Anda di halaman 1dari 9

Bab V

PUASA
 Puasa
“Saumu” (Puas), menurut Bahasa Arab adalah “menahan dari segala
sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang
tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit Fajar sampai
terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
 Puasa ada empat macam
1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan Ramadhan, puasa kafarat, dan puasa
nazar.
2. Puasa sunat
3. Puasa makruh
4. Puasa haram, yaitu puasa pada Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Haji, Puasa
bulan Ramadhan itu merupakan salah satu dari rukun islam yang lima,
diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, yaitu tahun kedua sedudah Nabi
Muhammd Saw. Hijrah ke Madinah. Hukumnya fardu’ain atas tiap-tiap
mukallaf (balig dan berakal).
Puasa Ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah satu
dari ketentuan-ketentuan berikut:
1. Dengan melihat bulan bagi yang melihat sendiri.
2. Dengan mencukupkan bulan Sya’ban tiga puluh hari, maksudnya bulan
tanggal Sya’ban itu dilihat. Tetapi kalau bulan tanggal satu Sya’ban tidak
terlihat, tentu kita tidak dapat menentukan hitungan, sempurnanya tiga
puluh hari.
3. Dengan adanya melihat (ru-yat) yang dipersaksikan oleh seorang yang
adil di muka hakim.
4. Dengan kabar mutawatir, yaitu kabar orang banyak, sehingga mustahil
mereka akan dapat sepakat berdusta atau sekata atas kabar yang dusta.
5. Percaya kepada orang yang melihat.
6. Tanda-tanda yang bisa dilakukan di kota-kota besar untuk memberi
tahukan kepada orang banyak (umum), seperti lampu, Meriam,dan
sebagainya.
7. Dengan ilmu hisab atau kabar dari ahli hisab (ilmu bintang).
 Syarat wajib puasa
1. Berakal. Orang yang gila tidak wajib berpuasa.
2. Balig (umur 15 tahun keatas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak
wajib puasa.
3. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau
sakit, tidak wajib puasa.
 Syarat sah puasa
1. Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa.
2. Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik).
3. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan),
orang yang haid ataupun nifas itu tidak sah berpuasa, tetapi keduanya
wajib mengqada (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa pada
dua hari raya dan hari Tasyriq (tanggal 11-12-13 bulan Haji).
 Fardu (rukun) puasa
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam sebelum bulan Ramadhan. Yang
dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit Fajar sampai
terbenam matahari.
 Yang membatalkan puasa
Yang membatalkan puasa ada 6 perkara:
1. Makan dan minum (Qs Al-Baqarah : 187). Maka dalam minum yang
membatalkan puasa ialah apabila dilakukan dengan sengaja. Kalau tidak
sengaja, misalnya lupa, tidak membataklan puasa.
2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali ke dalam.
Muntah yang tidak disengaja tidaklah membatalkan puasa.
3. Bersetubuh (Qs Al-Baqarah: 187) Laki-laki yang membatalkan puasanya
dengan bersetubuh diwaktu siang hari di bulan Ramadhan, sedangkan dia
berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar kafarat. Kafarat ini ada
tiga tingkat : (a) memerdekakan hamba, (b) (kalau tidak sanggup
memerdekakan hamba) puasa dua bulan berturut-turut, (c) (kalau tidak
kuat puasa) bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan kepada
enam puluh fakir miskin, tiap-tiap orang ¾ liter.
4. Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sehabis melahirkan).
5. Gila. Jika gila itu datang waktu siang hari, batallah puasa.
6. Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan atau
lainnya). Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada
persetubuhan, maka hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Adapun keluar
mani karena bermimpi, mengkhayal dan sebagainya, tidak membatalkan puasa.
 Boleh berbuka
Orang – orang yang diperbolehkan berbuka pada bulan Ramadhan adalah sebagai
berikut:
1. Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa, atau apabila berpuasa maka
sakitnya akan bertambah parah atau akan melambatkan sembahnya menurut
keterangan yang ahli dalam hal itu. Maka orang tersebut boleh berbuka, dan ia
wajib mengqada apabila sudah sembuh, sedangkan waktunya adalah sehabis
bulan puasa nanti.
2. Orang yang dalam perjalanan jauh (80, 640 km) boleh berbuka, tetapi ia wajib
mengqada puasa yang ditinggalkannya. (Qs. Al-Baqarah: 185) Barang siapa sakit
atau sedang dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghentikan kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kekurangan bagimu.
3. Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya, atau
karena memang lemah fisiknya, bukan karena tua. Maka ia boleh berbuka,
dan ia wajib membayar fidyah (bersedakah) tiap hari ¾ liter beras atau yang
sama dengan itu (makanan yang menyenyangkan) kepada fakir dan miskin.
(Qs. Al-Baqarah: 184) Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankan
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan
seorang miskin.
4. Orang hamil dan orang yang menyusui anak. Kedua perempuan tersebut,
kalau takut akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta
anaknya, boleh berbuka, dan mereka wajib mengqada sebagaimana orang
yang sakit. Kalau keduanya hanya takut akan menimbulkan mudarat
terhadap anaknya (takut keguguran, atau kurang susu yang dapat
menyebabkan si anak kurus), maka keduanya boleh berbuka serta wajib
qada dan wajib fidyah (memberi makan fakir miskin, tia-tiap hari ¾ liter).
Keterangannya adalah ayat di atas (Qs. Al-Baqarah: 184)
 Sunat Puasa
1. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah
terbenam. Dari Sahl bin Sa’ad, “Rasullah Saw. Berkata, ‘Senantiasa manusia
dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air. Dari Anas,
“Nabi Saw, berbuka dengan rutab (kurma gemading) sebelum salat; kalau
tidak ada, dengan kurma;kalau tidak ada juga, beliau minum beberapa
teguk.’’ (Riwayat Abu Daud dan Tarmizi)
3. Berdoa sewaktu buka puasa. Dari Ibnu Umar, “Rasulullah saw, apabila
berbuka puasa, beliau berdoa: Ya Allah, karena Engkau saya berpuasa, dan
dengan rezeki pemberian Engkau saya berbuka, dahaga telah lenyap dan
urat-urat telah minum, serta pahala telah tetap bial Allah Swt,
menghendaki. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
4. Makan sakur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menahan
kekuatan ketika puasa. Dari Anas, “Rasulullah Saw. Telah berkata “Makan
sahurlah kami. Sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkat
(menguatkan badan menahan lapar karena puasa),’’(Riwayat Bukhari dan
Muslim)
5. Menta-khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum Fajar. Dari
Abu Zarr, “Rasulullah Saw, telah berkata ‘Senantiasa umatku dalam
kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka’.”
(Riwayat Ahmad)
6. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa. “Barang siapa
memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang puasa, maka ia
mendapatkan ganjaran sebanyak ganjaran orang yang puasa itu, tidak kurang
sedikit pun.’’ (Riwayat Tirmizi)
7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa. Dari Anas,
‘’Ditanyakan orang kepada Rasulullah Saw. ‘Kapankah sedekah yang lebih
baik? Jawab Rasulullah Saw, ‘Sedekah yang paling baik ialah sedekah pada
bulan Ramadhan’.” (Riwayat Tirmizi)
8. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan memperlajarinya (belajar atau
mengajar) karena mengikuti perbuatan Rasulullah Saw.

Anda mungkin juga menyukai