PASAR BEBAS Disusun Oleh : 1. Novita Yohana Ibrani Hutauruk 2. Eva Charena Aditia 3. Rani Nurlianti Kelas : XII IPS 2 LATAR BELAKANG Hubungan Internasional merupakan studi tentang interaksi antara beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, kesatuan sub- nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu. Tujuan dasar studi Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor negara maupun non negara, di dalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi dalam organisasi internasional. TERIKATNYA INDONESIA DALAM PASAR BEBAS Sebagai anggota aktif dalam masyarakat internasional, Indonesia juga membuat perjanjian-perjanjian baik dengan negara-negara lain maupun dengan organisasi- organisasi internasional ataupun dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya. Perjanjian-perjanjian internasional tersebut bukan saja dalam bentuk bilateral, tetapi juga dalam rangka kerjasama regional di samping perjanjian- perjanjian multilateral yang bersifat umum ataupun khusus. Telah terlalu banyak perjanjian-perjanjian yang telah dibuat oleh Indonesia, ditinjau dari segai materinya perjanjian-perjanjian tersebut meliputi hampir semua bidang, baik di bidang politik, hukum, ekonomi, keuangan, perdagangan maupun kerja sama di bidang kebudayaan, serta ilmu pengetahuan di bidang teknologi Dalam Konvensi Winan 1969 mengatur mengenai pembuatan perjanjian internasional baik perjanjian bilateral maupun multilateral dapat dilakukan melalui beberapa tahap di antaranya adalah sebagai berikut: PERUNDINGAN (NEGOTATION) Persoalan siapakah yang dapat mewakili suatu negara dalam suatu perundingan internasional merupakan persoalan intern suatu negara yang bersangkutan, dan untuk menghindari agar tidak terjadinya suatu tindakan dari orang yang tidak berwenang untuk mewakili suatu negara dalam sebuah konferensi internasional, maka dibutuhkan adanya surat kuasa penuh (full powers) yang harus dimiliki oleh orang-orang yang mewakili suatu negara dalam hal perundingan untuk mengadakan suatu perjajian internasional. PENANDATANGANAN (SIGNATURE) Penandatanganan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan oleh seorang wakil yang diberikan kuasa penuh (full powers) dari suatu negara dalam perundingan dengan mana dinyatakan persetujuan negaranya atas kesimpulan dari suatu perjanjian yang dibentuk. Dalam pasal 7 ayat 2a Konvensi Wina 1969 menyatakan bahwa yang berhak menandatangani suatu perjanjian sebagai wakil negara adalah Kepala Negara, Kepala Pemerintahan dan Menteri Luar Negeri, yang semuanya memiliki hak penuh yang berhubungan dengan penyimpulan suatu perjanjian. Keputusan hasil perundingan pada umumnya ditandatangani oleh kepala perutusan negara yang beruding. Penandatanganan itu pada umumnya dilakukan ditempat dan waktu yang sama dalam kehadiran pihak lawan yang berjanji. Penandanganan tersebut dimaksudkan sebagai otentikasi naskah keputusan hasil perundingan Kesepakatan untuk mengikatkan diri (consent to be baound) pada perjanjian merupakan tindak lanjut yang dilakukan oleh negara-negara setelah menyelesaikan suatu perundungan untuk membentuk suatu perjanjian internasional. Tindakan mengikatkan diri inilah yang melahirkan kewajiban-kewajiban tertentu bagi negara-negara perunding setelah menerima baik suatu naskah perjanjian, di antaranya adalah kewajiban untuk tidak melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan esensi atau maksud dan tujuan perjanjian yang dimaksud. Ratifikasi merupakan perbuatan negara yang dalam taraf internasional menetapkan persetujuannya untuk terikat pada suatu perjanjian internasional yang sudah ditandatangani perutusannya. Pelaksanaan ratifikasi itu tergantung pada hukum nasional negara yang bersangkutan. Dasar pembenaran adanya ratifikasi adalah bahwa negara berhak untuk meninjau kembali hasil perundingan perutusannya sebelum menerima kewajiabn yang ditetapkan dalam perjanjian internasional yang bersangkutan dan bahwa negera tersebut mungkin memerlukan penyesuaian hukum nasionalnya dengan ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan. Praktik pembuatan perjanjian internasional di Indonesia bukanlah sebuah hal yang baru, begitu banyak perjanjian internasional yang telah ditandatangani serta telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia, baik perjanjian yang bilateral maupun multilateral, serta pemerintah Indonesia juga telah banyak melakukan perjanjian internasional dalam segala bidang atau sektor, salah satu perjanjian internasional yang telah dilakukan oleh Indonesia yaitu dalam sektor perdagangan internasional. Mengenai perjanjian pedagangan berskala internasional telah diatur oleh peraturan internasional yaitu dalam regulasi World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia. WTO merupakan pelanjut dari Internasional Trade Organization (ITO) atau Organisasi Perdagangan Internasional, di mana dahulunya ITO disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam konferensi Dagang dan Karyawan yang dilaksanakan di Havana pada Maret 1948, namun kemudian ditutup oleh Senat AS yang melahirkan WTO. WTO didirikan pada tanggal 1 Januari 1995 yang dibentuk untuk menggatikan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) atau Perjanjian Umum tentang Tarif-tarif dan Perdagangan. Dengan terbentuknya WTO mulai 1 Januari 1995, maka polemik mengenai apakah GATT sebagai organisasi internasional atau bukan, telah berkahir. WTO memiliki status sebagai sebuah organ khusus PBB seperti halnya dengan IMF (International Monetary Fund) dan IRDB (Interntional Bank For Reconstructuries and Development). WTO memiliki fungsi mendukung pelaksanaan adminitrasi dan menyelenggarakan persetujuan yang telah dicapai untuk mewujudkan sasaran yang diharapkan. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota organisasi perdagangan internasional, indonesia telah terikat dalam untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang disepakati dalam perundingan GATT-WTO. Ketentuan-ketentuan tersebut sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap sistem dan pranata hukum nasional di sector perdagangan termasuk pada kegiatan industry kecil. Masuknya indonesia sebagai anggota perdagangan dunia yaitu melalui diratifikasikannya perjanjian perdagangan dunia dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on Establishing The World Trade Organization/WTO (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) membawa konsekuensi baik yang bersifat eksternal maupun internal. Konsekuensi ekstrernal bagi Indonesia yaitu Indonesia harus mematuhi seluruh hasil kesepakatan dalam forum WTO. PENGARUH PASAR BEBAS INDONESIA DENGAN BRAZIL Di bidang ekonomi, hubungan Indonesia dengan Brazil berjalan cukup baik. Neraca perdagangan kedua negara masih relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh kedua negara, namun pada tahun-tahun terakhir ini tercatat peningkatan yang signifikan dalam hubungan perdagangan Brazil merupakan mitra dagang utama Indonesia di kawasan Amerika Selatan. Pada prinsipnya terdapat sejumlah prinsip yang dapat digunakan dalam perjanjian- perjanjian internasional dalam bidang perdagangan internasional untuk mencapai tujuan tertentu, tujuh di antaranya memiliki arti yang sangat penting yaitu sebagai berikut: 1. Prinsip minimum standard, prinsip ini 2. Standard of identical treatment, prinsip ini banyak dipakai dalam berbagai perjanjian adalah prinsip yang sering digunakan oleh dengan maksud untuk memberikan jaminan para raja (pemimpin) pada zaman dahulu keamaan bagi para pedagang asing baik bagi dalam hal saling memberikan jaminan bahwa jiwanya sendiri maupun bagi harta mereka akan memberikan perlakuan serupa kekayaannya. Dalam perkembangan prinsip kepada semua pedagang-pedagangnya. ini telah menjadi bagian dari hukum Perlakuan demikian dapat diterapkan secara kebiasaan internasional sehingga berlaku sempit atau luas dalam hubungan ekonomi di bagi segenap orang asing. Prinsip ini antara negara. Misalnya, dalam suatu memberikan sumbangan yang besar perjanjian pedagangan dua pemimpin terhadap pengaturan perbuatan melanggar kerajaan sama-sama memberikan jaminan hukum yang bersifat internasional. Misalnya bahwa para pedagang mereka yang berniaga negara dapat dituntut karena tidak di wilayah kerajaan lain akan dibebaskan dari memberikan perlindungan terhadap kewajiban militer atau mungkin pula masing- keselamatan diri pribadi dan harta orang masing negara menjamin kebebasan asing, tidak memberinya akses ke pengadilan berniaga dalam berbagai bidang kegiatan atau mengenakan pajak yang berlebihan. ekonomi. 3. Standard of national 4. Most favoured nation treatment, standar ini treatment, menurut prinsip ini memberikan persamaan negara-negara memberikan perlakuan di dalam satu negara, perlakukan sama seperti yang sehingga perlakuan terhadap diberikan kepada negara ketiga. orang asing adalah sama seperti Kebaikan standar ini dalam perlakuan terhadap warga bentuknya yang tak bersyarat negara sendiri. Misalnya, pajak adalah bahwa ia secara umum penjualan yang sama akan memberlakukan bagi seluruh dikenakan bagi produk serupa peserta perjanjian keuntungan- yang dijual orang asing dan yang keuntungan yang diberikan oleh diperdagangkan warga negara salah satu dari mereka kepada sendiri. negara ketiga. 5. Standard on the open 6. Standard of preferential treatment, prinsip ini merupakan kebalikan dari door, prinsip ini mirip prinsip yang bermaksud memberikan dengan prinsip most hak sama bagi semua pihak. Dalam sistem hubugan internasional yang luas, favoured nation treatment kedua sistem ini tidak dapat namun sebagai negara diberlakukan secara simultan tetapi dapat diharmonisasikan. Misalnya, di pembanding bukan hanya antara negara-negara dalam kawasan negara ketiga, akan tetapi tertentu (seperi ASEAN) diberlakukan tariff yang lebih rendah atas produk setiap negara peserta masing-masing negara yang diimpor ke yang mendapatkan negara lain di kawasan tersebut, jika dibandingkann dengan tarif atas produk keuntungan dari padanya. impor dari negara di luar kawasan. 7. Standar of equitable treatment, prinsip ini diterapkan pada bidang-bidang yang terpengaruh oleh kebijakan suatu negara. Ia memberikan jalan ke luar dalam keadaan di mana terdapat ketidakseimbangan mata uang atau perubahan struktur ekonomi negara yang telah memaksa negara mengambil kebijakan perbatasan impor. Dalam keadaan seperti ini prinsip ini merupakan satu-satunya cara untuk meberlakukan MFN dan mendapatkan keadilan proporsional di antara negara-negara. Misalnya, jika negara mengalami kesulitan dalam neraca pembayaran, atau pasar dalam negerinya terganggu akibat membanjirnya suatu produk tertentu dari negara lain, maka negara tersebut dapat membatasi impor barang yang dianggap dapat menimbulkan kerugian tersebut. Pembatasan atas produk tertentu tersebut berlaku bagi impor dari setiap negara peserta perjanjian. Terdapat tiga pendorong utama yang menjadi alasan bagi suatu negara untuk melakukan perdagangan internasional dan selanjutnya membentuk kerjasama perdagangan bebas, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Adanya keuntungan dari pertukaran antar negara yang menjadi pihak dalam perjanjian perdagangan internasional baik yang terlibat dalam hal produksi maupun dalam hal konsumsi. 2. Fokus untuk memproduksi barang dan jasa sesuai dengan keunggulan negara komparatif dan kompetitif suatu negara. 3. Espektasi adanya transfer tekonologi dengan masuknya produk dari negara yang berteknologi modern atau lebih maju dari salah satu negara yang terlibat dalam perjanjian perdagangan internasional tersebut. KESIMPULAN Hubungan Indonesia dan Brazil pada awalnya terjalin baik dan erat satu sama lainnya. Hubungan kedua negara juga diperkuat dengan dibentuknya kemitraan strategis yang pada tahun 2008 yang disepakati oleh kedua negara untuk mempererat dan memperluas kerja sama yang dapat dilakukan kedua negara di berbagai bidang. Hubungan Indonesia dan Brazil pada awalnya terjalin baik dan erat satu sama lainnya. Hubungan kedua negara juga diperkuat dengan dibentuknya kemitraan strategis yang pada tahun 2008 yang disepakati oleh kedua negara untuk mempererat dan memperluas kerja sama yang dapat dilakukan kedua negara di berbagai bidang.