Anda di halaman 1dari 5

FREE

PPT TEMPLATES
INSERT THE TITLE
OF YOUR PRESENTATION HERE
ALLPPT.com
Free PowerPoint Templates,
Diagrams and Charts
Tak Terima Rambut Anaknya Dipotong,
Orangtua Siswa Balas Potong Rambut Guru
Liputan6.com, Kupang - Tak terima anaknya dihukum potong rambut oleh gurunya di sekolah,
Arnoldus Raga (39) nekat balas memotong rambut sang guru. Aksi tak terpuji orangtua siswa ini ter-
jadi di SD Inpres Madawat, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 27
Februari 2019 lalu.

Guru yang rambutnya dipotong oleh orangtua siswa itu adalah Theresia Pramusrita Rolle (37). Keja-
dian itu bermula ketika ia memangkas rambut sejumlah siswa laki-laki yang panjang rambutnya
melanggar aturan sekolah.

"Kejadiannya pada hari Rabu (27/2/2019). Karena guru kelas 4B tidak mengajar sehingga saya
menggantikan. Saya melihat beberapa anak laki-laki rambutnya panjang sehingga saya mengambil
gunting dan memotong rambut mereka sedikit di bagian depan," tutur Pramurista Rolle kepada
Liputan6.com, Jumat, 1 Maret 2019.

Pramusrita tidak mengira jika apa yang dilakukan terhadap siswanya itu ternyata ditentang oleh
orangtua siswa. Saat sedang mengajar di ruangan kelas 3B, Jumat, 1 Maret 2019, tiba-tiba ia
didatangi Arnoldus Raga, orangtua dari Armando salah seorang murid yang rambutnya dipotong
beberapa hari sebelumnya
Tanpa aba-aba, Arnoldus menarik rambut Pramusrita dan memotongnya menggunakan
gunting yang dia bawa. “Saat ia datang posisi saya sedang duduk sambil mengajar. Dia
menarik rambut saya ke belakang dan langsung mengambil gunting dan potong rambut
saya,” ujarnya.

Saat itu Pramusrita tak bisa berbiat banyak. Ia hanya bisa pasrah melihat rambutnya dipotong
oleh Arnoldus, ia khawatir jika melawan akan semakin memperburuk keadaan.

"Saya hanya gunting sedikit saja rambutnya di bagian depan. Anak ini sampai sekarang pun
rambutnya masih sama belum dipangkas. Kami memangkas rambut anak murid untuk
mengingatkan atau memberi tanda saja," terangnya.

Erlin, guru lainnya di SD Inpres Madawat menjelaskan bahwa di sekolah tersebut memang
ada aturan tentang batas panjang rambut bagi siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah
tersebut. Dan semua orang tua siswa sudah mengetahuinya.

"Ketentuan di sekolah dan ada aturan tertulis kalau ditegur sampai 3 kali belum dipangkas
rambutnya maka guru akan memotong sedikit rambut di bagian depan. Ini dilakukan untuk
mengingatkan saja bukan merusak rambut anak murid tersebut," ungkapnya.
Setelah kejadian itu, pihak sekolah langsung membawa Pramusrita ke Polres Sikka. Pihak
sekolah melaporkan tindakan Arnoldus Raga sebagai sebuah tindakan kriminal yang harus
dipidana.

"Ini untuk memberikan efek jera bagi setiap orang tua agar tidak melakukan hal-hal seperti ini.
Sejak dulu semua anak murid yang dipotong rambutnya orang tua tidak marah karena
memang ada peraturannya," ujar Erlin, guru yang mendampingi korban ke polisi.

Kapolres Sikka, AKBP Rickson PM Situmorang membenarkan kejadian itu. Ia mengatakan,


guru tersebut sudah membuat laporan polisi pada Jumat 1 Maret 2019.

"Guru itu melaporkan kasus dugaan tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan dan
penghinaan," katanya.

Ia menyebutkan bahwa kasus tersebut sedang ditangani oleh Satuan Reserse Kriminal
Polres Sikka. Saat ini poihak kepolisan pun tengah melakukan pemeriksaan terhadap
sejumlah saksi.

"Sudah diambil keterangan guru sebagai korban dan beberapa saksi," sebutnya.

.
.
Mengetahui dirinya dilaporkan ke polisi, Arnoldus Raga pun mengaku bahwa dirinya
menyesal telah memotong rambut guru dari anaknya. Ia mengaku bahwa saat itu dirinya
emosi dan tidak bisa mengontrolnya.

"Rambut anak saya kan baru saya gunting hari Selasa lalu, tetapi kata gurunya masih
panjang. Makanya saya marah setelah diberitahu oleh anak saya," katanya.

Arnoldus mengaku khilaf dan meminta maaf atas perlakuannya dan berjanji tidak akan
mengulangi perbuatannya lagi. Ia berharap agar kasus ini bisa diselesaikan secara adat dan
kekeluargaan.

"Saya siap menerima konsekuensi dari perbuatan saya," Arnoldus memungkasi


.

Anda mungkin juga menyukai