Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 1

“SEJARAH PERGERAKKAN PEREMPUAN DAN HAK ASASI PEREMPUAN DI


INDONESIA”

OLEH :
IAN FERDYANSYAH M
HABI ILHAM CAHYADI
ADJI PRASETYO
PUTRA
Sejarah Pergerakkan Perempuan
• Awal mula perjuangan yang dilakukan oleh wanita dipelopori oleh R.A. Kartini.
Oleh karena itu beliau mempunyai suatu gagasan kepada wanita untuk
memajukan pendidikannya.

Adapun faktor-faktor awal dari pergerakkan perempuan sebelum tahun 1920an


yaitu :
• timbulnya kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan
• Pentingnya kesetaraan gender/sosial dalam lingkup perkawinan dan keluarga
• meningkatkan kecakapannya sebagai seorang ibu rumah tangga dengan jalan
meningkatkan pendidikan dan pengajaran yang disertai dengan peningkatan
ketrampilan.
Organisasi Pergerakkan Perempuan
• Pada tahun 1912, atas usaha Budi Utomo berdirilah organisasi Putri
Merdika di Jakarta yang bertujuan memajukan pengajaran anak-anak
perempuan.
• Organisasi Kautaman Istri berdiri di beberapa tempat: di Tasikmalaya
(1913), Sumedang dan Cianjur (1916), Ciamis (1917), dan Cicurug (1918).
• Latihan untuk memajukan kecakapan wanita, khusunya kecakapan rumah
tangga dikelola oleh perkumpulan Pawiyatan Wanito di Magelang (1915),
Wanito Susilo di Pemalang (1918), Wanito Hadi di Jeporo (1915).
Organisasi ini bertujuan mempererat persaudaraan antara kaum ibu.
Organisasi Persaudaraan Kaum Ibu
• Pawiyatan Wanito di Magelang (1915),
• PIKAT (Percintaan Ibu kepada Anak Temurun) di Manado (1917),
• Purborini di Tegal (1917),
• Wanito Susilo di Pemalang (1918),
• Wanito Hadi di Jepara (1919),
• Wanito Utomo dan Wanita Mulya di Yogyakarta (1920),
• sedang Bukittinggi adalah “Serikat Kaum Ibu Sumatera” (1920).
Organisasi yang berlatar keagamaan
• Sopo Tresno(1914) yang merupakan embrio Aisyah. Sarikat Siti
Fatimah di Garut sebagai bagian dari Sarikat Islam, yang tahun 1925
menjadi Sarikat Putri Islam, menyusul “Aisyah” (1917) yang
merupakan seksi perempuan Muhammadiyah di Yogyakarta.
• Setelah tahun 1920 organisasi wanita makin luas orientasinya
terutama dalam menjangkau masyarakat  bawah dan tujuan politik
dilakukan bersama-sama organisasi sosial politik pada umumnya.
• Jumlah organisasi wanita bertambah banyak, setiap organisasi politik
mempunyai bagian wanita, misalnya Wanudyo Utomo bagian dari
Sarekat Islam, kemudian menjadi Sarekat Perempuan Islam Indonesia.
Bagian wanita Muhammadiyah adalah Aisyiyah yang tidak
mencampuri politik. Dalam hal poligami, organisasi ini juga
menolaknya. Pada tahun 1929 organisasi ini mempunyai anggota
sekitar 5000 dari 47 cabang dan mempunyai 32 sekolah putri.
• Ina Tuni, bagian wanita Sarekat Ambon, membantu Sarekat Ambon,
khususnya di kalangan anggota militer Ambon yang berhalauan
politik.
• Di Yogyakarta, tempat wanita terpelajar, terdapat beberapa organisasi
wanita yang tidak hanya belajar kepandaian khas wanita tetapi
mempunyai tujuan tertentu, diantaranya Wanito Utomo, Wanito
Mulyo, Wanito Katholik, dan berdiri Putri Budi Sejati di Surabaya.
KONGRES PEREMPUAN
• Pada 1930-an hampir seluruh perempuan Indonesia tidak dapat
membaca dan menulis. Oleh sebab itu selama kongres 1935, kaum
perempuan memutuskan berjuang bersama melawan buta huruf. Dua
puluh tahun kemudian Kementerian Pendidikan Nasional RI (Republik
Indonesia) dibantu beberapa organisasi perempuan yang secara aktif
memberikan bantuannya bertekad mengatasi masalah itu.
• Pergerakan perempuan di Indonesia hanya memiliki sedikit peluang
untuk berkembang pada masa pendudukan Jepang. Satu-satunya
organisasi yang diijinkan berjalan adalah Fujinkai (perkumpulan
perempuan). Perkumpulan ini ditujukan untuk memerangi buta huruf,
menjalankan dapur umum, dan ikut serta dalam pekerjaan sosial.
Awal Mengadakan Kongres
• Perkumpulan perempuan yang populer pada masa ini adalah Perwani
(Persatuan Wanita Negara Indonesia). Atas inisiatif Perwani cabang
Yogyakarta yang dipimpin nyonya D.D Susanto, kongres pertama
perempuan setelah proklamasi kemerdekaan diselenggarakan di Klaten
dekat Yogyakarta dari 15 sampai 17 Deseber 1945 yang diketuai oleh
Nyonya Maria Ulfah Santoso dan Nyonya Kartowiyono.
• Pertemuan selanjutnya yang diadakan di Solo dari 24 sampai 26
Februari 1946 memutuskan untuk membuat satu organisasi tetap
bernama Badan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang terdiri dari
Perwari dan PII, Persatuan Wanita Kristen Indonesia dari protestan dan
seksi perempuan partai Katolik Indonesia.
Kewenangan KOWANI
• Kowani mempunyai hak kuasa untuk membuat keputusan yang
menyangkut kepentingan perkumpulan yang berada di dalamnya.
• Kongres ke-2 Perempuan Indonesia setelah perang diadakan dari 14-
16 Juni 1946 di Madiun yang memutuskan bahwa mereka akan
membantu tentara republik dengan segala cara untuk melawan
Belanda. Mereka lah yang akan membentuk dapur umum dan
berjuang di garis depan, dan menangani segala aktivitas semacam ini.
