Merupakan Anggaran yang disusun oleh Pemerintah Bersama dengan Lembaga perwakilan rakyat (DPR)
yang berisi tentang Rencana Penerimaan dan Belanja Negara selama 1 tahun anggaran (1 Januari – 31
Desember)
Komponen dalam APBN terdiri dari Pendapatan Negara, Belanja Negara dan Pembiayaan Negara.
Pendapatan Negara
Pendapatan Negara bersumber dari Penerimaan Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan
Hibah
Penerimaan Perpajakan meliputi Penerimaan Pajak (PPh Migas dan Pajak Non Migas) dan Penerimaan
Kepabeanan dan Cukai
Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA Migas dan Non Migas),
Pendapatan BLU, Pendapatan dari Kementerian Negara yang dipisahkan dan PNBP Lainnya.
Belanja Negara
Belanja / Pengeluaran Negara meliputi Belanja Pemerintah Pusat (melalui Belanja Kementerian/Lembaga
dan Belanja Non Kementerian/Lembaga) dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Pembiayaan Anggaran Negara
Orang Pribadi atau Badan yang sudah memenuhi syarat objektif dan syarat subyektif, wajib mendaftarkan diri sebagai
wajib pajak
Jenis Wajib Pajak
Orang Pribadi
Badan
Bendaharawan
Kewajiban Wajib Pajak :
Menghitung
Memperhitungkan
Membayar atau Menyetor Pajak terhutang
Melaporkan
Syarat Subyektif Wajib Pajak
Berdasarkan sistem self assessment setiap WP yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan WP untuk diberikan NPWP, yaitu :
1. Orang Pribadi
Mempunyai penghasilan diatas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) bagi WP yang mendapatkan penghasilan dari satu
pemberi kerja.
Batas PTKP untuk OP (per 1 Januari 2009) sebesar Rp 15.840.000 / tahun
Batas PTKP untuk OP (per 1 Januari 2013) sebesar Rp 24.300.000 / tahun
Batas PTKP untuk OP (per 1 Januari 2015) sebesar Rp 36.000.000 /tahun
Batas PTKP untuk OP (per 1 Januari 2016) sebesar Rp 54.000.000 / tahun
Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat, selain wajib
mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
Wanita menikah yang dikenakan pajak secara terpisah karena :
Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim
Dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta
Syarat Subyektif Wajib Pajak
2. Badan
WP Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong
dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundangan perpajakan
termasuk BUT dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu migas;
WP Badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundangan perpajakan termasuk
bentuk kerjasama operasi;
3. Bendahara
Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai
ketentuan peraturan perundangan perpajakan.
NPWP dan NPPKP
Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, akan diberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak), yaitu nomor identitas bagi Wajib Pajak untuk melaksanakan hak dan kewajiban Perpajakan (Pajak
Penghasilan)
NPWP terdiri dari 15 digit dengan format sebagai berikut :
XX.XXX.XXX.X-XXX.XXX
9 digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi
perpajakan
Bagi Wajib Pajak yang melakukan usaha (Orang Pribadi atau Badan), dengan omset/peredaran usaha lebih
dari 4.800.000.000 pertahun, wajib untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Wajib Pajak
yang sudah ditunjuk sebagai PKP, memiliki kewajiban untuk memungut PPN dan menerbitkan faktur pajak
atas setiap penyerahan Barang atau Jasa Kena Pajak.
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPWP
(pasal 2 ayat 5)
2. WP Badan atau Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas
Paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan atau atas kemauan
sendiri, WP mengajukan permohonan sebelum usaha mulai dijalankan.
Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi terlebih dahulu antara saat
pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai dijalankan.
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPWP
(pasal 2 ayat 5)
Pasal 2 ayat 4
Dirjen Pajak dapat menerbitkan NPWP dan Pengukuhan PKP secara jabatan,
apabila WP tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Pasal 39
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
NPWP atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun atau denda paling
sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
PENGHAPUSAN NPWP
Setiap WP sebagai pengusaha yang dikenai PPN wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP.
1. Pengusaha yang telah melampaui batasan pengusaha kecil pada suatu masa dalam satu tahun buku.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. PMK-197/PMK.03/2013
“Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp
4.800.000.000 (Empat Milyar Delapan Ratus Juta rupiah).”
2. Pengusaha kecil yang memilih menjadi PKP
Wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan penyerahan BKP atau JKP.
Pengusaha kecil yang omsetnya telah melampaui batasan omset Rp 4,8 Milyar / tahun, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan
setelah bulan terlampauinya batasan tersebut.
FUNGSI NPWP DAN NPPKP
Pengusaha Kena Pajak mengisi formulir dan mengajukan permohonan pencabutan NPPKP setelah lewat jangka
waktu 3 bulan setelah akhir tahun pajak
DJP harus memberi keputusan dalam jangka waktu 3 bulan sejak permohonan diterima (dengan pemeriksaan)
Jika lewat jangka waktu tersebut keputusan tidak diberikan maka permohonan dianggap dikabulkan dan Surat
pencabutan NPPKP harus diterbitkan dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah jangka waktu tersebut
berakhir
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan melalui proses pemeriksaan.
Syarat administratif untuk Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) : Utang pajak yang
ada telah dilunasi dan telah dilaksanakan PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan)
PENCABUTAN PKP
JENIS – JENIS SANKSI PERPAJAKAN
2. Sanksi Pidana : merupakan siksaan atau penderitaan sebagai alat terakhir yang
digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.
o Pidana Penjara
o Pidana Kurungan
SANKSI BUNGA
Masalah Sanksi
Bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Pembetulan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak Keuangan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
menjadi lebih besar saat penyampaian SPT berakhir s.d tanggal pembayaran karena
pembetulan SPT dan dikenakan paling lama 24 bulan serta bagian
(Pasal 8 ayat 2 UU 28/2007)
dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
Pada saat jatuh tempo pembayaran pajak yang terutang tidak atau Bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
kurang dibayar Keuangan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh
(Pasal 19 ayat 1 UU 28/2007) tempo sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan dan dikenakan paling lama 24 bulan
Wajib Pajak yang diperbolehkan mengangsur atau menunda Bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
pembayaran pajak Keuangan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan
(Pasal 19 ayat 2 UU 28/2007) dikenakan paling lama 24 bulan.
SANKSI BUNGA
Masalah Sanksi
Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian SPT Bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
(Pasal 19 ayat 3 UU 28/2007) Keuangan yg dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan
SPT s.d tgl dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 bln.
1. Bunga pembayaran
Yaitu bunga karena melakukan pembayaran pajak tidak pada waktunya, dan pembayaran tersebut dilakukan sendiri tanpa
adanya surat tagihan berupa STP, SKPKB dan SKPKBT dan umumnya dibayar dengan menggunakan SSP, yang meliputi :
Bunga karena pembetulan SPT
Bunga karena angsuran/penundaan pembayaran
Bunga karena terlambat membayar
Bunga karena ada selisih antara pajak yang sebenarnya terutang dengan pajak sementara.
2. Bunga penagihan
Yaitu bunga karena pembayaran pajak tidak dilakukan dalam batas waktu pembayaran, yang ditagih dengan menggunakan
surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP.
3. Bunga Ketetapan
Yaitu bunga yang dimasukkan dalam surat ketetapan pajak sebagai tambahan pokok pajak, yang umumnya ditagih dengan
SKPKB.
SANKSI DENDA
Masalah Sanksi
SPT tidak disampaikan atau disampaikan melebihi batas waktu a. Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan OP
(Pasal 19 ayat 3 UU 28/2007) b. Rp 1.000.000,00 untuk SPT Tahunan Badan
c. Rp 500.000 untuk SPT Masa PPN
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat
Faktur Pajak d. Rp 100.000 untuk SPT Masa lainnya.
Pengusaha yg telah dikukuhkan sebagai PKP tidak mengisi Faktur
Pajak secara lengkap
PKP melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dgn masa penerbitan
1% dari DPP (turun dari sebelumnya 2%)
Faktur Pajak.
(Pasal 14 ayat 4 UU 28/2007)
WP yang mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebelum 100% dari jumlah pajak yang kurang bayar (turun dari
dilakukan penyidikan disertai pelunasan utang pajak sebelumnya 150%)
(Pasal 8 ayat 3 UU 28/2007)
3 kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang
Penghentian penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan atas tidak seharusnya dikembalikan
permintaan Menteri Keuangan untuk kepentingan penerimaan negara
(Pasal 44B UU 28/2007)
SANKSI KENAIKAN
Masalah Sanksi
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari Bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
pengungkapan ketidak-benaran pengisian Surat Menteri Keuangan dari jumlah pajak yang kurang bayar dan
Pemberitahuan dikenakan paling lama 24 bulan.
(Pasal 8 ayat 5 UU 28/2007)
SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu
ditegur tidak disampaikan pada waktunya Tahun Pajak
(Pasal 13 ayat 3 UU 28/2007) 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong atau atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong
atau dipungut teapi tidak atau kurang disetorkan;
Berdasarkan hasil pemeriksaan PPN dan PPnBM ternyata 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
tidak seharusnya dikompensasi selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0%
(Pasal 13 ayat 3 UU 28/2007)
SANKSI KENAIKAN
Masalah Sanksi
Kewajiban Pasal 28, 29 tidak dipenuhi 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu
(Pasal 13 ayat 3 UU 28/2007) Tahun Pajak
100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong atau atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan
dipotong atau dipungut teapi tidak atau kurang disetorkan;
100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
Ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum 100% dari jumlah kekurangan pajak
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang
terutang
(Pasal 15 ayat 2 UU 28/2007)
Diterbitkan SKPKB atas Keputusan Pengembalian 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak
Pendahuluan Kelebihan Pajak (Pasal 17C ayat 5 UU 28/2007)
SANKSI PIDANA
Setiap orang yang dengan sengaja:
a. tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak, atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak
b. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
c. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
d. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
e. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar
f. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau meminjamkan buku, catatan dan dokumen
lainnya
g. Tidak menyimpan buku, catatan atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain.
h. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut;
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah
pajak terutang dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pidana sebagaimana dimaksud ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang
perpajakan sebelum lewat 1(satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan