Anda di halaman 1dari 7

PENGANTAR

STUDI ISLAM
Miftahul Arifin
STUDI ISLAM DAN
PROBLEMATIKANYA
 Secara Bahasa: Studi Islam merupakan terjemahan dari bahasa Arab
dirasah Islamiyah. Di Barat, studi Islam disebut dengan istilah
Islamic studies, yang artinya adalah kajian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keislaman.
 Secara terminologis adalah memahami dengan menganalisis secara
mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-
pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaannya
dalam kehidupan.
SEJARAH STUDI ISLAM DAN
PROBLEMNYA
 Studi Islam sebagai sebuah disiplin, sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Studi ini
mempunyai akar yang kokoh di kalangan sarjana muslim dalamtradisi keilmuan tradisional.
 Ketika terjadi kontak antara orang Kristen dan orang Islam, studi Islam mulai memasuki
wilayah Kristen Eropa pada masa pertengahan.
 Pada masa ini, kajian lebih diwarnai oleh tujuan polemik, karena Islam dipahami oleh
kalangan orientalis dengan pemahaman yang tidak layak.
 Dalam dua dekade terakhir ini, semakin tumbuh kesadaran akan pentingnya berbagai
pendekatan ilmiah dalam melakukan studi Islam
PERKEMBANGAN STUDI
ISLAM
 Sejarah pertumbuhan studi Islam dapat dilihat pada abad ke-19 yang menekankan pada tradisi
filologi.
 Masa berikutnya, para pengkaji mulai menyadari kelemahan kajian filologi, sehingga
muncullah kajian sains.
 Kelemahan ke dua dari pendekatan ini adalah terlalu mengesampingkan keunikan masyarakat,
menyamakan semua masyarakat di dunia yang berjalan di atas rute yang sama.
 Kemudian muncullah pendekatan lain, yang dimunculkan oleh para pengkaji Islam, baik dari
Timur maupun Barat, seperti pendekatan fenomenologi dan lain sebagainya
PENGKAJI ISLAM ORIENTALIS
 Ignas Goldziher (1850-1921)
 Snouck Hurgronje (1857-1936)
 Louis Massignon (1883-1962)
 Para orientalis ini, dalam melakukan studi Islam tidak terlalu mendalam, dan tidak memahami
aspek sesungguhnya dari beragama (lâ yafham al-bu’d al-dînî) sebagaimana insider.
HAKIKAT PENELITIAN
AGAMA
 Penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti
agama pada dimensi kemanusiaannya. Dengan kata lain, penelitian agama bukan meneliti
kebenaran teologis atau filosofis, akan tetapi bagaimana agama itu ada dalam ranah
pemeluknya, baik di wilayah kebudayaan dan sistem sosialnya berdasarkan pada fakta atau
realitas sosio-kultural.
HAKIKAT PENELITIAN
AGAMA
 Islam sebagai agama tidak cukup dipahami melalui pintu wahyunya belaka, tetapi juga perlu
dipahami melalui pintu pemeluknya, yaitu masyarakat muslim yang menghayati, meyakini dan
memperoleh pengaruh dari Islam tersebut.
 Alasannya adalah bahwa Islam itu dipahami oleh pemeluknya secara berbeda, karena setiap
manusia memiliki pemahaman yang beragam, sehingga tidak dapat dipaksakan umat Islam
untuk memiliki satu bentuk pemahaman yang sama.

Anda mungkin juga menyukai