Anda di halaman 1dari 31

PENENTUAN KADAR TIMAH HITAM SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SETELAH


FILTER DEBU DIDESTRUKSI SECARA BASAH

Oleh : Drs. Ardeniswan MT.

in-house training :

TEKNIK SAMPLING DAN ANALISIS KUALITAS UDARA AMBIENT


DI PT. CITO DIAGNOSTIKA UTAMA
SEMARANG 8 – 9 JUNI 2015
I. PENDAHULUAN

Timah hitam (Pb) merupakan salah satu logam berat


yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Cemaran Pb ini bisa ditemukan pada air sungai/danau,
laut, tanah, udara dll.

Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung


logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh
patikel debu di udara. Akan tetapi logam tersebut dapat
bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi
sinergistik pada jaringan tubuh.
Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung
di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih
besar dibandingkan dengan dosis sama yang berasal
dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar
logam di udara yang terikat pada partikel debu patut
mendapat perhatian .
Sebagian besar pencemaran Pb di udara berasal dari
senyawa Pb-organik, seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
yang terdapat pada bensin. Hampir semua Pb-tetraetil
diubah menjadi Pb organik dalam proses pembakaran bahan
bakar bermotor dan dilepaskan ke udara. Selain dari
kendaraan bermotor, pencemaran Pb dapat berasal dari
penambangan dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb
sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-
barang yang mengandung Pb, serta hasil pembakaran di
incinerator.
Senyawa Pb organik bersifat neurotoksik. Gangguan
kesehatan yang ditimbulkan oleh akibat bereaksinya Pb
dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat
pembuatan haemoglobin. Timbal dapat menyebabkan
kerusakan sistem syaraf dan masalah pencernaan;
sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung
timbal dapat menyebabkan kanker.

Partikel Pb di udara ditangkap dengan menggunakan


alat HVAS dan media penyaring atau filter.
Timbal yang terkandung di dalam partikel tersuspensi
tersebut didekstruksi dengan menggunakan pelarut
asam, kemudian diukur dengan alat Spektrofotometer
Serapan Atom (AAS), sehingga akan diketahui berapa
kadar Pb yang terdapat diudara dalam satuan µg/m3
Gambar 1. Pencemaran udara berupa partikulat yang
keluar dari kendaraan bermotor
II. PERALATAN SAMPLING DAN ANALISIS YANG
DIGUNAKAN

Gambar 2. Salah satu Peralatan High Volume Sampler untuk

sampling partikulat
Gambar 3 . Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) untuk

analisis logam-logam dan metaloid


III. SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (AAS)

AAS : Penentuan unsur-unsur logam dan metaloid


berdasarkan serapan radiasi oleh atom-atom
bebas

Atom bebas terbentuk akibat terjadi atomisasi analit


oleh adanya proses pembakaran ot >> pada Burner

Suhu atomisasi komposisi gas oksidan (udara, N2O)

dengan fuel gas (asetilen, propana, butana, dll.)


yaitu untuk AAS-Nyala
Keuntungan AAS :
- Spesifik
- Batas deteksi rendah
- Analit dapat langsung ditentukan
Kolorimetri pembentukan senyawa kompleks
Gravimetri perlu dikeringkan endapan yang
didapat
- Sederhana dan ekonomis
- waktu analisis < <

Keuntungan tersebut di atas adalah hanya untuk AAS-


Nyala (flame)
3.1. Sistem Peralatan

Sumber Atomisasi Analit


Monokromator Detektor PMT Display/Rekaman
Cahaya (Burner)

Koreksi Kesalahan
Latarbelakang
3.2. Komponen Utama Peralatan AAS-Nyala Terdiri Dari

- Lampu Katoda Cekung Berongga (Hallow Cathode


Lamp)
- Pembentukan Atom Bebas (Burner)
- Pemilih panjang gelombang (Monokromator)
- Detektor (Photo Multiplier Tube)
- Amplifier (penguat arus)
- Display (pembacaan Nilai Serapan/Transmitan)
3.2.1. Lampu Katoda Berongga (Hallow Cathode Lamp)

