Anda di halaman 1dari 18

PEMBANGUNAN DESA

By. Roza Yulida, SP.,MSi


PEMBANGUNAN

Pengertian:
- Suatu proses yang dinamis menuju keadaan sosial ekonomi yang
lebih baik atau modern
- suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan
(Carolie dan Louise)
- Suatu proses perubahan sosial dalam suatu masyarakat, yang
diselenggarakan dengan jalan memberi kesempatan yang seluas-
luasnya pada masyarakat untuk berpartisipasi, untuk mendapatkan
kemajuan baik secara sosial maupun material (termasuk dalam hal
ini adalah pemerataan, kebebasan, dan berbagai kualitas lain yang
diinginkan agar menjadi lebih baik) bagi mayoritas warga
masyarakat itu, dengan mengendalikan lingkungan hidup mereka
secara lebih baik (Rogers)
DESA :
 Desa (desi,dusun): tempat asal, tempat tinggal, negeri asal atau tanah
leluhur yang merujuk pada kesatuan hidup, kesatuan norma dan batas
yang jelas
 Satu kesatuan wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah
terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam kerangka NKRI (UU No.5 Tahun 1974
disempurnakan Tahun 1979)
 Kesatuan hukum, bertempat tinggal masyarakat yang berkuasa dan
pemerintahan sendiri (Inayatullah)
 Kelembagaan, daerah hukum yang ada sejak beberapa keturunan dan
mempunyai ikatan sosial yang hidup serta tempat tinggal menetap dengan
adat istiadat sebagai landasan hukum dan mempunyai seorang pemimpin
formil (Siagian)
 Statistik, tempat-tempat dengan jumlah penduduk kurang dari 2.500,
kecuali bila disebutkan lain dan Psikologi, Daerah dengan tingkat
pergaulan dengan derajat intensitas yang tinggi (Landis)
Lima Komponen (Subsistem) Yang
Menyusun Desa:

1. Komponen Sumber Daya Pertanian dan


Lingkungan Hidup
2. Komponen Perekonomian Wilayah
Pedesaan
3. Komponen Kelembagaan Sosial Pedesaan
4. Komponen Sumber Daya Manusia
5. Komponen Sarana dan Prasarana Fisik
(Muhammad)
TIPOLOGI DESA

Tipologi Desa Secara Umum:


1. Desa Pertanian
2. Desa Peternakan
3. Desa Industri
Tipologi Desa Berdasarkan Tempat Tinggal
- Desa Pegunungan
- Desa Pantai
- Desa Perbatasan
- Desa Dataran Rendah
- Desa Sungai
Lanjutan....

Tipologi Desa di Indonesia (Instruksi Menteri Dalam Negeri No.


11 Tahun 1972):
- Desa Swadaya: kehidupan masih tradisional sangat
terikat dengan adat istiadat
- Desa Swakarsa: telah mengalami perkembangan
yang agak maju, memiliki landasan berkembang
lebih baik serta penduduknya relatif kosmopolit
- Desa Swasembada: telah memiliki kemandirian
dalam segala hal terkait dengan aspek sosial
ekonominya
Ciri-ciri masyarakat Pedesaan:
(Soekanto, 1982)

 Warga memiliki hubungan yang lebih erat


 Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar
kekeluargaan
 Umumnya hidup dari pertanian
 Golongan orang tua memegang peranan penting
 Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan
rakyat bersifat informal
 Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan
 Kehidupan keagamaan lebih kental
 Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik
dari kota
FAKTA.....

 Sekitar 60% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan.

 70% dari total penduduk di pedesaan yang berjumlah 21.141.


273 rumah tangga hidup dari pertanian. Sebagian besar adalah
petani pangan berupa padi dan holtikultura. Sebagian lain di
perkebunan, peternakan, hasil hutan dan perikanan.

 Setengah dari petani itu, 50% adalah petani yang memiliki


lahan yang sempit, kurang dari 0,5 ha bahkan tuna kisma,
sehingga sebagian besar bekerja sebagai buruh tani dan buruh
perkebunan.
Lanjutan....

 Perbedaan penguasaan dan kepemilikan atas tanah-tanah


pertanian tiap tahunnya semakin tampak. Konsentrasi
kepemilikan lahan pun semakin tajam. Hasil Sensus Pertanian
2003 menyebutkan, jumlah rumah tangga petani gurem
dengan penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektar—milik sendiri
maupun menyewa—meningkat 2.6 persen per tahun dari 10.8
juta rumah tangga (1993) menjadi 13.7 juta rumah tangga
(2003). Untuk jumlah petani gurem saja, pada 1983
persentasenya mencapai 40.8 persen. Pada 1993 meningkat
menjadi 48.5 persen dan pada 2003 kembali meningkat
menjadi 56.5 persen. Dari 24.3 juta rumah tangga petani
berbasis lahan, terdapat 20.1 juta (82.7 persen) di antaranya
dapat dikategorikan miskin. Itu menunjukkan ketimpangan
distribusi pemilikan tanah.
 Menurut Berita Resmi Statistik (September 2006), 63.41 persen
penduduk miskin ada di daerah pedesaan. Angka pengangguran
telah meningkat dari 9.86 persen pada tahun 2004 menjadi 10.28
persen pada tahun 2006. Dari angka tersebut, pengangguran di
pedesaan mencapai 5.4 persen—artinya dari keseluruhan
pengangguran di Indonesia, lebih dari setengahnya berada di
wilayah pedesaan.

