Anda di halaman 1dari 64

POPULASI DAN SAMPEL

Desi Rusmiati, S.SiT, M.KM


Pendahuluan
• Untuk menjawab suatu pertanyaan penelitian
adalah dengan melakukan penelitian pada
semua anggota populasi (total sampling)
• Sebagain besar tidak memungkinan
penggunaan total sampling
• Berapa besar sampel minimal yang perlu
diambil dan bagaimana cara pengambila
sampelnya ???
Pentingkah Besar Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel ???

• Kita perlu sampel yang representatif


• Kita perlu melakukan generaliasi
• Agar penelitian efisien dari segi waktu, biaya,
dan SDM
• Agar penelitian menjadi etis
Konsep Generalisasi

Validitas
Populasi eksterna 2

Popolasi terjangkau Validitas


eksterna 1

Sampel yang diinginkan


Validitas
Sampel yang diperoleh interna

Sumber Sopiyudin (2013)


???

• Sampel yang diperoleh (subjek yang diteliti)


• Sampel yang diinginkan
• Populasi terjangkau
• Populasi target
• Validitas interna
• Validitas eksterna 1
• Validitas eksterna 2
Contoh kasus 1
• Seorang peneliti melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui kejadian diare
pada anak balita di Kecamatan A. Jumlah
subjek yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian (sampel minimal) adalah
250 balita yang diperoleh dari empat desa di
kecamatan tersebut. Setelah dilakukan
penelitian kemudian didapatkan jumlah subjek
sebanyak 230 orang
• Sampel yang diperoleh (subjek yang diteliti)
Adalah balita sebanyak 230
• Sampel yang diinginkan
Adalah balita sebanyak 250
• Populasi terjangkau
Adalah balita yang ada di tiga desa di
kecamatan A
• Populasi target
Adalah balita di kecamatan A
Contoh kasus 2
• Seorang peneliti melakukan penelitian uji
klinis yang bertujuan untuk membandingkan
keberhasilan pengobatan standar dengan obar
baru untuk mengobati diare berat pada anak.
Banyaknya subjek yang diperlukan adalah 200
subjek. Penelitian dilakukan di dua RS rujukan
nasional. Setelah dilakukan penelitian,
didapatkan 200 subjek dengan hasil obat baru
lebih baik daripada obat standar
keterangan

• Sampel yang diperoleh (subjek yang diteliti)


Adalah anak yang menderita diare berat
sebanyak 200 orang
• Sampel yang diinginkan
Adalah anak yang menderita diare berat
sebanyak 200 orang
• Populasi terjangkau
Anak yang mengalami diare berat di dua RS
• Populasi target
Anak yang menderita diare berat
Apakah dua kasus penelitian tadi dapat
digeneralisasi ???
• Syarat agar hasil penelitian dapat digeneralisasi
• Validitas interna (sampel yang diperoleh mewakili
sampel yang diinginkan)---minimalisasi angka dropout
• Validitas eksterna 1 (sampel yang diperoleh mewakili
populasi terjangkau), dikatakan baik jika besar sampel
cukup dan pengambilan sampel secara random
(probabilistik)
• Validitas eksterna 2 (populasi terjangkau mewakili
populasi target)
• Peranan besar sampel dan cara pengambilan
sampel (teknik sampling) dalam proses
generalisasi ada pada proses validitas interna
dan validitas eksterna 1.
Agar besar sampel dan cara pengambilan
sampel benar
• Penentuan rumus besar sampel yang benar
• Penghitungan besar sampel yang benar
• Sedapat mungkin menggunakan teknik
sampling secara random
Faktor penentu pemilihan rumus besar
sampel
• Menentukan jenis pertanyaan penelitian
Langkah-langkah menentukan jenis
pertanyaan penelitian
• Tentukan apakah penelitian termasuk kedalam desain khusus
atai non desain khusus ?
• Bila non desai khusus tentukan apakah deskriptif atau
analitik
• Bila deskriptif tentukan apakah variabel katogrik atau
numerik.
• Bila analitis tentukan hubungannya apakah katagorik-
katagorik, katagorik-numerik, atau numerik-numerik
(korelasi)
• Bila hubungan yang diteliti katagorik-katagorik atau numerik-
numerik tentukan apakah berpasangan atau tidak,
• Desain khusus
– Penelitian diagnostik
– Adalah penelitian yang membandingkan metode
diagnosis dengan metode baku emas
– Keluaran : sensitivitas, spesifitas, nilai prediksi positif,
nilai prediksi negatif
– Keluaran lain area under the curve (AUC)
– Penelitian prognostik
– Penelitian multivariat regresi linier
• Non desain khusus
Desain khusus
• Penelitian diagnostik
• Adalah penelitian yang membandingkan metode diagnosis dengan
metode baku emas
• Keluaran : sensitivitas, spesifitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi
negatif
• Keluaran lain area under the curve (AUC)
• Contoh
Penelitian untuk membandingkan pemeriksaan USG dengan
patologi anatomi untuk menegakan diagnosis tumor tiroid
• Formulasi pertanyaan penelitian
Bagaimana nilai diagnostik USG dibandingkan PA untuk
mendiagnosis tumor tiroid ?
Desain khusus
• Penelitian prognostik
• Adalah penelitian dengan desain kohort, yang bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
suatu kejadian (event)
• Contoh
Penelitian untuk faktor-faktor prognostik yang berkaitan
dengan renjatan pada pasien demam berdarah
• Formulasi pertanyaan penelitian
Faktor-faktor apakah yang menjadi faktor prognostik
terjadinya renjatan pada pasien demam berdarah ?
Desain khusus
• Penelitian multivariat regresi linier
• Adalah penelitian dengan variabel terikat berjumlah satu
dengan skala pengukuran numerik
• Formulasi pertanyaan penelitian
Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap skor
kualitas hidup lansia yang tinggal dipanti jompo?
Desain khusus
• Penelitian multivariat regresi logistik
• Adalah penelitian dengan variabel terikat berjumlah satu
dengan skala pengukuran nominal
• Formulasi pertanyaan penelitian
Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian
komplikasi persalinan ?
Desain khusus
• Penelitian kesintasan (survival analysis)
• Adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui suatu
kejadian dikaitkan dengan waktu kapan kejadian
• Contoh
Penelitian untuk membandingkan kesintasan antara pasien
yang menderita HIV dengan CD4<200 dibandingkan dengan
pasien dengan CD4≥200.
• Formulasi pertanyaan penelitian
Apakah terdapat perbedaan kesintasan antara pasien HIV
dengan CD4<200 dibandingkan dengan pasien dengan
CD4≥200?
Desain khusus
• Uji Validitas
• Adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
keshahihan suatu alat ukur (validitas konstruk) yang dapat
dilakukan secara interna, yaitu dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu item (pernyataan) valid untuk mewakili suatu
parameter.
Besar sampel estimasi proporsi:
2
z 1 / 2 P(1  P)
n 2
P=Estimasi proposi
d
d=presisi/simpangan mutlak
z=nilai z pada derajat kepercayaan 1-a/2

 Digunakan untuk estimasi proposi


 Tidak tepat digunakan untuk uji hipotesis
 Asumsi desain: populasi tak terbatas dan sampel SRS
 Jika sampel Non-SRS, harus dikalikan dengan Deff
23
Besar sampel estimasi proporsi: simpangan mutlak

2
z 1 / 2 P(1  P)
n 2
d
Contoh penggunaan:
• Survei cakupan imunisasi
• Survei prevalensi gizi kurang di masyarakat
• Penelitian prevalensi hipertensi di masyarakat

24
Besar sampel estimasi proporsi:
Contoh
• Suatu survei dilakukan untuk mengetahui prevalensi
diare pada Balita di Kabupaten Bogor. Berapa
jumlah sampel yang diperlukan untuk survei ini?

• Untuk menghitung jumlah sampel,peneliti perlu


tahu:
– Perkiraan prevalensi diare di kab. Bogor
– Presisi/Simpangan yang dapat diterima
– Derajat kepercayaan

25
Besar sampel estimasi proporsi: Contoh
2
1,96 * 0,15(1  0,15)
n 2
0,05
n  196
 Berarti:
Pada survei yang bertujuan untuk mengetahui
prevalensi diare pada Balita di Kab. Bogor, diperlukan
sampel minimum 196 Balita,
yang pengambilan sampelnya dilakukan dengan
metode SRS

26
Besar sampel estimasi rata-rata:
2 2
z1 / 2
n 2
s=simpang baku d
d=presisi/simpangan mutlak dari rata-rata
z=nilai z pada derajat kepercayaan 1-a/2
 Digunakan untuk estimasi rata-rata
 Tidak tepat digunakan untuk uji hipotesis
 Asumsi desain: populasi tak terbatas dan metode
sampel SRS 27
Besar sampel estimasi rata-rata:
contoh
• Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui rata-rata tekanan
darah sistolik orang dewasa di Jakarta
• Asumsi yang digunakan:
– Rata-rata tek. Darah 120 mmHg
– Simpang baku dari penelitian sebelumnya (referensi) 20
mmHg
– Presisi/Simpangan mutlak 4 mmHg
– Derajat kepercayaan 95%

• Berarti:
Peneliti 95% yakin bahwa rata-rata tek. Darah sistolik di populasi
berkisar 116-124 mmHg

28
Besar sampel estimasi rata-rata, simpangan mutlak
2 2
1,96 20
n 2
4
n  97
 Berarti, utk mengetahui rata-rata tekanan darah
sistolik orang dewasa di Jakarta, diperlukan sampel
minimum 97 sampel orang dewasa,
yang pengambilan sampelnya dilakukan dengan
metode SRS

29
n = N
1 + N (d2)

• n : Jumlah sample minimal


• N: Jumlah populasi
• d : Presisi
Perhitungan
Besar Sampel untuk Uji Hipotesis

31
Perhitungan Besar Sampel utk
Uji Hipotesis
Uji beda
proporsi
n
z1 / 2 2 P (1  P )  z1  P1 (1  P1 )  P2 (1  P2 ) 
2

2
( P1  P2 )

Uji beda rata-


rata 2 z1 / 2  z1    2
2 2

(n  1) s
1
2
1  ( n2  1) s 2
2 
n (n1  1)  (n2  1)
(independent) 1  2  2

Uji beda rata-


rata (paired)
n
 2
z
1 / 2  z1  
2

1   2  2

32
Besar sampel uji hipotesis beda proporsi 2 kelompok

n
z 1 / 2 2 P (1  P )  z1  P1 (1  P1 )  P2 (1  P2 ) 
2

2
( P1  P2 )

• P1 dan P2 bergantung pada desain (didapat dari hasil penelitian terdahulu)


• n =Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok
• P-hat = (P1+P2)/2
• P1-P2 = beda minimal yang dianggap bermakna secara substansi

33
Perbedaan bermakna secara Statistik vs. bermakna secara Substansi

Kebiasaan PJK n
 Tidak ada hubungan minum teh
minum teh Ya Tidak
dengan PJK Ya 12 (12%) 88 100
 Namun, jika sampelnya Tidak 10 (10%) 90 100
ditingkatkan 20 kali lipat, ada Jumlah 22 178 200
2 = 0,20 p=0,6513
hubungan bermakna
 Peneliti perlu
mempertimbangkan apakah
perbedaan kejadian penyakit Kebiasaan PJK n
jantung koroner sebesar 2% minum teh Ya Tidak
memang bermakna dari segi Ya 240 (12%) 1760 2000
ilmu kesehatan? Tidak 200 (10%) 1800 2000
Jumlah 440 3560 4000
2 = 4,09 p=0,0432 34
P1, P2 pada disain eksperimen, kohort, & cross-sectional

Keluaran Total
Sebab
+ -
+ a b a+b
- c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

• P1 = a/(a+b)
• P2 = c/(c+d)

35
P1, P2 pada disain kasus-kontrol

Keluaran Total
Sebab
+ -
+ a b a+b
- c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

• P1 = a/(a+c)
• P2 = b/(b+d)
36
Contoh P1 dan P2
• “Hubungan antara anemia dengan BBLR”
– Desain kohort/cross sectional
• P1: Proposi BBL R pada ibu anemia
• P2: Proposi BBLR pada ibu tidak anemia
– Desain kasus-kontrol
• P1: Proporsi ibu anemia pada BBLR
• P2: Proporsi ibu anemia pada non BBLR