- Lampu ini diisikan gas bertekanan 2 torr gas inner,


biasanya gas argon atau neon
- Lampu terdiri dari anoda dan katoda, dimana kutub
katoda dilapisi logam tertentu
- Voltase listrik tinggi dihasilkan antara anoda dan katoda
menyebabkan gas inner bermuatan positif memborbardir
katoda sehingga atom-atom pada katoda terlempar
keluar (eksitasi)
Gambar 4. Lampu Katoda Berongga-AAS

Peristiwa terjadinya eksitasi

 E1  E2
Absorpsi Fluoresensi
Emisi
 E1  E3
Posforesensi
3.2.2. Pembentukan Atom Bebas

Pembentukan atom bebas pada peralatan AAS dapat dibagi atas


4 macam :
a. Pembentukan atom bebas akibat pembakaran analit (umumnya
logam-logam berat selain Hg, As, Sb, Se, Sn,dll) pada suhu
cukup tinggi yang dikenal FAAS
b. Pembentukan atom bebas tanpa pembakaran analit seperti
analisis merkuri (Hg)
c. Pembentukan atom bebas menggunakan Hydride Generator
(umumya untuk logam As, Sb, Se, Sn, dll.) baru kemudian
dibakar dengan campuran gas Udara-asetilen yang dikenal
HGAAS
d. Pembentukan atom bebas menggunakan elektrothermal atau
Grafit Furnace. Khususnya digunakan untuk mengukur
konsentrasi logam-logam dibawah 1 mg/L dan dikenal GFAAS.
Gambar 5. Skema mekanisme pembentukan atom-atom bebas
3.3. Karakteristik Berbagai Nyala (atomisasi)

OXIDANT FUEL PERKIRAAN KETERANGAN


SUHU (oC)
Udara Propana 1930

Udara Hidrogen 2050

Asetilen 2300 Semua logam


Udara kecuali Hg, As, Se,
Sb, Sn, dll
Nitrous Oxide Hidrogen 2650

Asetilen 2950 Logam refraktori :


Nitrous Oxide Al, Si, Mo, Ca,
Ba,Ti, V, dll
Oxygen Asetilen 3100
Gambar 6. Sistem Burner pada AAS-Nyala
3.4. Monokromator

Berbeda dengan spektrofotometer UV/Vis., pada AAS sinar


radiasi dari lampu katoda cekung berongga sudah bersifat
monokromatis, sehingga fungsi monokromator hanya untuk
memilih panjang gelombang yang diinginkan.

PM Sx
m
Keterangan Gambar
PM = Photo Multiplier
G Sx = Slit keluar
SE = Slit masuk
SE
G = Grating
m m = Cermin
VII. TEKNIK PENGUJIAN CONTOH UJI TIMBEL (Pb)

7.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi


• Pipet ber-turut2 dalam labu ukur 50 mL masing-masing 0,0 mL; 0,5
mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 4,0 mL; 6,0 mL larutan standar Pb µg/mL
• Tambahkan akuades sampai tepat pada tanda tera sehingga
diperoleh kadar Pb yaitu 0,0 µg/mL; 1,0 µg/mL; 2,0 µg/mL; 4,0 µg/mL;
8,0 µg/mL; dan 12 µg/mL.
• Atur alat AAS dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat untuk pengujian kadar Pb
• Aspirasikan deretan larutan standar Pb satu persatu ke dalam alat
AAS melalui pipa kapiler kemudian baca dan catat masing2
serapannya.
• Buat kurva kalibrasi dari data di atas atau tentukan persamaan regresinya
7.2. Pengujian Contoh Uji