• Kongres Ke-3 Kowani diselenggarakan di Magelang yang dipimpin oleh
Ny.Soenarjo Mangoen Poespita.
• Kongres ke-4 diselenggarakan di Solo dari 26-28 Agustus 1948
dibawah kepemimpinan Ny. Soepeni Poedjoboentoro setuju
mendasarkan aktivitas mereka pada lima prinsip dasar Pancasila.
• 18 Desember 1948 pasukan Belanda melancarkan serangan
mendadak terhadap Indonesia. Yogyakarta sebagai ibukota negara
dibuat terkejut dan banyak anggota pemerintahan Indonesia ditahan.
Serangan ini memberi efek buruk terhadap perkembangan gerakan
perempuan. Komunikasi antrar perkumpulan perempuian terancam
putus.
• Tetapi berkat insiatif dan tekad yang kuat, Kowani tetap
menyelenggarakan konferensi di tengah situasi sulit itu. Konferensi
berlangsung di Yogyakarta dari 26 Agustus- 2 September 1949.
• Konferensi ini menghasilkan :
• Di bidang hukum:
Konstitusi Republik harus menegaskan secara positif kesetaraan secara
hukum dan politik bagi seluruh penduduk lelaki dan perempuan dan
hak setiap penduduk untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
• bidang sosial
Kesehatan masyarakat harus diperhatikan bantuan kantor konsultasi,
poliklinik, dan institusi bagi perempuan usia lanjut yang diabaikan
keluarganya.
• bidang ekonomi
Koperasi masyarakat harus dibentuk.
• bidang pendidikan
Buta huruf harus diberantas dan memberikan beasiswa kepada anak
perempuan.
• Suatu komite untuk merayakan ulang tahun ke-25 pergerakan
perempuan dibentuk pada 1953 dibawah kepemimpinan
Mangonsarkoro. Komite ini bertanggung jawab dalam proses
penyuntingan buku peringatan peristiwa tersebut dan diberi
pertanggung jawaban mengurus yayasan hari ibu. Nama yayasan ini
dipilih karena kongres 1928 memutuskan bahwa hari ibu seterusnya
akan dirayakan setiap tahun untuk mengenang peristiwa pembukaan
kongres pertama perempuan pada 22 Desember 1928.
Hak Asasi Perempuan Di Indonesia
• Pengaturan terhadap perlindungan hak asasi wanita dalam hukum
nasional Indonesia berpedoman pada perjanjian internasional
(convention) yang telah dirumuskan oleh negara-negara di dunia ini.
• Salah satu konvensi internasional yang secara khusus mengatur tentang
penghormatan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak asasi
perempuan adalah Convention On The Elimination of All Forms Of
Discrimination Against Women (CEDAW)
• telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention On
The Elimination of All Forms Of Discrimination Against Women).
• Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan, merupakan perjanjian internasional yang dibuat oleh
negara-negara guna menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap
wanita, Konvensi ini diratifikasi dan aksesi sesuai dengan resolusi
Majelis Umum 34/180 tanggal 18 Desember 1979 dan mulai
diberlakukan pada tanggal 03 Desember 1981
• CEDAW menetapkan secara universal prinsip-prinsip persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan serta menetapkan persamaan hak
untuk perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, di semua
bidang – politik, ekonomi, sosial, budaya dan sipil.
• CEDAW adalah sebuah konvensi yang menjujung tinggi hak-hak
wanita dalam komunitas internasional. CEDAW memiliki peran yang
penting untuk menyadarkan pemerintahan yang cenderung represif
agar mampu menjadi wadah penggerak hak asasi wanita melalui
ketentuan-ketentuan didalamnya.
• Sesuai dengan amanat konstitusi bahwa Indonesia adalah negara
hukum (Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 setelah amandemen), dimana salah
satu ciri dari negara hukum adalah adanya perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia.
• untuk menjamin agar perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia terwujud secara nyata, efektif,
mengikat dan berkelanjutan maka norma-norma penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan terhadap hak asasi manusia tersebut
dirumuskan atau diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan (Pasal 28I Ayat 5 UUD 1945 setelah amandemen).
• Upaya pemerintah (negara) dalam menjamin terwujudnya
perlindungan terhadap hak perempuan di Indonesia, adalah dengan
dibentuknya Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
atau Komisi Nasional (Komnas) Perempuan adalah lembaga
independen di Indonesia yang dibentuk sebagai mekanisme nasional
untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan. Komisi
nasional ini didirikan tanggal 15 Oktober 1998 berdasarkan Keputusan
Presiden No. 181/1998.
• Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil, terutama
kaum perempuan, kepada pemerintah untuk mewujudkan tanggung
jawab negara dalam menangapi dan menangani persoalan kekerasan
terhadap perempuan.
• Demikian pula upaya pemerintah (negara) dalam menjamin
terwujudnya perlindungan terhadap hak asasi perempuan di
Indonesia, adalah dengan dibentuknya Komisi Nasional Anti
Kekerasan Terhadap Perempuan atau Komisi Nasional (Komnas)
Perempuan.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai