Anda di halaman 1dari 29

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM HAP

MATERI HUKUM ACARA PIDANA


SEMESTER V
FAKULTAS HUKUM UNUMAS
MOJOKERTO

DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN II


MATERI : ISTILAH, PENGERTIAN, SISTEM DAN AZAS
HUKUM ACARA PIDANA
DOSEN : H. SUMARGI, S.H., M.H.

HK. ACARA PIDANA


SEMESTER V FH UNIMAS 2019
A.   ISTILAH, PENGERTIAN DAN SISTEM
• Istilah hukum acara pidana adalah “hukum proses pidana” atau “hukum tuntutan pidana”.
Belanda memakai istilah starfvordering” yang kalau diterjemahkan akan menjadi tuntutan
pidana.
• Dalam ruang lingkup hukum pidana yang luas, baik hukum pidana subtantif (materil)
maupun hukum acara pidana (formil) disebut hukum pidana. Hukum acara pidana
berfungsi untuk menjalankan hukum acara pidana subtantif (materil), sehingga disebut
hukum pidana formil atau hukum acara pidana.
• Hal yang perlu diketahui pembedaan antara hukum pidana (materil) dan hukum acara
pidana (formil) yaitu kalau hukum pidana (materil) adalah keseluruhan peraturan hukum
yg menunjukkan perbuatan mana yg dikenakan pidana, sedangkan hukum acara pidana
(formil) adalah bagaimana Negara melalui alat kekuasaanya untuk menjatuhkan pidana.
• KUHAP tdk memberikan definisi tentang hk acara pidana, tetapi bagian-bagian seperti
penyidikan, penuntutan, mengadili, praperadilan, putusan pengadilan, upaya hukum,
penyitaan, penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan lain-lain.
• Ps. 1 KUHAP, Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal menurut cara yg
diatur dlm UU ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dengan membuat bukti
terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
HK. ACARA PIDANA
SEMESTER V FH UNIMAS 2019
B.  TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA
• Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan kebenaran
materil, yakni kebenaran dari suatu perkara pidana dgn menerapkan ketentuan
hukum acara pidana secara jujur dan tepat dgn tujuan agar mencari pelaku yg dpt
didakwakan melakukan pelanggaran hk. Kemudian selanjutnya meminta
pemeriksaan dan putusan dri pengadilan guna menemukan apakah terbukti
melakukan tindak pidana dan apakah pelaku yg didakwakan itu dapat
dipersalahkan.
• Menurut Van Bammelen mengemukakan 3 fungsi hukum acara pidana, yakni:
 Mencari dan menemukan kebenaran
 Pemberian keputusan oleh hakim
 Pelaksanaan keputusan.
Azas Hukum Acara Pidana

  Dalam hukum acara pidana dikenal adanya beberapa azas yaitu:


1.Azas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan
2.Azas praduga tak bersalah
3.Azas oportunitas
4.Azas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum
5.Azas perlakuan yang sama di depan hakim
6.Azas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan
7.Azas bantuan hukum
8.Azas ne bis in idem
9.Azas hak ingkar
10.Azas kehadiran terdakwa
11.Azas ganti rugi dan rehabilitasi
12.Azas kepastian jangka waktu penahanan.
Materi Prakterk Peradilan Pidana
Dosen Sumargi, S.H., M.H.
Ad. I. Tersangka / terdakwa dan hak-haknya
Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (butir 14 KUHAP).
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di sidang
pengadilan (butir 15).
Hak-hak tersangka/terdakwa : Lihat (pasal 50 - pasal 68 KUHAP):
1.Hak untuk segera diperiksa, diajukan ke pengadilan dan diadili (pasal 50 ayat 1,2,3)
2.Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa
yang disangkakan dan apa yang didakwakan (pasal 51 butir a dan b).
3.Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim (pasal
52).
4.Hak untuk mendapat juru bahasa (pasal 53 ayat (1)).
5.Hak untuk mendapatkan bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan (pasal 54).
6.Hak untuk mendapat nasihat hukum dari penasihat hukum yang ditunjuk oleh pejabat
yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan bagi tersangka atau terdakwa
yang diancam pidana mati dengan biaya Cuma-cuma.
Lanjutan …..

7. Hak tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing untuk


menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya (pasal 57 (2))
8. Hak untuk diberitahu pada keluarganya atau orang lain yang serumah
dengan tersangka / terdakwa yang ditahan untuk mendapat bantuan
hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan hak untuk berhubungan
dengan keluarga (pasal 59 dan pasal 60).
9. Hak untuk dikunjungi sanak keluarga yang tidak ada hubungan dengan
perkara tersangka / terdakwa (pasal 61).
10.Hak tersangka / terdakwa untuk berhubungan surat menyurat dengan
penasihat hukumnya (pasal 62).
11.Hak tersangka / terdakwa untuk menghubungi dan menerima kunjungan
rohaniawan (ps.63).
12.Hak tersangka / terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli (ps. 65)
13.Hak tersangka / terdakwa untuk menuntut ganti kerugian (pasal 68)
Ad. II. Penyidik dan Penyelidik
Menurut pasal 1 butir 1, penyidik adalah pejabat
polisi atau pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan.
Pasal 1 butir 4, penyelidik adalah pejabat polisi yang
diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penyelidikan.
Jadi perbedaannya adalah penyidik itu terdiri dari
polisi dan pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang, sedangkan
penyelidik hanya polisi saja. 
Ad. III. Penuntut Umum
Ps. 1 butir 6 dijelaskan bahwa:

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh


UU untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi


wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
Wewenang Penuntut Umum / Jaksa
1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu.
2. Mengadakan Pra-Penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan Pasal. 110 (3) dan (4) KUHAP dengan
memberi petunjuk dalam penyempurnaan penyidikan dari penyidik.
Perlu diketahui isi dari pasal. 110 KUHAP :
 Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara ke Penuntut Umum,
dalam hal Penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, Penuntut umum segera
mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi (P-19)
 Dalam hal Penuntut Umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib segera melakukan penyidikan
tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut umum.
 Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari Penuntut umum tidak mengembalikan hasil
penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum
kepada Penyidik.
3. Membuat surat dakwaan.
4. Melakukan Penuntutan.
5. Menutup perkara demi kepentingan umum (Ps.14 huruf H KUHAP).
6. Melimpahkan perkara ke Pengadilan.
7. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang tanggal dan waktu perkara yang akan disidangkan disertai dengan surat
panggilan baik kepada terdakwa maupun saksi untuk hadir pada sidang yang ditentukan.
8. Melaksanakan penetapan hakim
Ad. IV. Penasihat Hukum dan Bantuan Hukum
Istilah penasehat hukum dan bantuan hukum adalah pembela, advokat.

fungsinya adalah sebagai pendamping tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan Nomor. 4 Tahun 2004 tentang advokat,


bantuan hukum diatur dalam 4 pasal yakni pasal 37, 38, 39, dan 40.
 
• Pasal 38 berbunyi :
“dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan /
penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan advokat”

• Pasal 39 berbunyi :
“dalam memberi bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, advokat wajib
membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan”
Ad. V. Hakim
Pengertian Hakim terdapat dalam Pasal 1 butir 8 KUHAP
yang menyebutkan bahwa : “Hakim adalah pejabat peradilan
negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk
mengadili.”
Selain di dalam KUHAP, pengertian hakim juga terdapat
dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-undang No. 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman, dalam pasal tersebut
disebutkan bahwa : “Hakim adalah hakim pada Mahkamah
Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan
khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut”.
Lanjutan ……
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, seperti
yang dinyatakan dalam penjelasan Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu bahwa :
“Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim
ditetapkan dengan undangundang”.
Hal ini berarti bahwa kedudukan para hakim harus dijamin oleh Undang-
Undang.
Salah satu ciri dari Negara hukum adalah terdapat suatu kemerdekaan
hakim yang bebas, tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh Kekuasaan
Legislatif dan Eksekutif. Kebebasan hakim tersebut tidak dapat diartikan
bahwa hakim dapat melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap
suatu perkara yang sedang ditanganinya, akan tetapi hakim tetap terikat
pada peraturan hukum yang ada.
Lanjutan
………..
Fungsi kekuasaan kehakiman diatur dalam Pasal 1 Undang-undang nomor 48
tahun 2009 yang berbunyi : “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara Hukum
Republik Indonesia.” Hakim berbeda dengan pejabat-pejabat yang lain, ia
harus benar-2 menguasai hukum, bukan sekedar mengandalkan kejujuran dan
kemauan baiknya. Wirjono Prodjodikoro
“ Perbedaan antara pengadilan dan instansi-instansi lain ialah, bahwa
pengadilan dalam melakukan tugasnya sehari-hari selalu secara positif
dan aktif memperhatikan dan melaksanakan macam-macam peraturan
hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Di bidang hukum pidana
hakim bertugas menerapkan apa in concreto ada oleh seorang
terdakwa dilakukan suatu perbuatan melanggar hukum pidana. Untuk
menetapkan ini oleh hakim harus dinyatakan secara tepat Hukum
Pidana yang mana telah dilanggar.”
Proses pemeriksaan pendahuluan

1. Penyelidikan, (Ps 1 butir 5 KUHAP )

2. Penyidikan, (Ps 1 butir 2 KUHAP )

3. Penangkapan; (Ps 1 butir 20 KUHAP )

4. Penahanan. (Ps 1 butir 21 KUHAP )


Ad.1. Penyelidikan
Apakah Penyelidikan itu ?
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik, untuk mencari dan menemukan
sesuatu keadaan atau peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menemukan dapat
atau tidaknya dilakukan penyidikan.
( KUHAP Pasal 1 butir 5 Pasal 5, 9, 75, 192-105,
111 KUHAP)
Siapa Penyelidik itu?
1. Setiap angota polisi sebagai penyelidik (paling
rendah Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda).
2. Pejabat tertentu untuk melakukan penyelidikan
perkara tertentu, misal:
a. PPATK ( Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan dilakukan adanya dugaan transaksi
keuangan yang mencurigakan (TP Pencucian
Uang).
b. Anggota Komnas HAM dalam pelaporan adanya
orang hilang.
c. KPK untuk kasus TPK
Tata Cara Penyelidikan
1. Menunjukkan tanda pengenal.
2. Mengetahui, menerima laporan atau pengaduan
terjadinya peristiwa yang patut diduga sbg Tindak
Pidana, segera melakukan tindakan penyelidikan yang
diperlukan.
3. Terhadap tindakan tsb penyidik wajib membuat berita
acara dan melaporkan kpd penyidik sedaerah hukum
(KUHAP Pasal 102 ayat (1), (2), (3)). 4. Dikoordinasi,
diawasi dan diberi petunjuk oleh penyidik.
4. Dikoordinasi, diawasi dan diberi petunjuk oleh
penyidik.
Sejak kapan status penyelidikan berubah menjadi
penyidikan?

Apabila hasil penyelidikan yang


dilakukan polisi ditemukan
bukti/petunjuk yang kuat telah
terjadi perbuatan pidana/tindak
pidana.
Ad. 2. Penyidikan (Psl. 1 butir 2 KUHAP)
Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam UU untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tp yang terjadi guna menemukan
tersangkanya (KUHAP Pasal 1 butir 2).
Penyidik adalah
1. Polisi (Psl 1 ayat 3 KUHAP).
2. PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil Gol. IIB Sarjana Muda Pangkat
Minimum (Ps. 1 angka 5 PP No. 43 tahun 2012) misalkan dari
Kementerian Perhubungan, Perhutanan, dll)
3. Jaksa (untuk tindak pidana khusus seperti korupsi, subversi, dan
ekonomi) dasar hukum pasal 284 KUHAP dimana jaksa memiliki
kewenangan sama dengan polisi sebagai penyidik namun tugas jaksa
terbatas untuk pidsus saja (pasal 30 UU No. 16 tahun 2004 UU
Kejaksaan)
WEWENANG PENYIDIK
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana. (Pasal 106-136 KUHAP).
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
3. Melakukan penangkapan, penggeledahan, penahanan, dan penyitaan
4. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
5. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi.
7. Mendatangkan orang ahli yg diperlukan dlm hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
8. Mengadakan penghentian penyidikan.
9. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Ad. 3. PENANGKAPAN (Ps 1 butir 20 KUHAP )

Penangkapan adalah tindakan penyidik


berupa pengekangan kebebasan sementara
waktu tersangka atau terdakwa apabila
terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau
peradilan dalam hal serta menurut cara yang
diatur dlm undang-undang.
Ada 4 kemungkinan diketahui terjadinya delik, yaitu

1. Kedapatan tertangkap tangan (Ps. 1 butir 19


KUHAP)
2. Laporan (Ps. 1 butir 25 KUHAP) maupun
pengaduan
3. Diketahui sendiri atau;
4. Pemberitahuan atau cara lain sehingga penyidik
tau terjadinya delik seperti membaca surat
kabar, mendengar radio atau orang bercerita.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk Penangkapan, yakni :
1. Tertangkap Tangan
Berdasarkan Pasal 1 angka 19 KUHAP, tertangkap tangan adalah tertangkapnya
seorang pada waktu sedang melakukan tindakan pidana, atau dengan segera sesudah
beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh
khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian
padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan
tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya, atau turut melakukan
atau membantu melakukan tindak pidana.
Dalam hal tertangkap tangan, penangkapan dapat dilakukan tanpa surat perintah,
dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta
barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu terdekat. (Pasal 18 ayat (2)
KUHAP)

Penangkapan dapat dilakukan paling lama 1 (satu) hari. (Pasal 19 ayat (1) KUHAP),
terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak dilakukan penangkapan, kecuali dalam hal
dipanggil secara sah 2 (dua) kali berturut2 tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan
yang sah. (Pasal 19 ayat (2) KUHAP)
2. Ditangkap
Kewajiban petugas kepolisian dalam melakukan penangkapan berdasarkan Pasal
17 ayat (1) Perkapolri no.8 Tahun 2009. Yaitu :
1. Memberitahu/menunjukkan tanda identitasnya sebagai petugas Polri;
2. Menunjukkan surat perintah penangkapan kecuali dalam keadaan tertangkap
tangan;
3. Memberitahukan alasan penangkapan;
4. Menjelaskan tindak pidana yang dipersangkakan termasuk ancaman hukuman
kepada tersangka pada saat penangkapan;
5. Menghormati status hukum anak yang melakukan tindak pidana dan
memberitahu orang tua atau wali anak yang ditangkap segera setelah
penangkapan;
6. Senantiasa melindungi hak privasi tersangka yang ditangkap; dan
7. memberitahu hak-hak tersangka dan cara menggunakan hak-hak tersebut,
berupa hak untuk diam, mendapatkan bantuan hukum dan/atau didampingi
oleh penasihat hukum, serta hak-hak lainnya sesuai KUHAP.
Ad. 4. PENAHANAN

Ketentuan tentang sahnya penahanan


dicantumkan dalam Ps. 21 ayat (4) KUHAP, sedangkan
perlunya Penahanan dapat dilihat dalam pasal 21 (1)
KUHAP:
Pejabat yang berweanang melakukan penahanan:
1. Penyidik atau penyidik Pembantu
2. Penuntut Umum
3. Hakim, menurut tingkat pemeriksaan terdiri atas hakim PN,
PT, dan MA (Ps. 20- Ps. 31 KUHAP).
Jenis-jenis penahanan ( Pasal 22 KUHAP)
1. Penahanan Rutan
2. Penahanan Rumah
3. Penahanan Kota
 Penahanan Rmh dilaksanakn dirmh tinggal ato rmh kediaman
tsk/tdk (psl 22 (2) Kuhap)
 Penahanan Kota dilaksanakn diKota tinggal ato Kota kediaman
tsk/tdk (psl 22 (3) Kuhap)
 Masa penangkapan dn penhanandikurngkan seluruhx dari podana
yg dijatuhkan(psl 22 (4) Kuhap)
 Pngursngan pnhanan Kota 1/5 dari jmlah penahan sdangkan
Pnhann rmah dikurangkan 1/3 dri jumlah lmanya waktu
penahanan (psl 22 (5) Kuhap)
Ketentuan Mengenai Lamanya
Penahanan
1. Penahanan penyidik paling lama 20 hr, dpt diperpanjang oleh
Penuntut Umum 40 hr. (Psl 24 (1),(2),(3) & (4) Kuhap)
2. Penahanan Penuntut umum paling lama 20 hr, dpt diperpanjang oleh
Ketua PN 30 hr. (Psl 25 (1),(2),(3) & (4) Kuhap)
3. Penahanan Hakim PN paling lama 30 hr, diperpanjang oleh Ketua PN
60 hr. (Psl 26 (1),(2),(3) & (4) Kuhap)
4. Penahanan Hakim PT paling lama 30 hr, dapat diperpanjang oleh
Ketua PT 60 hr. (Psl 27 (1),(2),(3) & (4) Kuhap)
5. Penahanan Hakim MA paling lama 50 hr, dpt diperpanjang oleh
Ketua MA 60 hr. (Psl 28 (1),(2),(3) & (4) Kuhap)
Perkecualian Penahanan dpt diperpanjang jika tsk/terdakwa mengalami ganguan fisik atau mental berat & tsk /
tdk diancam pidana 9 thn atau lebih dapat dilakukan perpanjangan sebgmana bunyi psl 29 (2) & (3 Kuhap

Anda mungkin juga menyukai