Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
BAYI RESIKO TINGGI
DENGAN BBLR
Novita Fajriyah S.kep., Ns M.Kep
DefenIsi
 Sejak tahun1961 WHO telah mengganti istilah
premature baby dengan low birth weight baby
( bayi berat lahir rendah = BBLR yaitu bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.
Klasifikasi Kondisi BBLR

 Prematuritas murni : usia kehamilan


< 37 minggu dgn BB sesuai dengan
usia kehamilan.
 Dismaturitas/KMK (kecil masa
kehamilan) : BB bayi kurang dari BB
semestinya sesuai dgn usia kehamilan.
 Postmatur : bayi lahir dgn BB < 2.500
gram pada masa kehamilan > 42
minggu.
ETIOLOGI

1. Faktor Ibu
 Gizi saat hamil kurang
 Umur < 20 thn atau > 35 tahun.
 Jarak hamil & bersalin terlalu dekat
 Penyakit menahun ibu : HT, TB, DM, dll.
 Kerja berat
2. Faktor kehamilan
 Hamil dgn hidramanion
 Hamil ganda/gemeli
 Perdarahan antepartum
 Komplikasi hamil: pre-eklampsia/eklampsia , KPD.
3. Faktor Janin
 Cacat bawaan
 Infeksi dlm rahim
4. Faktor sosial ekonomi
 Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
BBLR , disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik pada golongan sosek yang rendah
4. Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

5.Faktor Janin
Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi, cacat
bawaan, arteri umbilikus tunggal, dan polihidramnion.
6. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
DIAGNOSIS & GEJALA KLINIK

Sebelum bayi lahir


 Adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
 Pembesaran uterus tidak sesuai usia kehamilan.
 Pergerakan janin yang pertama ( Queckening ) terjadi lebih lambat,
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
 Pertambahan BB ibu lambat dan tidak sesuai usia kehamilan .
GAMBARAN KLINIS

 Berat kurang dari 2500 gr.


 Panjang kurang dari 45 cm.
 Lingkran dada kurang dari 30 cm.
 Kepala relatif lebih besar.
 Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak,
lemak kulit kurang.
 Otot hipotonik – lemah .
 Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
(gagal napas).
lanjut
 Ekstremitas : paha abduksi, sendi
lutut/kaki fleksi lurus.
 Kepala tidak mampu tegak.
 Pernapasan sekitar 45 sampai 50
kali permenit.
 Frekwensi nadi 100 sampai 140
kali permenit.
Perubahan PADA BBLR

Suhu tubuh
 Pusat mengatur suhu tubuh masih belum sempurna
 Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat
kehilangan panas badan.
 Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya
bertambah
 Kemampuan metabolisme panas masih rendah
Sistem Pernapasan

 Fungsi sistem pernapasan belum sempurna


 Surfaktan paru – paru masih kurang, sehingga
pengembangan paru tidak sempurna
 Otot pernapasan dan tulang iga lemah
 Mudah terinfeksi penyakit paru – paru dan gagal
pernapasan
Fungsi Gastrointestinal

 Fungsi GI belum sempurna sehingga penyerapan


makanan kurang maksimal.
 Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum
sempurna, sehingga pengosongan lambung berkurang.
 Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat
menimbulkan aspirasi pneumonia.
Hepar
 Mudah menimbulkan gangguan pemecahan
billirubin, sehingga mudah terjadi
hiperbillirubinemia sampai kern ikterus.

Ginjal
 Kemampuan mengatur ekskresi sisa metabolisme
dan air masih belum sempurna sehingga mudah
terjadi udema.
Perdarahan Intrakranial

 Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh,


dan mudah pecah.
 Sering mengalami gangguan pernapasan ,
sehingga memudahkan terjadinya
perdarahan dalam otak dan nekrosis.
 Perdarahan dalam otak memperburuk
keadaan dan menyebabkan kematian bayi.
Komplikasi dari BBLR

 1 . Bayi premature : asfiksia, sindroma gawat nafas neonatus,


hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
perdarahan periintraventrikular, perdarahan paru dan enterokolitis
nekrotikan.
 2 . Bayi kecil masa kehamilan: hipoglikemia, asfiksia, infeksi,
aspirasi mekoneum, polisitemia, hiperbilirubinemia, dan kelainan
kongenital.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Aktivitas, istirahat & tidur
 Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur dalam, meringis atau
tersenyum, adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur
sehari rata-rata 20 jam.
Sirkulasi
 Rata-rata nadi apikal 120-160 dpm, dapat berfluktuasi 70-100 dpm (tidur)
sampai 180 dpm (menangis), nadi perifer mungkin lemah,
Pernafasan

 Takipnea sementara dapat terlihat,


 khususnya setelah kelahiran sesaria dan presentase
bokong, pola pernafasan diafragmatik dan abdominal
dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen,
 pernafasan dangkal dan cuping hidung, retraksi dinding
dada, dan ronchi pada inspirasi atau ekspirasi dapat
menandakan aspirasi.
Eliminasi
 Urine tidak berwarna atau kuning
pucat, dengan 6-10 popok basah /
24 jam.

