Anda di halaman 1dari 33

BAB I TURAP

1.1. PENDAHULUAN

1.1.1. Definisi Turap

Turap (sheet pile wall) adalah dinding menerus yang dibuat dengan cara

menghubungkan potongan-potongan/section yang saling mengunci (baja, beton


atau kayu) yang bertujuan untuk :
1. Menahan tekanan horisontal akibat tanah dan air

2. Menghasilkan stabilitas terhadap tekanan horisontal dari tanah yang dipancang


3. Menghasilkan sokongan horisontal yang bersumber dari anchor yang

yang dipasang pada turap

1.1.2. Penggunaan Turap

Penggunaan turap antara lain adalah :

1. Melindungi struktur bangunan yang berhubungan dengan air (waterfront

structures) , misalnya pelabuhan, dock, shore protection works.


2. Sebagai konstruksi sementara seperti braced cut (galian yang tanahnya mudah
runtuh)
3. Penggunaan turap untuk melindungi sungai dari gerusan dan penahan tanah pada

tepi sungai
Berikut gambar contoh-contoh penggunaan turap :

Gambar 1.1.Penggunaan Turap pada struktur bangunan yang berhubungan dengan air
(Das, 1990)

1
Gambar 1. 2. Penggunaan Turap untuk melindungi sungai dari gerusan dan
menahan tanah

Gambar 1.3. Penggunaan Turap dan bagian-bagiannya

2
1.1.3. Jenis-jenis Turap

Jenis-jenis turap dibedakan menurut bahan yang digunakan.

Bahan tersebut dapat bermacam-macam contohnya kayu, beton dan


baja.

1. Turap Kayu

Turap kayu
digunakan
untuk dinding
penahan
tanah yang
tidak begitu
tinggi karena
tidak kuat
menahan
beban lateral
yang besar.
Turap kayu
banyak
digunakan
pada
pekerjaan-
pekerjaan
sementara.
Turap jenis
ini tidak
cocok pada
tanah
berkerikil
karena turap
mudah pecah
ketika
dipancang.
Gambar 1.4. Turap kayu dan sambungan-sambungannya (Das, 1990)
Bentuk-bentuk dinding turap yang biasa digunakan planks, wakefield, tongue and
groove
serta splined dan paku yang digunakan adalah dari bahan baja/logam
2. Turap Beton

Merupakan balok-balok beton yang telah dicetak dengan bentuk tertentu, yang
dibuat
saling kait mengait satu sama lain. Ujung bawah biasanya dibuat meruncing
untuk
memudahkan pemancangan.

3
Gambar 1.5. Turap Beton (Das, 1990)

Digunakan untuk konstruksi yang berat dan permanen dan biasanya diberi perkuatan.

Turap jenis ini harus mampu menahan tegangan yang timbul selama
pelaksanaan
konstruksi dan setelah konstruksi selesai
Tebalnya 150 – 200 mm dan lebarnya 500 - 800 mm

3. Turap Baja

Turap baja umum digunakan karena berbagai keuntungan dan kemudahan


dalam
penanganan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
▪ Kuat terhadap gaya-gaya benturan pada pemancangan
▪ Bahan relatif tidak begitu berat
▪ Dapat digunakan berulang-ulang
▪ Mempunyai keawetan tinggi
▪ Penyambungan mudah bila kedalaman turap besar

Dari US, tebalnya sekitar 0,4 in – 0,5 in dan dari Eropa ketebalannya lebih tipis dan

lebih lebar dengan bentuk penampangnya : z, deep arch, low arch dan strigh web

4
Gambar 1.6. Penampang Turap Baja

Gambar 1.7. Interlock dari turap baja ; a) thumb and finger (straigh web), b) ball and

socked (z)(Das, 1990)

5
Tegangan ijin turap baja

Baja tipe Tegangan Ijin (lb/in2)

ASTM A-328 25.000 (170 MN/M2)

ASTM A-572 30.000 (210 MN/M2)


ASTM A-690 30.000 (210 MN/M2)

Turap menurut metode konstruksinya

Metode pelaksanaan konstruksi (Tsinker, 1983) untuk backfilled structure dan


dredged structure.
A. Dredged Structure
1. turap dipancang

2. diberi timbunan dan angker dipasang


3. ditimbun hingga permukaan
4. bagian depan di gali

Gambar 1.8. Urutan pelaksanaan konstruksi dredged structure (Das, 1990)

6
B. Backfiled Structure

1. digali,

2. turap dipancang,
3. timbunan dan angker dipasang,
4. ditimbun hingga permukaan

Gambar 1.9. Urutan pelaksanaan konstruksi backfilled structure (Das, 1990)

Turap menurut tipe struktur dan pola beban

a). Cantilever sheet pile wall


Stabilitasnya secara penuh tergantung pada kekuatan tanah yang dipancang
terhadap
tekanan tanah lateral.
b). Anchored sheet pile wall

Stabilitasnya tergantung tidak hanya pada kedalaman pemancangan tetapi juga


kepada angkur.

Turap menurut materialnya

a). Flexible SPW : umumnya terbuat dari baja, stabilitasnya tergantung pada kedalaman
pemancangan dan angkur
b). Rigid SPW : umumnya terbuat dari beton, stabilitasnya tergantung pada kekuatan

strukturnya sendiri.

7
Turap menurut End Support

a). Free End Support


Turap dipancang pada kedalaman yang tidak terlalu besar sehingga garis
elastiknya
sederhana
b). Fixed End Support
Turap dipancang pada kedalaman tertentu, sehingga tumpuan akhirnya dalam

keadaan terjepit (fixed position)

1.2. DESAIN TURAP KANTILEVER

1.2.1. Turap Kantilever Pada Tanah Berpasir

Gambar. 1.10. Turap kantilever pada tanah pasir (Das, 1990)

Turap kantilever direkomendasikan untuk dinding dengan tinggi menengah yaitu 6 m

atau kurang, diukur dari dredged line. Gambar 1.10 menunjukkan distribusi tekanan
lateral pada turap kantilever pada tanah pasir. Dinding turap berotasi pada titik
O. Karena tekanan hidrostatis pada kedalaman manapun dari kedua sisi dinding
turap saling meniadakan, hanya dipertimbangkan tekanan tanah lateral efektif. Pada
zona A, tekanan lateral hanya tekanan aktif dari tanah. Pada zona B, ada tekanan
aktif dari

8
tanah dan tekanan pasif dari air. Kondisi sebaliknya pada zona C, di bawah titik rotasi

O. Distribusi tekanan aktual netto pada gambar (b), dan disederhanakan dengan

gambar (c).

A
Pasir
L1 

c
m.a.t p1 C
=0
Pasir z
L
sat

L c=0
2 P
Dredged line p2 D z
L3
E

D F’ z’ Mmax
L4
F F” Pasir
L5 sat

G c=0
p3 p4
H B

(a) (b)

Gambar 1.11. Turap kantilever pada tanah berpasir (a) variasi diagram net pressure ;

(b) variasi momen (Das, 1990)

Tekanan aktif pada kedalaman z = L1

p1 =  L1 Ka…………………(1)

dengan :

Ka = koefisien tekanan tanah aktif Rankine = tan2 (45 -  / 2)

 = berat volume tanah di atas muka air tanah

p2 = ( L1 + ’ L2) Ka…… …(2)

dengan ;
’ = berat volume tanah efektif = sat - w

9
Untuk menentukan net lateral pressure di bawah dredgeline sampai dengan titik

0, perlu dihitung tekanan pasif dari water side dan tekanan aktif dari land side.

