Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 2

Nama Kelompok:
1. Nur Afika
2. Alia wahid
3. Resky pauziah
4. Sharfina Sukhemi
5. Indirwan
KEPERCAYAAN SUKU BUGIS
SEBELUM DAN SETELAH
KEDATANGAN ISLAM
Kepercayaah suku bugis sebelum
kedatangan islami
■ Sebelum masyarakat bugis mengenal islam mereka sudah
mempunyai “kepercayaan asli” (ancestor belief) dan menyebut
Tuhan dengan sebutan ‘Dewata SeuwaE’, yang berarti Tuhan kita
yang satu. Bahasa yang digunakan untuk menyebut nama ‘Tuhan’
itu menunjukkan bahwa orang Bugis memiliki kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa secara monoteistis. Menurut Mattulada,
religi orang Bugis masa Pra-Islam seperti tergambar dalam Sure’
La Galigo, sejak awal telah memiliki suatu kepercayaan kepada
suatu Dewa (Tuhan) yang tunggal, yang disebut dengan beberapa
nama : PatotoE (Dia yang menentukan Nasib), Dewata SeuwaE
(Dewa yang tunggal), To-Palanroe (sang pencipta) dan lain-lain.
■ Kepercayaan dengan konsep dewa tertinggi To-Palanroe
atau PatotoE, diyakini pula mempunyai anggota keluarga
dewata lain dengan beragam tugas. Untuk memuja dewa–
dewa ini tidak bisa langsung, melainkan lewat dewa
pembantunya. Konsep deisme ini disebut dalam
attoriolong, yang secara harfiah berarti mengikuti tata
cara leluhur. Lewat atturiolong juga diwariskan
petunjuk–petunjuk normatif dalam kehidupan
bermasyarakat. Raja atau penguasa seluruh negeri Bugis
mengklaim dirinya mempunyai garis keturunan dengan
Dewa–dewa ini melalui Tomanurung (orang yang
dianggap turun dari langit/kayangan), yang menjadi
penguasa pertama seluruh dinasti kerajaan yang ada.
(Kambie, 2003)
Sejarah masuknya islam di kerajaan Bone
atau setelah Kedatangan Islam
Kerajaan Bone dan Gowa sejak dulu dikenal sering
berseberangan dalam mewujudkan supremasi
kekuasaan di wilayah Sulawesi Selatan. Alasan
politis tentu menjadi pertimbagan utama.  Sifat
berseberangan ini juga menjadi salah satu alasan
Kerajaan Bone pada awalnya menolak ajakan dari
Raja Gowa untuk memeluk agama Islam. Pada saat
itu Islam sudah jadi agama resmi yang dianut di
kerajaan Gowa.
Raja Bone menganggap ajakan dari raja Gowa ini hanyalah salah satu
siasat untuk melebarkan pengaruh dan kekuasaan kerajaan Gowa.
Sebenarnya bukan hanya kerajaan Bone saja yang berpendapat begitu,
karena pada umumnya kerajaan-kerajaan besar di Sulawesi Selatan juga
berpikir sama.
Setelah kerajaan Sidenreng, Soppeng dan Wajo menerima Islam, secara
diam-diam raja Bone 10 We Tenrituppu diam-diam berangkat ke
Sidenreng untuk menemui adattuang sidenreng La Patiroi yang telah
memeluk Islam. Namun takdir berkata lain, sesaat setelah memeluk Islam
sang raja kemudian menghembuskan nafas terakhir setelah menderita
sakit. Untuk itu beliau mendapat gelar anumerta “matinroeriSidenreng”
SEKIAN DAN TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai