Anda di halaman 1dari 12

Teori akad

dalam
pendangan
islam
Kelompok 4
Pengertian akad
Akad Dalam Hukum Islam
akad berasal dari bahasa Arab, al-aqdu yang berarti perikatan, perjanjian, persetujuan dan pemufakatan. Dalam kitab
fiqih sunnah, kata akad di artikan dengan hubungan (ُ‫ )ا((ل ْ ّربط‬dan kesepakatan. Sedangkan menurut istilah, akad berarti
ikatan antara ijab dan qabul yang diselenggarakan menurut ketentuan syariah dimana terjadi konsekuensi hukum atas
sesuatu yang menyebabkan terjadinya akad.
⸨ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َعا ِم( اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغ ْي َر ُم ِحلِّى‬ ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَوْ فُوْ ا بِ ْال ُعقُوْ ۗ ِد اُ ِحل‬
‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن هّٰللا َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد‬ َّ ‫⸩ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya”. (Q.S Al-Maidah :1)
Macam-macam
akad
Akad yang
shahih
Akad Shahih yaitu akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syaratnya.

Akad yang tidak


shahih
Akad tidak shahih adalah akad yang terdapat kekurangan pada rukun atau syarat- syaratnya,
sehingga seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang
berakad.
Akad tidak
shahih
Akad yang
batil
apabila akad itu tidak memenuhi salah satu rukun dan larangan langsung dari syara’.
Seperti jual beli yang dilakukan anak kecil,adalah akad yang tidak sah sama sekali,
meskipn secara lahiriah memenuhi ketentuan. Karena itu tidak menimbulkan akibat
hukum.

Akad yang fasid


akad yang sah, karena dilakukan oleh orang yang mempunyai kecakapan hukum, subyeknya sendiri juga
sah, begitu juga pernyataanya jelas memenuhi ketentuan, namun mengandung pelanggaran.
Rukun-rukun akad
A. Aqid (orang yang bertekad/pelaku akad)
B. Ma’qud ‘alaihi (benda yang diakadkan)
C. Maudhu’ al-‘Aqid (tujuan diadakannya akad)
D. Shighat al-‘Aqid (ijab qabul)
Syarat-syarat sighat al-aqid
a. Adanya kejelasan maksud antara kedua belah pihak, misalnya: “aku
serahkan benda ini kepadamu sebagai hadiah atau pemberian”.
b. Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul
c. Adanya satu majlis akad dan adanya kesepakatan antara kedua
belah pihak, tidak menunjukkan penolakan dan pembatalan dari
keduanya.
d. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang
bersangkutan, tidak terpaksa, dan tidak karena di ancam atau di
takut-takuti oleh orang lain.
Cara dalam
berakad
1. Dengan cara tulisan atau kitabah.
2. Isyarat.
3. Perbuatan, cara lain untuk membentuk akad selain dengan cara
perbuatan. Misalnya seorang pembeli menyerahkan sejumlah
uang tertentu, kemudian penjual menyerahkan barang yang
di belinya.
4. Lisan al-Hal. Menurut sebagian ulama, apabila seseorang
meninggalkan barang-barang di hadapan orang lain,
kemudian dia pergi dan orang yang di tinggali barang-barang
itu berdiam diri saja, hal itu di pandang telah ada akad ida
(titipan).
Syarat-Syarat akad Prinsip-Prinsip akad
1. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak 1. Prinsip kebebasan berkontrak.
(ahli). 2. Prinsip perjanjian itu mengikat.
2. Yang di jadikan objek akad dapat menerima hukumnya. 3. Prinsip kesepakatan bersama.
3. Akad itu di izinkan oleh syariat. 4. Prinsip ibadah.
4. Ijab itu berjalan terus, tidak di cabut sebelum terjadi 5. Prinsip keadilan dan kesemimbangan prestasi.
qabul. 6. Prinsip kejujuran (amanah).
Akad ‘Ain and Ghairu
‘Ain

Dilihat dari diserahkannya barang


kepada pihak yang diberikan hak a. Akad ‘aini adalah akad yang pelaksanaannya secara
tuntas hanya mungkin terjadi bila barang yang

sebagai ditransaksikan benar-benar diserahkan kepada yang berhak


misalnya hibah , i’arah , wadiah , rahn dan qardh.

kesempurnaan sahnya suatu akad, b. Sedangkan ghairu ‘aini adalah akad yang terlaksana

maka akad dapat digolongkan menjadi secara sah dengan mengucapkan shighat akad secara
sempurna tanpa harus menyerahkan barang kepada yang

‘aini dan ghairu ‘aini berhak. Umumnya akad-akad selain yang lima di atas dapat
digolongkan ke dalam akad ghairu ‘aini.
Berakhirnya akad
Hikmah akad Akan berakhir disebabkan oleh beberapa hal:

1. Berakhirnya masa berlaku akad tersebut, apabila akad


● Adanya ikatan yang kuat antara dua orang atau tersebut tidak memiliki tenggang waktu.
lebih di dalam bertransaksi atau memiliki
sesuatu. 2. Di batalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad
tersebut sifatnya tidak mengikat.
● Tidak dapat sembarangan dalam membatalkan ● Dalam akad sifatnya mengikat, suatu akad dapat
suatu ikatan perjanjian, karena telah di atur dianggap berakhir jika:
secara syar’i. ● Jual beli yang di lakukan fasad, seperti terdapat unsur-
● Akad merupakan “payung hukum” di dalam unsur tipuan salah satu rukun atau syaratnya tidak
kepemilikan sesuatu, sehingga pihak lain tidak terpenuhi.
dapat menggugat atau memilikinya. ● Berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat.
● Akad tersebut tidak di lakukan oleh salah satu pihak
secara sempurna.
● Salah satu pihak yang melakukan akad meninggal dunia.
Thank you for you attention

Anda mungkin juga menyukai