 Sebaliknya, di pulau Jawa misalnya terdapat 10 persen penduduk


yang pada awalnya memiliki 51,1 persen tanah (1995) meningkat
menjadi 55,3 persen (1999). Demikian juga perusahaan-perusahaan
perkebunan, Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perusahaan
pertambangan yang menguasai lahan dengan luas ratusan ribu
hektar. Selain itu disektor perkebunan terdapat lahan seluas
2.920.102 hektar yang dikontrol hanya oleh sembilan perusahaan.
TEORI PEMBANGUNAN

A. Pendekatan Pertumbuhan (Growth Approach)


- Menggambarkan tahapan dalam pembangunan
yang terkait dengan investasi modal besar untuk
mendongkrak sumberdaya dan potensi pada
masyarakat (Rostow, 1960)
- Strategi pembangunan yang dirancang dengan
sasaran mencapai tingkat pertumbuhan (ekonomi)
yang tinggi dalam tempo yang singkat
- Terbukanya investasi besar-besaran modal asing,
dengan asumsi bahwa akan terjadi “trickle down
effect”
B. Pendekatan Pertumbuhan dan Pemerataan
(Redistribution of Growth Approach)

Mengungkapkan tipe-tipe Indikator Perkembangan


Pembangunan suatu Negara (Adelman dan Morris,
1973):
1. Indikator-indikator sosial budaya (Sociocultural
Indicators)
2. Indikator-indikator Politik (Political Indicators)
3. Indikator-indikator ekonomi (Economic Indicators)
c. Paradigma Ketergantungan (Dependence
Paradigm)

Paradigma ini menunjukkan bahwa munculnya


sifat ketergantungan merupakan penyebab
terjadinya keterbelakangan negara
berkembang. Oleh karena itu untuk
membebaskan diri diperlukan upaya
pembebasan dari rantai yang membelenggu
(Cardoso, 1970-an)
D. Tata Ekonomi Internasional Baru (The New
International Economic Order)

 Pendekatan ini muncul untuk mengatasi


ketidakseimbangan hubungan antara negara
industri dan negara belum dan sedang
berkembang
 Mencakup proses pembuatan dan
pengambilan keputusan, pengembangan
prasyarat investasi, pengadaptasian
teknologi yang baru, serta relasi
perdagangan (Deklarasi TEIB, 1974)
E. Pendekatan Kebutuhan Pokok
(The Basic Needs Approach)

 Pendekatan ini muncul di Argentina sebagai salah satu


alternatif pelaksanaan pembangunan, untuk mengatasi
masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial
 Proposisi bahwa kebutuhan pokok tidak mungkin dapat
dipenuhi jika masyarakat masih berada dibawah garis
kemiskinan serta tidak mempunyai pekerjaan untuk
mendapatkan pendapatan yang lebih baik
 Sasaran yang dikembangkan: (1) membuka lapangan
pekerjaan; (2) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; (3)
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat
F. Pendekatan Kemandirian
(The Self-Reliance Approach)

 Pendekatan ini muncul sebagai upaya negara belum


dan sedang berkembang untuk melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap negara industri (Hadad,
1980)
 Ada 2 perspektif dalam pendekatan ini; (1) hubungan
timbal balik dan saling menguntungkan dalam
perdagangan dan kerjasama pembangunan; (2)
lebih mengandalkan kepada kemampuan dan
sumber daya sendiri
BAGAIMANA DENGAN
PEMBANGUNAN DESA ???........

 Paradigma pembangunan yang mengarah


pada pertumbuhan membawa desa sebagai
subordinasi kota dan mengabdikannya pada
industri
 Berbagai kelemahan baik di bidang ekonomi,
politik dan berbagai kemandekan kreatifitas
masyarakat desa merupakan bagian integral
dari dampak pembangunan
Lanjutan....

 Sebagai ide perubahan, pembaruan desa berbasis


pada masyarakat pedesaan sebagai tumpuannya
 Mengingat kemandirian desa dan potensi yang besar
dari komunitasnya, maka pembaruan desa telah
memiliki landasan yang mapan
 Potensi sosial, ekonomi dan berbagai aspek lain
harus diletakkan dalam kerangka kemandirian dan
keswadayaan dengan tetap melihat kearifan dan
berbagai karakteristik lokal (Purnomo, 2004)

Anda mungkin juga menyukai