Makanan / Cairan
 Berat badan rata < 2500 gram,
 Pada mulut : saliva banyak.
5. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan.
6. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

Tanda anatomis:
•Kulit kriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan,
lemak jaringan sedikit (tipis).
•Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
•Pada bayi laki2 testis belum turun
•Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol

Tanda fisiologis
•Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis, lebih banyak tidur dan lebih malas.
•Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermia.
•Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang
 
Pemeriksaan Diagnostik

 Leucosit : 18.000/mm3
 Hemoglobin : 15-20 gram/dl
 Hematokrit : 43%-61%
 Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl
1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
 Dektroksit : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama
kelahiran rata- rata 40-50 mg/dl, meningkat 60-70 mg/dl pada
hari ke-3
PEMERIKSAAN PENUNJANG 

1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina


serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultra sonografi. 
2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix
atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. 
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori . 
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium. 
6. Setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi
lebih dari 60x/ menit dibuat foto thorax.
Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan.
3. Risiko Inefektif Thermoregulator (hipotermi)
4. Risiko tinggi infeksi
Dx 1. Pola Napas Tidak Efektif

Tujuan :
 Mempertahankan pola pernapasan normal
 Mempertahankan pemenuhan kebutuhan oksigen
Kriteria :
 Membran mukosa merah muda
 Frekwensi pernafasan normal.
Rencana Intervensi
1. Kaji frekwensi pernapasan dan pola
pernapasan, perhatikan adanya apnea
2. Isap adanya lendir di jalan napas sesuai
kebutuhan
3. Berikan rangsang taktil yang segera
(mis : gosokkan punggung bayi ) bila
terjadi apnea.
4. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai
indikasi
Dx 2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Tujuan :
 Memenuhi kebutuhan nutrisi.
 Mencerna masukan nutrisi adekuat
untuk penambahan berat badan.
Kriteria hasil :
 Berat badan meningkat 750 – 1000
gr / bulan
 Berat badan naik 30 gr / hari
Intervensi
1. Berikan pemberian makan / nutrisi dengan proses
adaptasi secara bergantian ASI- PASI
2. Kaji pola minum bayi dan kebutuhan-kebutuhan
nutrisi
 Kaji volume, durasi dan upaya selama pemberian minum, kaji respon bayi.
 Kaji masukan kalori / nutrisi yang lalu, kenaikan / penurunan BB selalu dicatat

3. Ajarkan pada orang tua tentang tehnik –tehnik


pemberian Asi/ Pasi yang efektif
4. Berikan Intervensi spesifik untuk meningkatkan
pemberian makanan peroral yang efektif :
Dx 3. Risiko Inefektif Thermoregulator
(hipotermi) :

Tujuan :
 Mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal
Kriteria :
 Bebas dari tanda – tanda stres dingin
atau hipotermia
 Suhu tubuh : 36,5 – 370C
Intervensi

1. Pertahankan suhu incubator.


2. Monitor tanda – tanda vital bayi setiap 4 jam
3. Monitor suhu bayi
 Jika subuh dibawah normal (Selimuti dengan 2 selimut, Pasang tutup kepala.
 Jika suhu di atas normal : Lepaskan selimut, Lepaskan tutup kepala.
4. Keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi Kurangi dan
hindarkan sumber – sumber kehilangan panas pada bayi seperti
4. Risiko Tinggi Infeksi

Tujuan :
 Menunjukkan luka tali pusat mengering dalam waktu 7-10
hari.
 Bebas dari tanda – tanda infeksi
Kriteria :
 Menunjukkan pemulihan tepat waktu pada tali pusat dan
sisi sirkumsisi bebas dari drainase atau eritema
Intervensi

1. Kaji factor – factor yang dapat membawa infeksi,seperti :


 Tindakan non steril, Pengunjung yang banyak, lingkungan kotor.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi dan melakukan tindakan.
3. Pertahankan tekhnik antiseptik dalam setiap tindakan (seperti : sterilisasi alat dan
desinfeksi ).
4. Pisahkan bayi – bayi yang mengalami penyakit infeksi.
5. Rawat bekas tali pusat dengan menggunakan bethadine dan dibungkus dengan kasa
steril.

Anda mungkin juga menyukai