Anda di halaman 1dari 24

Keperawatan Pencernaan 2

“Asuhan Keperawatan pada


Anak dengan Typhoid”

Kelompok 3
A3 – A2013
POKOK BAHASAN
 Anatomi Fisiologi Usus Halus
 Definisi Typhoid
 Etiologi Typhoid
 Manifestasi Klinis Typhoid
 Patofisiologi Typhoid
 WOC Typhoid
 Penatalaksanaan Typhoid
 Komplikasi Typhoid
 Prognosis Typhoid
 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Typhoid
Anatomi Fisiologi Usus Halus
 Usus halus mempunyai diameter 2,5 cm yang
dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum(Perry & Potter, 2000).
 Duodenum adalah bagian pertama dari usus
halus yang mempunyai panjang 25 cm,
berbentuk seperti sepatu kuda, dan atasnya
mengelilingi ujung pankreas.
 Jejunum menempati bagian yang terletak di
sebelah atas. Warna lebih merah dan lebih
banyak mengandung pembuluh darah,
dinding lebih tebal dan diameter lebih besar.
 Ileum menempati bagian akhir dari bagian
usus halus. Usus penyerapan atau ileum
adalah bagian terakhir dari usus halus. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Definisi
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut
pada usus halus dengan gejala demam satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan,
2007).
Demam typhoid adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi salmonella typhi (Ovedoff,
2002: 514).
Etiologi

Penyebab utama demam typhoid adalah bakteri


salmonella thypi.
Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram
negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora, dan mempunyai tiga macam antigen
yaitu antigen O, antigen H, dan antigen Vi.
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman
yang terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya.
Manifestasi Klinis
 Demam berlangsung  Gangguan kesadaran
umumnya kesadaran
3 minggu bersifat
pasien menurun, yaitu
febris remitten apatis sampai somnolen

 Gangguan pada  Relaps (kambuh)


berulangnya gejala
saluran pencernaan
penyakit.
bibir kering dan Menurut teori relaps terjadi
pecah-pecah, lidah karena terdapatnya basil
kotor, perut kembung, dalam organ-organ yang
nyeri dan peradangan tidak dapat dimusnahkan
baik oleh obat maupun oleh
pada perut
zat anti.
Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi yang masuk ke
saluran gastrointestinal Invaginasi ke
jaringan limfoid usus halus dan jaringan
limfoid mesentrika Invasi ke sistem retikulo
endoteleal (RES) invasi ke seluruh
organ di dalam tubuh Demam typhoid
WOC
Penatalaksanaan
1) Tirah Baring
2) Nutrisi (cairan, diet, dan terapi simtomatik)
3) Kontrol dan monitor dalam perawatan yang meliputi:

 TTV
 Keseimbangan cairan
 Deteksi dini terhadap timbulnya komplikasi
 Adanya koinfeksi dan atau komorbid dengan penyakit lain
 Efek samping dan atau efek toksik obat
 Resistensi anti mikroba
 Kemajuan pengobatan secara umum
Komplikasi
 Tifoid Toksik (Tifoid Ensefalopati)
 Syok Septik
o Perdarahandan Perforasi Intestinal
o Peritonitis
o Hepatitis Tifosa
o Pankreatitis Tifosa
o Pneumonia
Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi,
usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya
komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas < 1 %. Di negara berkembang,
angka mortalitasnya > 10% biasanya karena keterlambatan
diagnosis, perawatan, dan pengobatan.
Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila
terdapat gejala klinis yang berat seperti :
a. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu
b. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau
delirium
c. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
An. X (12th) datang ke RSUA pada tanggal 1 April
2015 dengan keluhan demam tinggi selama 7 hari
dengan perut nyeri, pusing. Setiap kali An.X makan
selalu mengalami mual dan muntah sehingga tidak
nafsu makan. An.X mengatakan sebelum sakit berat
badan An.X mencapai 25 kg, namun saat sakit berat
badan An.X menjadi 23,5 kg. Pada sehari sebelum
masuk rumah sakit An.X melakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil widal positif. Dokter
menyarankan An.X untuk rawat inap.
Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien
Nama : An.X
Umur : 12 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama: Islam
Pekerjaan : Pelajar
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh An.X adalah demam tinggi selama 7 hari dengan
nyeri perut, pusing, mual dan muntah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Seminggu sebelum masuk rumah sakit An X mengalami demam, mual muntah disertai
nyeri perut. An.X mengomsumsi obat demam yang biasa dikonsumsi saat ia sakit,
namun demam tak kunjung sembuh, sehingga An.X datang kedokter dan
memeriksakan darah ke laboratorium dengan hasil widal +. An.X dianjurkan rawat
inap di RSUA.
d. Riwayat penyakit masa lalu
Sebelumnya An.X belum pernah mengalami hal demikian.
e. Riwayat keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit menular maupun penyakit genetic yang berhubungan
dengan penyakit yang dialami klien.
Cont…
2. Pemeriksaan Persistem
a. B1 Breathing (Respiratory System) : RR : 20 x/ menit, tidak ada
suara napas tambahan
b. B2 Blood (Cardiovascular system) : HR: 100 x/menit, Tekanan
Darah : 100/70 mmHg
c. B3 Brain (Nervous system) : Tidak ditemukan masalah
d. B4 Bladder (Genitourinary system) : Tidak ditemukan masalah
e. B5 Bowel (Gastrointestinal System) : BB: 23,5 kg, nyeri perut,
mual muntah, anoreksia, lidah
kotor
f. B6 Bone (Bone-Muscle-Integument) : Klien mengalamin
kelemahan fisik umum,malaise,
kram otot shingga klien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari
namun terbatas.
Cont…
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan leukosit
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk
mengetahui fungsi hati
c. Biakan Darah
d. Uji Widal
Diagnosa Keperawatan

1) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan nafsu makan menurun
2) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
inflamasi
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan denganinfeksi
gastrointestinal
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
Diagnosa: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nafsu makan menurun
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil : berat badan dan nafsu makan meningkat

Intervensi Rasional

1. Anjurkan tidak mengomsumsi makanan 1. Menurunkan rasa mual akibat asam


yang membuat asam lambung meningkat lambung meningkat
2. Jaga kebersihan mulut 2. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan
3. Berikan sejumlah makanan lembut dan 3. Makanan lembut mudah dicerna dan jika
hangat hangat akan memberikan rasa hangat pada
pencernaan
4. Berikan makanan sedikit dan sering 4. Menghilangi rasa mual
Diagnosa: Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi suhu tubuh pasien dapat kembali
normal
Kriteria Hasil: Suhu tubuh pasien dalam batas normal, keseimbangan cairan dalam tubuh
seimbang
Intervensi Rasional

1. Observasi tanda-tanda vital pasien 1. Mengetahui perubahan tanda-tanda vital


pasien
2. Anjurkan pasien untuk banyak minum 2. Mencegah terjadi dehidrasi sewaktu terjadi
peningkatan suhu tubuh
3. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat 3. Meminimalisir produksi panas yang
diproduksi oleh tubuh
4. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian 4. Membantu mempermudah penguapan
yang tipis  panas
5. Beri Health Education ke pasien dan 5. Pasien dan keluarga dapat meregulasi suhu
keluarganya mengenai cara meregulasi tubuh dengan mandiri
suhu tubuh (kompres air hangat pada
daerah lipatan, seperti axila, dahi, dll)
6. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya 6. Inflamasi teratasi suhu tubuh kembali
untuk menyembuhkan inflamasi yang dalam rentang normal
menyebabkan peningkatan suhu tubuh
Diagnosa: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi gastrointestinal
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi
Kriteria Hasil:
1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
2. Skala nyeri 0-1 (0-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
3. Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional
1. Lakukan manajemen nyeri keperawatan: 1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
- Istirahatkan pasien saat nyeri muncul nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat dalam mengurangi nyeri
nyeri muncul - Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
- Manajemen lingkungan : lingkungan tenang, batasi metabolisme basal.
pengunjung dan istirahatkan pasien  - Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dan iskemia spina.
2. Ajarkan pasien untuk mengidentifikasi faktor yang dapat - Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
minumbulkan nyeri stimulus internal.
- Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang berkurang
apabila banyak pengunjung berada di ruangan. Istirahat
akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer
2. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi
nyerinya dan dapat membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik
Diagnosa: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik umum,malaise, kram
otot.
Tujuan: Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal
Kriteria Hasil:
1. Kebutuhan personal terpenuhi
2. Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh
3. Memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi
Intervensi Rasional

1. Beri motivasi pada pasien dan keluarga 1. Agar pasien dan keluarga mengetahui
untuk melakukan mobilisasi sebatas pentingnya mobilisasi bagi pasien yang
kemampuan (missal. Miring kanan, miring bedrest
kiri)
2. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas 2. Untuk mengetahui sejauh mana kelemahan
(makan, minum) yang terjadi
3. Dekatkan keperluan pasien dalam 3. Untuk mempermudah pasien dalam
jangkauannya melakukan aktivitas
4. Berikan latihan mobilisasi secara bertahap 4. Untuk menghindari kekakuan sendi dan
sesudah demam hilang mencegah adanya dekubitus
EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien akan
menunjukkan:
1. Berat badan dan nafsu makan meningkat
2. Suhu tubuh pasien dalam batas normal
3. Keseimbangan cairan dalam tubuh seimbang
4. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau
dapat diadaptasi
5. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan
atau menurunkan nyeri
6. Pasien tidak gelisah
7. Kebutuhan personal terpenuhi
8. Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh
9. Memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi
DAFTAR PUSTAKA
 Gibson, Jhon. 2002. “Fisiologi&Anatomi Modern untukPerawat (edisi
2)”. Jakarta: EGC
 HerdmanT, Heather. 2010. “Diagnosis Keperawatan”. Jakarta: EGC
 Judith, Wilkinson M. 2006.“BukuSaku Diagnosis Keperawatan Ed.
7”.Jakarta: EGC
 Keputusan MenteriKesehatanRepublik
IndonesiaNO.364/MENKES/SK/V/2006TentangPedoman Pengendalian
Demam Tifoid
 Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal : aplikasi
asuhan keperawatan medikal bedah. jakarta: Salemba Medika.
 NANDA International Diagnosis Keperawatan :Definisidan  Klasifikasi
2012-2014.Jakarta : EGC.
 Pearce, Evelyn. 2008. “AnatomidanFisiologisuntukParamedis”. Jakarta:
Gramedia
 Potter, Perry.2000. “BukuAjar Fundamental Keperawatan”. Jakarta:
EGC
 Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
 Wong, Dona L. 2008. “Buku Ajar KeperawatanPediatrik”.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai