(EKSTRAKSI SISA
AKAR DENGAN
ANESTESI
INFILTRASI)
Meyka Nadhia Thea Raegita / 20204020072
AES : drg. Bakhrul Lutfianto, Sp. BM
CONTENTS
Laporan Landasan
01 Kasus
Tahap persiapan dan simulasi 02 Teori
Dasar teori, jurnal EBD
Refleksi Diri
03 Pengalaman dan rencana
perbaikan
01
LAPORAN
KASUS
Subjektif
Seorang perempuan 51 tahun datang ke RSGM dengan keluhan ingin mencabutkan
sisa akar giginya karena ingin dibuatkan gigi palsu. Tidak merasakan sakit pada
gigiyang dikeluhkan. Pasien tidak memiliki alergi obat, makanan dan minuman.
Pasien tidak memiliki penyakit sistemik tetapi pasien memiliki magh.
Objektif
Terdapat sisa akar pada gigi 22
Perkusi (-)
Palpasi (-)
Vital sign
Tekanan darah : 104/70mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 19x/menit
Assessment
Terdapat sisa akar gigi tanpa keterlibatan lesi periapikal. Diagnosis 22 : Radixes
prognosis : Baik
Treatment Planning
1. KIE
2. EXO gigi 22
3. Medikasi
4. Kontrol
Deskripsi jalannya perawatan:
1. Pasien dipersilahkan duduk di dental chair.
2. Persiapan operator dan asisten dimulai dari cuci tangan dengan 6 langkah WHO
lalu pemakaian APD.
3. Memberikan instruksi pada pasien untuk berkumur.
4. Melakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif terkait keluhan pasien (SOAP).
5. Memberikan penjelasan terkait prosedur ekstraksi pada pasien.
6. Melakukan penulisan inform consent
7. Melakukan pengukuran tekanan darah dan nadi pasien menggunakan tensimeter
digital (oleh asisten)
8. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
9. Pasien di posisikan semisupine sebatas siku operator, posisi operator pada jam 9-10
Anastesi
10. Melakukan topical anastesi dengan benzocaine menggunakan cotton
ball dan diletakkan pada mukosa labial gigi 22, didiamkan 3-5 menit
atau sampai terlihat kerutan berwarna putih dan pasien merasakan
kebas pada bagian mukosa.
11. Melakukan anastesi infiltrasi menggunakan spuit injeksin dengan
pehakain 2ml, diinjeksikan pada bagian supraperiosteal sisi labial
sebanyak 0,5ml
12. Menunggu hingga efek anastesi masuk dan pasien merasakan kebas
pada bagian bibir.
13. Pasien diposisikan lebih berbaring dan lebih tinggi dari siku operator,
posisi operator pada jam 7-8
14. Melakukan anestesi topikal dan infiltrasi juga pada bagian palatal
Ekstraksi
15. Melakukan separasi gingiva
16. Melakukan luksasi gigi menggunakan bein dengan menggerakkan bein ke
lateral dan sedikit rotasi kearah luar soket agar gigi terangkat.
17. Setelah dirasa cukup luksasi, ekstraksi gigi menggunakan forcep anterior
dan memegang bagian mukosa tulang alveolar agar tidak ada fraktur pada
bagian akar gigi dan tulang alveolar
18. masih belum bisa tercabut, maka dilakukan luksasi kembali menggunakan
luksator, dengan memasukkan lebih kedalam soket, lalu di gerakkan
sedikit rotasi kearah mesial.
19. ekstraksi gigi menggunakan forcep anterior dan memegang bagian
mukosa tulang alveolar agar tidak ada fraktur pada bagian akar gigi dan
tulang alveolar, (posisi operator pada jam 8-9)
20. dab menggunakan cotton ball
21. setelah tercabut, lakukan spooling dengan cairan NaCl dan povidone iodine, (posisi operator pada jam 8-
9) serta asisten melakukan suction (posisi asisten pada jam 3-4)
22. Melakukan penghalusan tulang-tulang dalam soket menggunakan bone file, (posisi operator pada jam 8-9)
23. Dab kembali soket dengan cotton ball yang telah diberikan povidone iodine
24. Instruksikan pasien untuk membiarkan cotton ball tersebut tergigit dan memberikan cotton ball lainnya
untuk mengganti secara berkala.
25. Memantau pasien apakah ada keluhan atau perasaan tidak nyaman
26. Melakukan pengecekan tekanan darah dan denyut nadi kembali pasca ekstraksi (oleh asisten)
27. Medikasi dengan meresepkan obat antibiotic (amoxicillin) dan analgesic (asam mefenamat).
28. Memberikan KIE
29. Instruksikan pasien untuk kembali 1 minggu lagi dan instruksikan untuk segera menghubungi operator
jika ada keluhan
02
Dasar Teori
Dasar teori, jurnal EBD
DASAR TEORI
Dalam melakukan ekstraksi sangat
perlu memperhatikan posisi dental chair
dan posisi operator agar mendapatkan
suasana yang ergonomis dalam
melakukan ekstraksi
Teknik anestesi infiltrasi adalah
metode untuk kontrol nyeri atau untuk anestesi dengan cara mendepositkan larutan
anestesi di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi disepanjang
jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah
terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut.
Anastesi lokal infiltrasi rahang atas dilakukan pada nervus maksilaris dan
cabangnya, yaitu sabang terminal/free nerve ending.
Area yang dianestesi adalah area yang diinervasi oleh cabang-cabang nervus
terminal antara lain pada area pulpa dan apeks gigi, periosteum bukal, dan
membrane mukosa serta jaringan ikat
DASAR TEORI
Ekstraksi gigi Insisivus Lateral Maksila
Setelah kuretase, dan hanya jika dianggap perlu (misalnya, ada tepi tulang yang tajam), margin
alveolar dihaluskan menggunakan forsep rongeur atau bone file, dan kemudian pelat lingual dan
bukal dikompresi menggunakan tekanan jari
Hemostasis juga dibantu oleh pasien yang memberikan tekanan pada kain kasa yang ditempatkan di
atas soket untuk 30–45 menit.
EBD
EBD
Karies yang meluas dan tidak dirawat dapat mengakibatkan hilangnya mahkota gigi
sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar).
Sebagai asisten, saya masih memiliki kekurangan dalam membantu operator menentukan obat
03 04
yang cocok sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki magh karena pengetahuan saya yang
masih kurang. Sehingga kedepannya diharapkan asisten lebih banyak belajar mengenai
farmakologi
REFERENSI
Fragiskos, D., 2007, Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin, Heidelberg,
Germany.