Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN KEUANGAN

MODUL 8
PENDANAAN JANGKA PANJANG, TEORI OPSI,
PENDANAAN HYBRID, DAN SEWA GUNA

KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH:
1. ERIN MELANTI
2. JIMMY
3. LIZA AGUSTINA
4. SITI MASITOH
5. TEGUH JULIANTO
KEGIATAN BELAJAR 1
Pendanaan Jangka Panjang
A. PENERBITAN SEKURITAS DI PASAR MODAL

 MENERBITKAN OBLIGASI.
Secara ringkas persyaratan dan prosedurnya adalah sebagai berikut.
1. Setelah jumlah yang akan dihimpun ditentukan, maka tentukanlah kupon obligasi
yang akan diterbitkan. Besarnya kupon tergantung pada peringkat obligasi yang
akan diterbitkan. Semakin tingg iperingkatnya (peringkat AAA merupakan
peringkat paling tinggi) makin aman obligasi tersebut dimata para calon
pemodal.
2. Dapatkan persetujuan dari otoritas pasar modal. Di Indonesia otoritas yang
memberikan persetujuan adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
3. Organisir public expose untuk menjelaskan maksud, tujuan dan prospek investasi
yang akan dibiayai dengan obligasi tersebut. Pada Kegiatan ini perusahaan akan
mengundang calon-calon pemodal.
4. Hubungi perusahaan sekuritas untuk menjamin dan menjadi agen penjual
obligasi kita.
 
 MENERBITKAN SAHAM.
Secara ringkas persyaratan dan prosedurnya adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang besar danbaik. Berbentuk
perseroan terbatas karena menerbitkan saham, perusahaan besar karena
biaya emisi cukup besar dan sebagaimana diantaranya bersifat tetap
sehingga tidak ekonomis kalau dana yang dihimpun tidak banyak,
perusahaan yang baik karena diharapkan berkembang dimasa yang akan
datang.
2. Memperoleh persetujuan dari otoritas yang berwenang, yaitu Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Beberapa hal yang harus dipenuhi diantaranya
adalah (1) persetujuan dari pemegang saham untuk merubah perusahaan
menjadi PT tbk (ditunjukkan oleh keterangan dari notaris), (2) laporan
keuangan wajar tanpa perkecualian (ditunjukkan oleh keterangan dari
akuntan publik), (3) perusahaan tidak sedang menghadapi sengketa
hukum (ditujukan oleh surat dari lawyer), (4) berbagai ase ttetap yang
dimiliki telah dinilai kewajarannya oleh appraisal, dan lain-lain.
3. Minta perusahaan sekuritas menjadi penjamin emisi dan mengorganisir
penawaran saham (pada harga berapa?)
4. Terdaftar di bursa efek.
Salah satu tahap yang paling sulit bagi perusahaan yang
melakukan IPO adalah menetapkan harga saham yang akan
ditawarkan ke publik karena belum ada harga acuannya.
Contoh permasalahan dan cara penentuan harga misalkan
neraca PT. ARDI sebelum melakukan IPO adalah sebagai
berikut.
Angka ini adalah 2x nilai buku ekuitas, Atau price to book value
(PBV) = 2x. Bagi perusahaan yang baik.PBV>1.
Dengan demikian, taksiran nilai ekuitas lama dan rencana
penghimpunan ekuitas baru plus NPV nya adalah sebagai
berikut.
Karena itu perlu ditaksir nilai ekuitas selama perusahaan
tersebut. Misalkan sebelum melakukan IPO rata-rata ROE
perusahaan sebesar 20%. Berarti laba bersih Setelah pajak (EAT)
= Rp. 60 miliar.
Dari EAT tersebut 30% dibagikan sebagai dividen dan 70% nya
ditahan.Kalau diasumsikan perusahaan sudah berada pada tahap
pertumbuhan konstan, maka pertumbuhan laba dan dividen
(yaitu g) = 0,70(0,20) =0,14.
Misalkan cost of equity PT. ARDI ditaksir sebesar 0,7 , dengan
demikian taksiran nilai ekuitas PT. ARDI adalah
NILAI EKUITAS = 0,3 (Rp. 60 miliar)/0,17-0,14)= Rp. 600 miliar.
Angka ini adalah 2x nilai buku ekuitas, Atau price to
book value (PBV) = 2x. Bagi perusahaan yang baik.
PBV>1.
Dengan demikian, taksiran nilai ekuitas lama dan
rencana penghimpunan ekuitas baru plus NPV nya
adalah sebagai berikut.
B. SUMBER DANA JANGKA PANJANG DALAM
BENTUK UTANG
1. Kreditjangkapanjang
Misalkan suatu perusahaan memperoleh pinjaman
(kredit) sebesar Rp. 2000 juta, sukubunga 11% per
tahun selama 5 tahun. Perusahaan harus mengangsur
secara anuitas (artinya angsuran pertahunnya sama)
selama 5 tahun dimulai dari tahun 1. angsuran
pertahunnya bisa dihitung sebagai berikut.
Angsuran sebesar Rp. 541,14 juta tersebut terdiri dari
angsuran pokok pinjaman plus bunga. Perkembangan
saldo pokok pinjaman dan bunga yang dibayarkan per
tahun nampak sebagai berikut
Pada tahun 1, dari total angsuran sebesar Rp. 541,14
juta maka sebesar Rp. 220 juta adalah untuk
pembayaran bunga (karena pokok pinjamannya
masihRp. 2000 juta), dan sisanya sebesarRp. 321, 14
merupakan angsuran pokok pinjaman.
Dengan demikian, pada akhir tahun 1 pinjaman tinggal
Rp. 1.678,86 juta dan bunga yang dibayar pada tahun
ke-2 adalah sebesarRp. 184,67 juta, sisanya sebesarRp.
356,74 juta untuk membayar angsuran pokok
pinjaman. Demikian seterusnya, pada akhir tahun ke-5
pokok pinjaman habis, sebesarRp. 0
2. Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda utang jangka panjang, dan
umumnya tidak dijamin dengan aset tertentu. Oleh karena
itu, kalau perusahaan bangkrut, pemegang obligasi akan
diperlakukan sebagai kreditor umum.
Obligasi akan mencantumkan hal-hal berikut.
a. Nilai pelunasan (nominal) atau face value.
b. Jangka waktu akan dilunasi (tenor).
c. Bunga yang dibayarkan (disebut sebagai coupon rate).
d. Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan.
Peringkat Obligasi.
Di samping suku bunga yang sedang berlaku (seperti suku bunga
deposito), coupon rate tersebut juga dipengaruhi oleh seberapa aman
obligasi tersebut. Semakin kecil kemungkinan obligasi tersebut
mengalami default (gagal bayar), semakin rendah coupon rate yang
dapat ditawarkan.
Apabila obligasi ingin ditawarkan sesuai dengan nilai nominalnya,
maka coupon rate obligasi tersebut sama dengan discount rate
(tingkat keuntungan yang diinginkan oleh pemegang obligasi).
Secara lengkap discount rate tersebut akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu: Discount rate = real rate + inflasi + premi
default + premi likuiditas + premi maturity.
Makin tinggi inflasi yang diharapkan makin besar tingkat bunga
yang harus ditawarkan. Semakin tinggi kemungkinan gagal bayar,
semakin besar premi default obligasi tersebut. diperdagangkan
(makin tidak likuid) makin tinggi premi likuiditasnya. Semakin lama
jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi premi maturitynya. Real
rate merupakan angka yang positif, biasanya sekitar 2 - 3% per tahun.
Obligasi dengan suku bunga mengambang.

Apabila tingkat bunga naik maka harga obligasi akan turun, dan
sebaliknya. Pada saat suku bunga naik, coupon rate ikut naik,
demikian juga pada waktu tingkat bunga turun.
Misalnya coupon rate suatu obligasi dengan suku bunga
mengambang dinyatakan sebagai berikut:
Coupon rate - BI rate + 3% berlaku selama setahun sejak
diumumkan. BI rate merupakan acuan suku bunga yang
diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodikal. Misalkan pada 1
Mei 2014 BI mengumumkan bahwa BI rate sebesar 6,5%. Maka
obligasi tersebut memberikan kupon sebesar 9,5% selama setahun
ke depan. Apabila pada 1 Mei 2015 BI mengumumkan BI rate sebesar
7%, maka obligasi tersebul memberikan kupon 10% untuk setahun
ke depan. Dengan demikian, apapun yang terjadi dengan perubahan
suku bunga, pemegang obligasi (dan penerbit) obligasi tersebut
akan menerima (dan membayar) 3% di atas BI rate. BI rate dipilih
karena sering dipakai sebagai acuan suku bunga bebas risiko.
Obligasi dengan call price.
Merupakan obligasi yang bisa dilunasi oleh perusahaan dengan
harga tertentu. Bagi pemegang obligasi, apabila suku bunga
turun maka harga obligasi akan naik.

Mengganti obligasi lama dengan obligasi baru.


Pada saat suatu obligasi dipanggil untuk dilunasi sesuai dengan
call price-nya, biasanya perusahaan akan menggantinya dengan
obligasi baru dengan coupon rate yang lebih rendah. Kalau tidak
perusahaan akan memerlukan dana yang sangat besar untuk
melunasi obligasi lama tersebut, padahal dana tersebut mungkin
masih diperlukan. Dalam peristiwa penggantian obligasi lama
dengan obligasi baru, umumnya terdapat jangka waktu yang
overlap. Misalnya, obligasi baru diterbitkan bulan Januari 2015
dan obligasi lama baru dapat ditarik bulan April 2015. Dengan
demikian, terdapat dua bulan periode overlap-nya.
Debentures, subordinated debentures, dan income
bonds.
Debenture merupakan obligasi yang tidak dijamin dengan
aktiva tertentu (unsecured bonds). Kadang-kadang
perusahaan menerbitkan obligasi yang dalam prioritas
pelunasannya (dalam peristiwa likuidasi) berada di bawah
debenture. Dengan kata lain, setelah debenture dilunasi,
barulah obligasi yang di bawahnya dilunasi. Tipe obligasi ini
disebut sebagai subordinate debenture, Jadi, obligasi juga
bisa mempunyai "senioritas". Artinya, obligasi yang lebih
senior akan dilunasi terlebih dahulu daripada obligasi yang
lebih junior. Obligasi yang lebih junior ini disebut sebagai
subordinated debenture (subordinate berarti di bawahnya).
Ada juga obligasi yang hanya membayarkan bunga apabila
perusahaan memperoleh keuntungan, Obligasi semacam ini
disebut sebagai income bonds.
Zero coupon bonds.
Yaitu obligasi yang tidak membayarkan
bunga. Untuk itu zero coupon bonds akan
dijual dengan discount. Penerbitan zero
coupon bonds sering didasarkan atas
maksud untuk memperoleh keuntungan
karena present value pembayaran pajak. Hal
ini disebabkan diskon yang ditanggung
perusahaan karena menerbitkan zero
coupon bonds dapat diamortisasi (disusut)
dan mengurangi beban pajak. yang tidak
membayarkan bunga.
Berikut ini diberikan contoh tentang manfaat
penghematan pajak karena penerbitan zero coupon
bonds.
PT. AA memerlukan tambahan dana sebesar Rp100 miliar
dengan jangka waktu 3 tahun. Untuk itu, perusahaan
tersebut dapat menerbitkan obligasi biasa dengan
compon tetap sebesar 9% per tahun yang akan dilunasi
pokok pinjamannya pada waktu 3 tahun, dan diperkirakan
akan terjual dengan nilai nominal. Tarif pajak penghasilan
yang ditanggung adalah 25%. Diperkirakan dana tersebut
kalau dipergunakan dapat menghasilkan tingkat
keuntungan (atau basic earnings power) sebesar 15%.
Apabila altenatif ini dipilih maka proyeksi pembayaran
pajak selama 3 tahun ke depan akan tampak sebagai
berikut.
Dengan demikian, pajak penghasilan yang dibayar
selama 3 tahun adalah Rp4,5 miliar. Apabila
dipergunakan tingkat bunga 9% (yaitu cost of debr)
untuk menghitung PV pembayaran pajak ini maka:
Alternatif lain adalah menerbitkan zero coupon bonds yang dijual
dengan diskon. Oleh karena coupon bonds dapat dijual dengan nilai
nominal apabila coupon rate-nya 9% per tahun maka berarti para
calon pemodal menginginkan tingkat keuntungan sebesar 9% untuk
obligasi tersebut (ingat tingkat keuntungan ini merupakan cost of
debt bagi perusahaan). Dengan demikian, untuk dapat menghimpun
Rp100 miliar apabila zero coupon bonds diterbitkan maka nominal
zero coupon bonds tersebut haruslah,.
Nominal zero coupon bonds Rp100(1 + 0,09)- Rp129,5 miliar
(dibulatkan).
Hal ini berarti bahwa obligasi yang tidak membayarkan bunga senilai
Rp129,5 miliar yang akan dilunasi pada tahun ke-3 ditawarkan kepada
para pemodal dan mereka hanya bersedia membayar dengan harga
Rp100 miliar (karena mereka menginginkan tingkat keuntungan 9%
per tahun) pada tahun ke 0. Dengan demikian, diskon yang
ditanggung perusahaan adalah Rp129,5 - Rp100 Rp29,5 miliar. Diskon
ini dapat diamortisasi selama 3 tahun sehingga amortisasi per
tahunnya = Rp29,5miliar/ 3- Rp9,83 miliar. Perhitungan beban pajak
penghasilan tampak sebagai berikut.
Kita lihat bahwa pajak yang dibayar setiap tahun lebih
kecil daripada seandainya menerbitkan obligasi
dengan kupon (yaitu hanya Rp1,29 miliar
dibandingkan dengan Rp1,5 miliar). Dengan demikian,
pajak penghasilan yang dibayar selama 3 tahun adalah
Rp3,87 miliar (yaitu 3 x Rpl,29 miliar).
Apabila dipergunakan tingkat bunga 9% (yaitu cost of
debt) untuk menghitung PV pembayaran pajak ini
maka
PV pembayaran pajak = 3,27 miliar (dibulatkan)
Dengan demikian, tampak bahwa penggunaan zero
coupon bonds dapat menghemat pembayaran pajak
dengan present value penghematan sebesar Rp0,53
miliar.
C.MODAL SENDIRI ATAU EKUITAS
1.Saham Biasa(CommonStock)
Saham menunjukkan bukti kepemilikan,sedangkan obligasi
merupakan surat tanda utang jangka panjang yang diterbitkan
oleh perusahaan.Pemilik saham suatu perusahaan,disebut
sebagai pemegang saham,merupakan pemilik saham.
Diindonesia,saham yang diterbitkan oleh perusahaan dan
dijual dipasar modal bisa mempunyai nilai nominal bisa pula
tidak.
Berikut ini contoh akun ekuitas (modal sendiri) dari PT Sari
Husada Tbk,yang disajikan neraca akhir 2002.
Informasi tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan bisa menerbitkan saham sampai
dengan 230 juta lembar saham tanpa harus
merubah anggaran dasar, dan ini disebut sebagai
modal dasar. Tidak semua saham tersebut telah
diterbitkan. Dalam contoh yang telah diterbitkan
dan modalnya telah disetor penuh adalah
188.352.433 lembar. Ini disebut sebagai saham yang
diterbitkan dan disetor penuh (issued stock).
Dengan demikian, kalau perusahaan tidak merubah
modal dasarnya, perusahaan hanya masih bisa
menerbitkan saham baru lagi sebanyak 41.647.567
lembar saham.
Sewaktu perusahaan menjual saham-sahamnya ke para pemodal dipasar modal,
para pemodal ternyata bersedia membayar saham-saham tersebut dengan harga
diatas nilai nominal. Selisih antara harga yang dibayar oleh para pemodal dengan
nilai nominal disebut sebagai "tambahan modal disetor dengan jumlah Rp172.864
juta.
Perusahaan pernah melakukan penilaian kembali aktiva tetap. Misalnya, tanah
yang dulu dibeli dengan harga yang masih sangat murah, kemudian dinilai
kembali. Dengan demikian, nilai tanah tersebut meningkat dan akun
penyeimbangnya adalah peningkatan ekuitas (modalsendiri). Bagi PT. Sari
Husada Tbk. Jumlah ini sebesar Rp1.145 juta.
Laba yang tersedia bagi pemegang saham mungkin sekali tidak seluruhnya
dibagikan sebagai dividen. Dengan demikian, akan terdapat rekening laba yang
ditahan atau saldo laba yang dicadangkan. Saldo laba yang dicadangkan bisa
telah ditentukan penggunaannya bisa pula belum. Dalam contoh kita sebesar
Rp98.208 juta dicadangkan untuk cadangan umum, Rp166.413 juta dicadangkan
untuk cadangan ekspansi dan Rp304./32 juta belum ditentukan penggunaannya.
Dengan demikian, jumlah keseluruhan nilai buku ekuitas adalah Rp837.539 juta,
yang berarti Per lembar sahamnya adalah sekitarRp4.446.Nilai ini disebut sebagai
book value per share dan kadang-kadang juga sebagai net asset value per lembar
saham.
2.SertifikatBuktiRights
Penerbitan rights dilakukan dengan cara sebagai berikut. Misalkan, suatu
perusahaan saat ini memiliki jumlah lembar saham sebanyak 200 juta
dengan harga pasar saat ini Rp5.000,00 per lembar. Perusahaan memerlukan
tambahan dana sebesar Rp150,00 miliar untuk ekspansi. Perusahaan dapat
saja menerbitkan saham baru dan menawarkan kepada publik umum.
Apabila cara ini ditempuh, umumnya perusahaan harus menggunakan jasa
lembaga penjamin (yang akan menjamin bahwa penerbitan tersebut akan
laku terjual semua) atau menawarkan saham baru dengan harga yang lebih
rendah dari harga saham saat ini. Keduanya akan mengakibatkan
perusahaan menanggung biaya. Pilihan yang pertama mengakibatkan
perusahaan harus membayar fee kepada pihak penjamin, dan yang kedua
berarti distribusi kemakmuran kepada pemegang saham baru.
Untuk itu, alternatif lain adalah menawarkan kepada para pemegang saham
lama untuk membeli saham baru. Agar pemegang saham lama berminat
untuk membeli saham baru tersebut, perusahaan akan menawarkan saham
baru tersebut dengan harga yang (jauh) lebih murah dari harga saham saat
ini. Dalam proses ini jasa penjaminan yang diperlukan umumnya lebih
murah daripada kalau dilakukan secondary offering langsung kepada publik.
Misalkan, perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak 50
juta lembar lagi, dan ditawarkan dengan harga Rp3.000,00 per
lembar (dengan demikian akan terkumpul Rp150 miliar). Dengan
demikian, setiap pemilik 4 lembar saham lama diberi hak membeli
satu lembar sahamb baru. Kepada mereka, kemudian dibagikan
bukti rights sesuai dengan jumlah saham yang mereka miliki. Bagi
mereka yang tidak ingin membeli saham baru dapat menjual bukti
right tersebut. Oleh karena penawaran tersebut hanya dibatasi
kepada pemegang saham lama maka penawaran tersebut disebut
sebagai penawaran terbatas.
Setelah penerbitan rights, jumlah lembar saham akan meningkat,
sedangkan jumlah dana yang disetor tidaklah sama dengan nilai
saham yang lama.Sebagai akibatnya, harga saham akan turun.
Perusahaan menerbitkan rights seringkali adalah untuk menghemat
biaya emisi dan juga untuk menambah jumlah lembar saham yang
diperdagangkan. Umumnya diharapkan penambahan jumlah lembar
saham dibursa akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham
tersebut (istilahnya adalah meningkatkan likuiditas saham).

Anda mungkin juga menyukai