memperhatikan:
a) kewajaran jumlah obat yang akan diserahkan
b) frekuensi penyerahan obat kepada pasien yang sama.
6) Dokumen pengelolaan OOT diarsipkan terpisah dari obat lain (yang terpisah
hanya pengarsipan, bukan dalam pembuatan dokumen seperti SP)
TERIMA KASIH

@ halobpom@pom.go.id; www.pom.go.id; @bpom_ri; FB: Bpom RI

47

Anda mungkin juga menyukai