• Kesalahan penetapan P1 dan P2 sering


terjadi pada desain kasus-kontrol
37
Contoh P1, P2 pada Kohort
• Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara anemia
pada ibu hamil dengan BBLR dengan desain kohort
• Asumsi & hasil penelitan terdahulu:
– Proporsi BBLR pada ibu anemia, P1: 30%
– Proporsi BBLR pada ibu non anemia, P2: 10%
 Peneliti berasumsi perbedaan minimal proporsi BBLR
sebesar 20% antara ibu anemia vs ibu non anemia (P1 –
P2)
– Derajat kemaknaan: 5%  Z-alpha = 1,96
– Kekuatan uji: 80%  Z-beta = 0,84
– P=(0,3+0,1)/2 = 0,2

38
Contoh P1, P2 pada Kohort
• Pada contoh ini P1-P2 = 20%
• Beda minimal proporsi BBLR yang dianggap bermakna antara ibu anemia vs
ibu non anemia sebesar 20%
•  Jika nantinya (setelah data terkumpul), beda BBLR sebesar 20% atau lebih pada n
sampel yang diambil
 Uji statistik “signifikan”
•  Jika nantinya (setelah data terkumpul), beda BBLR kurang dari 20% pada n sampel
yang diambil
 Uji statistik “tidak signifikan”
•  Signifikan uji statistik dirancang berdasarkan pengertian tentang substansi
• INGAT:
Perbedaan berapapun dapat dirancang untuk “signifikan” secara statistik,
asal jumlah sampel terpenuhi

39
Contoh Perhitungan Besar Sampel
P1=0,3 P2=0,1 P=0,2
Z-a/2=1,96 Z-beta=0,84

n

1,96 2 * 0,2(1  0,2)  0,84 0,3(1  0,3)  0,1(1  0,1) 
2

(0,3  0,1) 2
n  62 / kelompok
• Berarti sampel yang dibutuhkan adalah 62 ibu anemia dan 62 ibu
non anemia, Total 124 ibu hamil
• Bukan berarti diambil sampel 124 ibu hamil
 karena tidak menjamin diperoleh 62 ibu hamil anemia dan 62
ibu hamil non anemia 40
Contoh Kasus-Kontrol
• Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
anemia pada ibu hamil dengan BBLR dengan desain kasus kontrol
• Asumsi untuk besar sampel:
– Proporsi anemia pada BBLR: 80%
– Proporsi anemia pada non BBLR: 60%
 Peneliti menganggap beda minimal proporsi ibu
anemia 20% antara bayi BBLR vs non BBLR (P1-P2)
– Derajat kemaknaan: 5%  Z-alpha=1,95
– Kekuatan uji: 80%  Z-beta=0,84
– P=(0,8+0,6)/2 = 0,7

41
Contoh Kasus Kontrol
P1=0,8 P2=0,6 P=0,7
Z-a/2=1,96 Z-beta=0,84

n

1,96 2 * 0,7(1  0,7)  0,84 0,8(1  0,8)  0,6(1  0,6) 
2

(0,8  0,6) 2
n  82 / kelompok

• Berarti sampel yang dibutuhkan adalah 82 bayi BBLR dan 82


bayi non BBLR, Total 164 bayi
• Bukan berarti diambil sampel 164 bayi
 karena tidak menjamin diperoleh 82 bayi BBLR dan 82 bayi
non BBLR 42
Masalah dalam Penentuan Besar Sampel

• Jika hipotesis tidak fokus, misalnya:


– Faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian BBLR
• P1 dan P2 variabel yang mana ?
• Solusi:
– 1. Pilih faktor utama saja, faktor lain dianggap confounder
– 2. Hitung sampel untuk tiap faktor utama, kemudian ambil jumlah
sampel terbesar

• Perbedaan P1 dan P2 harus berdasarkan perbedaan yang


dianggap secara subtansi bermakna, bukan hanya dari penelitian
terdahulu saja

43
Contoh: Penelitian tentang “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan BBLR”
• Faktor utama yang ingin diuji:
– Anemia
– Merokok
– Hipertensi
– Status Ekonomi

 Maka perlu informasi tentang:


Prop BBLR pada anemia dan pada non anemia
Prop BBLR pada perokok dan pada non perokok
Prop BBLR pada hipertensi dan pada non hipertensi
Prop BBLR pada ibu miskin dan pada ibu non miskin
Kemudian,
 Hitung besar sampel utk tiap variabel
 Sampel terbesar yang diambil 44
Besar sampel uji hipotesis beda
rata-rata (independen)
2

2 z1 / 2  z1  2
 2

(n  1) s
1 2
1( n2  1) s 2
2 
n (n1  1)  (n2  1)
1   2 2

 Z
1-a/2 = nilai z pada interval kepercayaan 1-a/2
uji hipotesis dilakukan dua arah (two tailed)
 z1-b = nilai z pada kekuatan uji (power) 1-b
 m1 = estimasi rata-rata kelp. 1 ; m2 = estimasi rata-rata kelp. 2
 2 = varians gabungan ; s12 = varians pd kelp. 1
s22 = varians pd kelp. 2

45
Contoh
• Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui efek asupan
natrium terhadap tek. darah orang dewasa
• Asumsi (dari penelitian terdahulu):
– Pada kelp. Natrium rendah:
• Rata-rata TD: 72 mmHg, SD:10 mmHg, n=20
– Pada kelp. Natrium tinggi:
• Rata-rata TD: 85 mmHg, SD:12 mmHg, n=20
– Perbedaan minimal yg ingin dideteksi: 10 mmHg
– Derajat kemaknaan:5%
– Kekuatan uji:80%

46
Contoh

 2

(20  1)10 2

 (20  1)12 2
 122
(20  1)  (20  1)

2 *122 2 1,96  0,84


2
n  20
10 2

Jadi, untuk mengetahui efek asupan natrium terhadap tek.


Darah
Dibutuhkan sampel 20 orang dengan asupan natrium tinggi
dan 20 orang dengan asupan natrium rendah

47
Besar sampel uji hipotesis beda
rata-rata berpasangan (paired)
 z1 / 2  z1  
2 2

n
1   2  2

 2 = varians dari beda 2 rata-rata pasangan


 Z
= nilai z pada interval kepercayaan 1-a/2
1-a/2
uji hipotesis dilakukan dua arah (two tailed)
 z1-b = nilai z pada kekuatan uji (power) 1-b
 m1 = perkiraan rata-rata sebelum intervensi
 m2 = perkiraan rata-rata sesudah intervensi
(didapat dari penelitian terdahulu atau penelitian awal)
48
Contoh
 Seorang peneliti ingin menguji efek latihan aerobik terhadap
penurunan kadar kolesterol LDL pada orang dewasa.
Dari penelitian awal pada 5 orang diketahui rata-rata LDL
sebelum latihan aerobik adalah 185 mg/dl dan setelah 4
minggu berlatih aerobik adalah 175 mg/dl.
Jadi ada penurunan kadar LDL rata-rata 20 mg/dl dengan
simpangan baku 15 mg/dl.
 Berapa besar sampel yang diperlukan jika peneliti ingin
menguji hipotesis dengan perbedaan rata-rata minimum
yang ingin dideteksi sebesar 10 mg/dl dengan interval
kepercayaan 95% dan kekuatan uji 90% ?

49
Contoh
15 * 1,96  1,28
2 2
n 2
 24
(10)

Jadi, untuk menguji efek latihan aerobik terhadap


penurunan kadar kolesterol LDL (mendeteksi adanya
penurunan rata-rata kadar LDL sebesar 10 md/dl)
diperlukan sampel sebanyak 24 sampel

50
TEKNIK PENGAMBILAN
SAMPEL
Metode sampling adalah metode
pengambilan sebagian anggota
populasi dalam penelitian yang
diharapkan bisa mewakili
karakteristik populasi
•Sampel pertimbangan
METODE (Purposive/judgmental)
SAMPLING •Sampel berjatah (Quota)
•Sampel seadanya Studi
kualitatif
A. Non Random (Incidental/Convenience)

B. Random (probability) sampling

•1. Simple random sampling (acak sederhana)


•2. Systematic random sampling (acak sistematik)
•3. Stratified random sampling (acak bertingkat):
-Sederhana (Simple stratified random)
-Proporsional (Proportional stratified random)
•4. Cluster random sampling (acak berkelompok)
•5. Multistages random sampling (acak bertahap)
Studi kuantitatif
Sample Random vs Non random
Random/Probability Sampling
• Semua elemen di populasi memiliki probabilitas yang sama untuk
terpilih sebagai sampel
• Dapat merepresentasikan populasi dan hasilnya dapat
digeneralisasi ke populasi