Tekanan aktif pada kedalaman z :

pa =  L1 + ’L2 + ’ (z – L1 – L2)

Ka…………..(3) Tekanan pasif pada kedalaman


z:
pp = ’ (z – L1 – L2) Kp…………………………..(4)

dengan ;
Kp = koefisien tekanan tanah pasif = tan2 (45 +  /
2)
Kombinasi persamaan (3) dan (4) didapat:

p = pa – pp

= ( L1 + ’ L2) Ka - ’ (z – L1 – L2) (Kp – Ka)

= p2 - ’ (z – L) (Kp – Ka)……………………...(5)

dengan;
L = L1 + L2

Net Pressure (p), menjadi sama dengan nol pada kedalaman L3 di bawah Dredge Line :

p2 - ’ (z – L) (Kp – Ka) = 0

p2
(z – L) = L3 = …………………….(6)
I (Kp  Ka )
I

Kemiringan garis DEF : (Kp – Ka) ’, sehingga:

HB = p3 = L4 (Kp – Ka) ’……………………..(7)

Pada bagian bawah turap, pp


berarah dari kanan ke kiri dan pa dari kiri ke
berarah

kanan, sehingga pada z = L + D


pp = ( L1 + ’ L2 + ’ D) Kp………………….(8)

Pada kedalaman yang sama :


pa = ’D Ka…………………………………....(9)

Net lateral pressure at the bottom of the sheet pile :

pp – pa = p4 = ( L1 + ’ L2) Kp + ’ D (Kp – Ka)

= ( L1+ ’ L2) Kp + ’ L3 (Kp – Ka) + ’ L4 (Kp- Ka)

= p5 + ’ L4 (Kp – Ka)…………(10)

10
Dimana : D = L3 + L4

Syarat stabilitas turap :


  Gaya horizontal = 0

  Momen terhadap titik B = 0

Jumlah gaya horizontal = Luas diagram ACDE – Luas EFHB + Luas FHBG = 0

p – ½ p3 L4 + ½ L5 (p3 + p4) = 0………………………(11)

p3 L 4  2
L5 = …………………………………………(12)
p p3  p4

Jumlah momen terhadap B :

= P (L4 + z ) – ( ½ L4 p3)(L4/3) + ½ L5 ( p3 + p4) ((L5)/3) = 0 …..(13)

Kombinasi persamaan (7), (10), (12) dan (13) didapat :

L44 + A1 L43 – A2 L42 – A3 L4 – A4 =

0…………….(14) Dimana :

p5
A1 = …………………………………..(15)
 ' (Kp 
Ka )
A2 = …………………………………..(16)
 ' (K8P
p

Ka )
A3 =

6P 2z' (Kp Ka )
……………………….(17)
p5 2
 ' (Kp  Ka )

P(6z p 5  4P)
A4 = ………………………………...(18)
 ' 2 (Kp  Ka )
2
Langkah – langkah untuk mendapatkan pressure diagram:

1. Hitung Ka dan Kp

2. Hitung p1 dan p2 ; L1 dan L2 diketahui


3. Hitung L3
4. Hitung P

5. Hitung z

6. Hitung p5
7. Hitung A1, A2, A3 dan A4
8. Selesaikan persamaan 14 dengan trial dan error untuk memperoleh L4

11
9. Hitung p4

10. Hitung p3
11. Hitung L5
12. Gambar pressure diagram

13. Teoretical depth diperoleh L3 + L4

Actual depth ditambah 20% - 30% Theoretical


depth.
Kp
Beberapa designer menggunakan Kp (design) = ; FS berkisar 1,5 – 2
FS

Maximum Bending Moment (Mmax)

Mmax terjadi pada gaya geser = 0 (pada E – F’) P = ½

(z’)2 (Kp – Ka) ’

2P
z’= ……………………………………..(19)
(Kp  Ka) '
Jika titik gaya geser = 0 diketahui :

1 2  1 
Mmax = P ( z + z’) - (K p  Ka ) 
 2  ' z' 3 z'  ……………….(20)

M max
Mmax diketahui, S=
all
Dimana : S = Section modulus sheet pile per satuan panjang

all = Allowable flexural stress of the sheet pile

12
1.2.2. Kasus Khusus Turap Kantilever (Pada Tanah Berpasir)

Kasus 1 : Turap tanpa muka air

L Pasir


c=0
P
Dredged line p2 z
L3

D Pasir

L4

c=0
L5

p3 p4

Gambar 1.12. Turap pada tanah pasir tanpa muka air tanah (Das, 1990)

Tanpa muka air tanah diagram net pressure pada turap akan seperti yang ditunjukkan

pada gambar 1.12. Untuk gambar seperti ini


: p2 =  L
Ka………………………………..(1) p3 = L4

( Kp – Ka) ……………………….(2) p4 = p5

+  L4 (Kp – Ka)…………………..(3)

p5 =  L Kp + p 2L3 (Kp – KaLK


)……………...(4)
a
L3 =  ……………...(5)
 (Kp  Ka ) (Kp 
Ka )
P = ½ p2 L + ½ p2 L3……………………..(6)

L LKa L L(2Ka  Kp)


z  L3     ….(7)
3 Kp  Ka 3 3(Kp  Ka)
Untuk kasus ini

L44 + A’1 L43 – A’2 L42 – A’3 L4 – A’4 = 0…..(8)

13
p5
A’1 = ……………………………(9)
 (Kp  Ka )
8P
A’2 = ……………………………(10)
 (Kp  Ka )

A’3 =

6P 2z(Kp Ka )
………………...(11)
 2 (Kp  Ka )
p 52
P(6zp5 4P)
A’4 = 2 …………………………(12)
 2 (Kp  Ka)

Kasus 2 : Turap Kantilever Bebas

A
P

D Pasir


c=0
L5

p3 = D (Kp-Ka) p4 = D (Kp-Ka)

Gambar 1.13. Turap kantilever bebas pada tanah pasir (Das, 1990)

Gambar 1.13. menunjukkan turap kantilever bebas pada tanah berpasir dan mendapat

beban P. Untuk kasus ini


2
 8P 2  12PL   2P
D4 - 
 (Kp  Ka)   D 
  D    0 …….(13)
 (Kp  Ka )   (Kp  Ka ) 

14
dan

 (Kp  Ka )D 2 
L5 = ...………………(l4)
2P2D(Kp  Ka )

z 3 (Kp  Ka )
Mmax = P (L + z’) - ………..(l5)
6
2P
z’ = ………………………….(l6)
 (Kp 
Ka )

1.2.3. Turap Kantilever pada Tanah Berlempung

A
Pa sir
Pa

Ll
pl C c =
0
m.a.t
z Pa si
sat r

c= 0
L2
Pl

Dredged line F E p2 D zl

p6
L3

D z’
G Le
L4 m sat
pu
ng

H
=0
p7 c
B

Gambar l.l4. Turap kantilever pada tanah lempung (Das, l990)

 Pada kedalaman z > Ll + L2, diatas titik rotasi O :

pa = L1   ' L 2  sat ( z  L1  L 2)Ka  2c Ka

pp = sat (z – Ll – L2) Kp + 2c Kp
Net pressure :

15
p6 =  sat 
( z  L1  L 2)Kp  2c Kp - L1   ' L 2  sat ( z  L1  L 2)Ka
Karena  = 0,KK
+2c a
a = Kp = l

p6 = 4c - ( Ll + ’ L2)

 Pada bagian bawah SPW :

pp = ( Ll + ’ L2 + sat D) + 2c

pa = sat D - 2c

p7 = pp - pa = 4c + ( Ll + ’ L2)

  FH = 0  Luas ACDE - Luas EFIB + Luas GIH = 0

1
Pl - 4c  (L1   ' L 2)D  L 44c  (L1   ' L 2)  4c  (L1   '
2
L 2)  0
D4c  (L1   '
L4 = …………………………….(l)
L 2)  P1 4c

  Mb = 0

D2 1 L4
Pl (D + z l) - 4c  (L1   ' L 2)  L 48c  0 ……..
2 2 3
(2)
Kombinasi persamaan (l) dan (2) diperoleh:

P1(P1  12c
D2 4c  (L1   ' L 2)  2DP1  0 ……….(3)
(zL1)1   ' L 2) 
 2c
Langkah - langkah untuk mendapatkan Pressure diagram :

l. Hitung Ka = tan 3 (45 - /2)  Granular soil

2. Hitung pl dan p2

3. Hitung Pl dan z l

4. Gunakan persamaan (3) untuk mendapatkan D


5. Gunakan persamaan (l) untuk memperoleh L4
6. Hitung p6 dan p7
7. Gambar Pressure diagram
8. Dactual = l,4 - l,6 Dtheoretical

 Maximum Bending Moment

Momen maximum terjadi pada daerah Ll + L2 < 2 < Ll + L2 + L3

16
Gunakan sistem koordinat yang baru z’, untuk gaya geser = 0 :

P1
Pl - p6 z’ = 0  z’ =
p6
1
Mmax = Pl (z’ + z l) - p6 z’2
2

1.2.4. Kasus Khusus Turap Kantilever (Pada Tanah Berlempung)

Kasus l : Turap tanpa muka air tanah

Pasir


L c=0

Pl

p2 zl

p6
L3
Lempung
D sat
=0
L4
c

p7

Gambar l.l5. Turap kantilever pada tanah lempung tanpa muka air tanah (Das, l990)

Mengacu pada gambar l.l5,

p2 =  L Ka……………………………(l)

p6 = 4c -  L…………………………..(2)

p7 = 4c +  L………………………….(3)

Pl = ½ L p2 = ½  L2 Ka……………...(4)

1
D(4c  L)  L2 Ka
L4 = 2 ……………(5)
4c

17
P1(P1  12c
D 2 (4c  L)  2DP1 z1)  0 ………….(6)
 L  2c
L
dengan z1  ……………………………………..(7)
3
Momen
maksimum :
p 6 z' 2
Mmax = Pl (z’ + z ) 
1 …………………………..(8)
2
1
L 2Ka
P1 2
dengan z’ =  ………………………………..(9)
p6 4c 
L

Kasus 2 : Turap Kantilever Bebas

p6

L3
Lempung
D sat

L4 =0
c

p7

Gambar l.l6. Turap Kantilever Bebas pada tanah lempung (Das, l990)

p6 = p7 = 4c………………………………….(l0)

Kedalaman penetrasi D, dapat ditentukan dengan persamaan


berikut :
4 D2c - 2 P D -  0 ……………(ll)
P(P 
2c12cL)
4cD  P
L4 = ………………………………..(l2)
4c

18
The maximum moment in the wall

4cz' 2
Mmax = P (L + z’) - ………………….(l3)
2
P
dengan z’ = ……………………………………(l4)
4c

1.3. TURAP DENGAN ANGKUR

Pada turap dengan tinggi tanah timbunan melampaui 6 m, maka akan lebih

ekonomis untuk mengikat turap di dekat bagian atas dinding turap. Hal ini biasa
disebut dengan turap berangkur (anchored sheet pile wall atau anchored bulkhead).
Pemakaian angkur meminimalkan kedalaman pancang yang diperlukan dan
mengurangi besarnya penampang dan berat turap yang diperlukan pada konstruksi.
Ada dua metode dasar dalam melaksanakan turap berangkur: (a) free earth

support methode dan (b) fixed earth support methode. Gambar di bawah menunjukkan
asumsi defleksi turap yang dirancang menggunakan dua metode tersebut.

Gambar l.l7. Variasi defleksi dan momen turap berangkur (a) metode free earth
support ; (b) metode fixed earth support (Das, l990)

Free earth support methode adalah metode dengan kedalaman pentrasi minimum. Di

bawah dredged line tidak ada pivot point untuk sistem statik. Variasi bending moment

19
terhadap kedalaman dari kedua metode tersebut juga ditunjukkan pada gambar

tersebut.

1.3.1. Metode Free Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berpasir

A
Pasir
Ll ll 
Anchor tie rod
F 
m.a.t l2 c=0
pl C

z Pa si
sat r
L2 
c=0
P
Dredged line p2 D z

L3
l
D E
’ = (Kp-Ka)
L4 Pasir
sat

F
c=0
p8 B

Gambar l.l8. Turap berangkur pada tanah berpasir (Das, l990)

pl =  L l K a

p2 = ( Ll + ’ L2) Ka

p2
L3 = ;
 ' (Kp 
Ka )
p8 = ’ (Kp - Ka) L4

Syarat keseimbangan :  Mo’ = 0 dan  FH = 0

  FH = 0  Luas ACDE - Luas EBF - F = 0

F = Tension dalam tie rod / satuan panjang dinding


(wall)
1
P- 2p8 L4 - F = 0 atau

20
1
F=P-  ' ( Kp  4
2

2
Ka)L

  Mo' = 0

- P (L  L  L )  ( z  l )2 1  ' (K  K )L


1 2 3 1 p a 4
2
* (l 2  L 2  L3 
3
2

AtauL:4) 0

L43 + l,5L42 (l2 + L2 + L3) -



3P (L1 L 2 L3) ( z
=0
l 1)
Ka)

 ' (Kp 
Dteoritical = L3+L4

Dactual = l,3 - l,4Dteoritik

Maximum Bending Moment


Momen max akan terjadi pada z = Ll s/d z = Ll + L2

Kedalaman dimana terjadi gaya geser = 0 dapat diperoleh melalui


persamaan:
½ pl Ll - F + pl (z - Ll) + ½ Ka ' (z - Ll)2 = 0

1.3.2. Metode Free Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berlempung

A
Pasir
Ll ll 
Anchor tie rod
F 
m.a.t l2 c=0
pl C

z Pa si
sat r
L2 
Pl c=0

z
Dredged line p2 D
E

D Lempung
sat
L4 =0
c

F
p6 B

Gambar l.l9. Turap berangkur pada tanah lempung (Das, l990)

21
pl =  Ll Ka

p2 = ( Ll + sat L2) Ka

p6 = 4c - ( Ll + ' L2) (sama seperti persamaan terdahulu)

Gaya anchor : F = Pl - p6 D

Pl = Luas pressure diagram ACD

 Mo' = 0

D
Pl (Ll + L2 - ll - z l) - p6 D (l2 + L2 + )=0
2
p6 D2 + 2 p6 D (Ll + L2 - l2) - 2 Pl (Ll + L2 - ll - z l) = 0

Mmax diperoleh pada Ll < z < Ll + L2

½ pl Ll - F + pl (z - Ll) + ½ Ka ' (z - Ll)2 = 0 zero shear !

1.3.3. Metode Fixed Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berpasir

Jika menggunakan Fixed Earth Support Method dalam analisis SPW asumsi yang

digunakan yaitu bahwa bagian bawah dari SPW tidak mengalami rotasi.
pl =  Ll Ka ; p2 = ( Ll + ' L2) Ka

p2
L3 = (sama seperti persamaan terdahulu)
 ' (Kp 
Ka )
L5 diperoleh melalui chartnya Blum (l93l), tergantung 

p 2(L3  L5)
p2” =
L3

 Mo' = 0  diperoleh nilai p”

 1 p1 L1( 2 L1  l1)  p1L 2(L1  L 2  l1) 1 ( p 2  p1)L 2( 2 L 2  L1 


  
2 3  2 3 
l 1  
 p 2" L5( 1 L5  L 2  (L1  l1)  1 ( p 2  p 2" )L51 L5  L 2  ( L1  l1) 
    
 2  2 2 
 p" L 5  L 2  (L1  l 1) 
0

22
A

lll Pasir
Ll O' 
F 
m.a.t C
C c=0
pll
z Pa
sir
sat

c= 0
L2

D
L5 I L5

L3 E
F' D
L4 H P'
F

H'
G
B

(a) pressure (b) Moment diagram


diagram

F
O' 0.3

pl

0.2

L5
Ll+L2
p
2 0.l
L5 P”
p2”
p2”
P”
L3 - L5

0
L4 20 25 30 35 40
P'
p2' = '(Kp-Ka)L4
Sudut gesek tanah  (degree)

(c) Determination of L4 (d)

Gambar l.20. Diagram tekanan tanah pada turap berangkur dengan


earth support pada tanah berpasir (Das, l990) metode fixed

23
p2” = L4 ' (Kp - Ka)

 MH = 0  mencari L4

2  1 1
½ p2” (L3 - L5)
 3 (L3  L5)  L 4  p" ( L3  L5)  L 4  L34 * L24 p 2" '  0

Jika L4 diketahui, maka :

D = l,2 - l,4 ( L3 + L4)

1.3.4. Moment Reduction Untuk Turap Berangkur


Sheet Pile  Flexible

Disebabkan oleh fleksibilitasnya, SPW akan mengalami perpindahan lateral yang


akan menyebabkan reduksi / pengurangan moment max. Rowe (l952, l957)
sebuah metoda untuk mereduksi momen design max yang terjadi pada
mengusulkan SPW yang

diperoleh dari perhitungan Free Earth Support Method.

Notasi - notasi yang digunakan oleh Rowe, sebagai berikut :

l. H' = Total height of pile drive (Ll + L2 + Dactual)

2. Relative flexibility of pile =  = l0,9l * l0-7 ( H'4/EI)


H' dalam m
E = Modulus Young dari material pile (MN / m3)
I = Moment Inertia potongan pile (m4 / m of wall)
3. Md = Design Moment
4. Mmax = Moment Max teoritis

Gambar l.2l. Plot  terhadap Md/Mmax untuk turap pada tanah pasir (after Rowe, l952,

dalam Das, l990)

24
Penggunaan Diagram Reduksi Momen :

l. Pilih potongan sebuah SP

2. Hitung section modulus (S)


3. Hitung momen inertia
4. Hitung H' dan hitung 
5. Hitung Log 
6. Hitung Md = all * S
7. Tentukan Md / Mmax
8. Plot Log  dan Md / Mmax
9. Ulangi langkah l s/d 8 untuk beberapa jenis pile

Gambar l.22. Plot Md/Mmax terhadap angka keamanan turap pada tanah lempung

(Das, l990)

25
Titik - titik yang terletak diatas kurva (loose sand dense sand)adalah merupakan design

yang aman. Sedangkan titik - titik yang terletak di bawah kurva adalah design yang
tidak aman.
Dari perhitungan ini diperoleh “The Cheapest Section”
Penting untuk dicatat bahwa Md < Mmax.

 Untuk SPW yang menembus tanah lempung


l. Stability Number
c
Sn = l,25 ; c = Undrained cohesion ( = 0)
(L1   '
L 2)
L1  L 2
2.  =
L1  L 2  Dactual
3. Flexibility Number, 

4. Md dan Mmax

Prosedur Penggunaan Diagram Reduksi Momen (untuk lempung)

l. Hitung H'

2.  = ( Ll + L2) / H'
3. Sn
4. Dari langkah 2 dan 3 diperoleh Md /Mmax untuk beragam nilai Log  dan plot

sebuah grafik Md / Mmax vs Log 

5. Ikuti langkah l sampai 9 pada kasus tanah Granular.

26
1.4. DESAIN ANGKUR

Tipe - tipe Anchor yang umum digunakan pada sheet pile wall :

 Anchor Plates dan Beams (deadman), terbuat dari blok beton

 Tie Backs, batang / cable ditempatkan pada lubang + concrete grout

 Vertical Anchor Piles, anchor terbuat dari pile

 Anchor Beams yang ditopang oleh batter piles

Placement of Anchors
 Anchorage akan sia - sia jika anchor terletak didalam “Sliding Wedge” dari backfill

 Pemasangan anchor jangan pada “Unstable Ground”

 Kapasitas anchor tidak maximal jika anchor terletak pada area dimana “Active

Wedge” dan “Passive Wedge” berinterferensi di depan anchor

Capacity of Deadman
A. Continuous Deadman Near Ground Surface

Continuous Deadman (CD) adalah deadman yang mempunyai L yang lebih


besar
dari kedalamannya (H).

1 1
h'<
to H
3 2
Tult = Pp - Pa

B. Short Deadmen Near Ground Surface

Total Earth Pressure pada tanah granular :

H
H X
 H
 K  K (dx)K  K   K  K
H
p
H

6
a
1
o o p a


O
H 3

 Experiment membuktikan, pada saat runtuh (failure), tanah dimuka “deadman”

mengalami keruntuhan yang membentuk bidang a d b b’d a’ yang lebih panjang


dari deadman (L)
 Permukaan gelincir pada ujung deadman adalah kurva a b d e dan a’ b’ d’ e’

 Tahanan terhadap gelincir sepanjang permukaan abde dan a’ b’ d’ e’ lebih kecil


dari tahanan gelincir sepanjang bidang vertikal a b e dan a’ b’ e’

27
Gambar l.23. Berbagai tipe pengangkuran untuk turap: (a) plat angkur atau beam; (b)
tie back; (c) tiang berangkur vertikal; (d) anchor beam with batter piles (Das, l990)

28
 Menurut Teng (1962) :

Tult = L (Pp - Pa) +


1
3
Ko  Kp  Ka 3H   Granular soil

Tult = L (Pp - Pa) + qu H2 tan   Cohesive soil

Dimana : qu = Unconfined Compression Strength

 Menurut Ovesen dan Stromann (1972) :

A. Step l :
T'ult = ½  H2 (Kp cos  - Ka cos )

Dimana : Ka = Koefisien tekanan tanah aktif dengan  = 

Kp = Koefisien tekanan tanah pasif

Untuk menghitung Kp cos , Kp sin  dihitung dahulu :

1
W  H 2 Ka sin 
W  Pa sin  2
Kp sin  = 
1 1
H 2 H 2
2 2

B. Step 2 : (Strip Case)

 
 C ov  1 
T'ult (s) =  T ' ult
 Cov  H 

h
T'ult (s) = Ultimate resistance for strip case

Cov = l9  Dense sand ; ll4  Loose sand

C. Step 3 : (Actual Case)

Tult = T'ult (s) * Be

Be = Lebar equivalen
Be adalah fungsi dari S' (spasi anchor), B, H dan h

Tult
Tallowable =  SF dianjurkan 2
SF
Tall
S' =  F = gaya persatuan panjang SPW
F

29
Gambar l.24. (a) Variasi nilai Ka
(untuk  = ); (b) variasi cos  Kdengan
p sin  Kp
(menurut Ovesen dan Stromann, l972)

Ultimate Resistance Dari Pelat dan Beam Anchor Pada Clay ( = 0)

Bila sebuah pelat anchor memiliki dimensi hx B tertanam pada kedalaman H.

Pola keruntuhan dari sebuah pelat anchor akan sebagai berikut :

30
H
 = 4,7 + 2,9 * l0-3 c  7  Anchor bujur sangkar B/h = l
h
  cr  s
H H   B  H
 =  0,9  0,1   1,3   Anchor persegi B/h  l
 h  cr  R  h  cr  S   h   h  cr  S
c = Undrained Cohesion

Gambar l.25. (a) actual case untuk baris angkur; (b) variasi (Be-B)/(H+h) dengan
(S'-B)/(H+h) (menurut Ovesen dan Stromann, l973)

 Tult 
Fc =  ; Fc = Break Out Factor
  Bhc 
Tult = Ultimate Resistance

Pult / Tult = 9 h2c (Square Anchor)

31
  h 
Tult = 9 Bhc 0,825  0,175  (Rectangular Anchor)
 H   

Atau

  h 
Tult = Bhc 7,425  1,575 
 B  

Gambar l.26. Angkur plat atau beam vertikal: displacement horisontal pada beban
ultimit (after Neeley dkk, l973)

Untuk Square dan rectangular anchor dengan H/h  (H/h)cr, ultimate resistance

dapat dihitung dengan persamaan :

 H/h 
   = 0,4l + 0,59  H/h
Tult / cBh  
h)cr  h / 
7,425
(H/ 1,575
B  H / hcr 

32
Gambar l.27. Permukaan runtuh pada tanah di sekeliling plat angkur vertikal: (a) H/h
relatif kecil (b) H/h > (H/h)cr

Ultimate Resistance of Tie Backs

Tult =  d l  v ' K tan (Sandy Soil)



 v ' = Tegangan vertikal rata-rata efektif
K  Dipakai Ko bila concrete grout dipasang under pressure

Tult =  d l ca (Clay soil)

2
Ca = adhesion, dapat didekati dengan c
3

Gambar l.28 Parameter-parameter untuk penentuan tahanan ultimit tie backs (Das,

l990)

33

Anda mungkin juga menyukai