• Siap kertas filter yang sudah terpapar debu yang berasal dari
pengujian total partikelat tersuspensi (TSP)
• ukur dan catat panjang dan lebar filter yang terpapar debu (mm)
hitung luasnya (mm2)
• Potong kertas filter menjadi 4 bagian yang sama kemudian hitung dan
catat luasnya (mm2)
• Ambil satu bagian kertas filter tersebut sebagai contoh uji dan
masukkan ke dalam gelas piala 200 mL
• Tambahkan 60 mL larutan HCl (1+2)
• Tambahkan 5 mL H2O2 pekat dan tutup mulut gelas piala dengan
kacaa arloji
Gambar 7. Skema alat HVS beserta alat pemotongan filter dlm
penentuan Pb (timah hitam)
• Letakkan gelas piala di atas pemanas listrik, panaskan contoh uji
selama kurang lebih satu jam pada temperatur 105 Oc
• Turunkan contoh ujidari pemanas
• Tambahkan kembali 5 mL H2O2 pekat dan lanjutkan pemanasan di
atas pemanas listrik selama 30 menit
• Dinginkan contoh uji dan kemudian lakukan penyaringan
• Bilas kaca arloji dengan sejumlah air bersamaan dengan
penyaringan contoh
• Saring contoh uji dengan kertas saring dan tampung filtrat pada
gelas piala 200 mL
• Tambahkan kembali 50 mL larutan HCl (1+2) pada gelas piala pada
langkah awal di atas
• Lanjutkan pemanasan selama 30 menit untuk residu terdahulu
• Dinginkan contoh uji dan kemudian lakukan penyaringan kembali
• Satukan filtrat dalam gelas piala 200 mL
• Panaskan filtrat sampai mendekati kering (sisa cairan tinggal sedikit
) atau terbentuk garam
• Tambahkan 10 mL HNO3 (2+98) kemudian tepatkan sampai tanda
tera
• Contoh uji siap dianalisis dengan AAS
• Lakukan langkah yang sama untuk pengujian Blanko
• Semua pekerjaan preparasi dilakukan di almari asam
7.3. Pembuatan Spike Matriks

• Filter yang mengandung contoh uji pada kertas filter yang dipotong
menjadi 4 bagian yang sama dimasukkan ke dalam gelas piala dan
ditambahkan dengan 0,5 mL larutan standar 100 µg/mL (kadar
standar yang diperoleh 1 µg/mL)
• Lakukan langkah Tambahkan 60 mL larutan HCl (1+2) sampai
dengan langkah Contoh uji siap dianalisis dengan AAS pada point
7.2
Perhitungan Kadar Pb Di Udara

(Ct – Cb) x Vt x S/St


CPb =
V
• Dengan pengertian :
CPb adalah kadar timbal di udara (µg/m3)
Ct adalah kadar timbal dalam larutan contoh uji yang di spike (µg/m3)

Cb adalah kadar timbal dalam larutan blanko (µg/mL)


Vt adalah volume larutan contoh uji (mL)
S adalah luas contoh uji yang terpapar debu pada permukaan filter
St adalah luas contoh uji yang digunakan (mm2)
V adalah volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 oC
- Logam terekstraksi dengan pelarut organik (MIBK) setelah
dikomplekskan dengan zat pengompleks APDC, atau Na-DDC.
Metoda ekstraksi ini digunakan apabila konsentrasi logam cukup
rendah dan harus segera dianalisis.

H2C CH2 S
N C M
H2C CH2 S

Zat Pengkomplek Ammonium Pyrolidine Dithiocarbamate (APDC)


VIII. TEKNIK PENGUKURAN DENGAN AAS
Pengukuran secara kuantitatif didasarkan kepada Hukum Beer’s
yang menyatakan bahwa :
A = a.b.c

a.Menggunakan Kurva Kalibrasi untuk menentukan konsentrasi


logam-logam berat dalam air

Absorbansi

Konsentrasi
Salah Satu Bentuk Kurva Kalibrasi Logam Berat Pb
Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) Nyala

Kurva Kalibrasi Logam Pb


0,9
0,8
0,7
0,6
Absorbansi

0,5
0,4
0,3 y = 0,0993x
0,2 R² = 0,9999
0,1
0
0 2 4 6 8 10

Konsentrasi
b. Menggunakan Penambahan Standar (Standard Addition)

Absorbansi

a ~ 50 % - 100 % dari X

X 0 a 2a 3a

Banyaknya penambahan standar (mg/L)

Anda mungkin juga menyukai