Non Random/Non Probability Sampling


• Elemen di populasi tidak memiliki probabilitas yang sama untuk
terpilih sebagai sampel
• Tidak merepresentasikan populasi dan hasilnya tidak dapat
digeneralisasi ke populasi
METODE PENGAMBILAN SAMPEL
Stratified sampling
Apakah area yang
akan disurvey Populasi tidak
homogen & ingin
relatif Luas? estimasi masing2
populasi
Tidak Ya Akses sulit

Cluster sampling
Apakah kerangka
sampel tersedia? Tidak
Systematic random
Tidak Kerangka
Ya sampling
sampel bisa
Ya dibuat?
Simple random
sampling
METODE SAMPLING  APLIKASI

Populasi tidak homogen & ingin membuat


Stratified sampling
generalisasi pada sub-populasi

Populasi besar dan tidak tersedia kerangka


Cluster sampling sampel

Systematic random Populasi kecil, tersedia kerangka sampel, &


tidak ada efek kelipatan (siklus)
sampling

Simple random Pada populasi kecil dan tersedia kerangka


sampling sampel
RANCANGAN SRS
(Simple/Systematic Random Sapling)

Digunakan jika tersedia kerangka sampel


pada tingkat individu

SIMPLE RANDOM SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING:


SAMPLING 1. Tentukan populasi studi
1. Tentukan populasi studi 2. Buat sampling frame
2. Buat sampling frame (N) 3. Tentukan besar sampel
4. Tentukan interval (i=N/n)
3. Tentukan besar sampel
5. Pilih sampel no.1 secara
4. Pilih sampel sejumlah n acak/random
secara random (Dengan
6. Pilih sampel berikutnya no.2,
Tabel-random atau 3,.. dst dengan interval = N/n
MsExcel)
Non Random Sampling
• Purposive Sampling
▫ Didasarkan pada satu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya
▫ Teknik ini cocok untuk penelitian studi kasus
▫ Contoh :
suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perilaku seks ibu-ibu pasca persalinan SC-----dimana
populasi penelitian ini jelas mempunyai karakteristik yg
spesifik-----maka pengambilan sampel pun diarahkan pada
ibu-ibu yang melahirkan melalui cara SC sehingga
purposive sampling dipilih
Lanjutan
• Quota Sampling
– Dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah
anggota sampel secara quotum atau jatah
– Dilakukan dengan cara-----(1) menetapkan jumah
sampel yg diperlukan atau menetapkan jatah, (2)
mengambil unit sampel berdasarkan jumlah yang
diperlukan
– Anggota populasi manapun yang akan diambil tak
jadi soal yang penting jumlah quotum sudah
terpenuhi
Lanjutan

• Accidental Sampling
– Dilakukan dengan mengambil kasus atau
responden secara kebetulan ada atau tersedia
disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian
– Perbedaan dengan puposive sampling----pada
purposive sampling sampel diambil secara sengaja
mengambil/memilih respondennya----pada
accidental responden yang diambil yang kebetulan
ada
TERIMA KASIH
CONTOH
• SUATU PENELITIAN BERTUJUAN UNTUK
MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI
EKSKLKUSIF

. Pekerjaan
. Pendidikan Pemberian ASI
. Pengetahuan eksklusif
• Rumus yang dipilih adalah uji beda 2 proporsi :

n
z1 / 2 2 P (1  P )  z1  P1 (1  P1 )  P2 (1  P2 ) 
2

2
( P1  P2 )
Z 1-a/2 = 1,95 (95%)
Z 1-b = 0,84 (90%)
Nama Sumber P1 P2 n
variable
Pekerjaan Rina, 2014 39,1% 4,3% 28
(0,391) (0,043)
Pendidikan A, 2009 0,25 0,45 118
Pengetahu B, 2015 0,57 0,20 35
an
• Kesimpulan
Untuk melaksanakan penelitian ini maka peneliti
memerlukan sampel minimal sebesar 118
sampel

Anda mungkin juga menyukai