Anda di halaman 1dari 32

Dokumen Ekspor

Impor

Kelompok 3 :
• Yasicha Dwi Hafizhah 190110025

• Shilawati Oktaviani 190110036


Sales Kontrak

Surat perjanjian jual beli yg dibuat ant. Eksportir & Importir yang disepakati
serta ditandatangani sesuai dengan syarat-syarat yg telah ditentukan oleh ke dua
belah pihak untuk melaksanakan transaksi.
Tujuan Pembuatan Sales Kontrak

1. Transaksi terjamin aman


2. Tepat waktu dalam pengiriman barang
3. Eksportir dan importir merasakan kepuasan
4. Barang sesuai dengan kualitas, kuantitas, dan harga
5. Sudah jelas ada dasar hukumnya
Proses Sales Kontrak

1. Inquiry, eksportir dan importir masih mencari informasi mengenai pembelian


atau penjualan barang.
2. Offer sheet, eksportir dan importir saling tawar menawar mengenai harga
barang.
3. Order sheet, terjadi persetujuan harga antara eksportir dan importir untuk
pesanan barang.
4. Sales kontrak, harga barang dan syarat-syarat yang dituangkan dalam sales
kontrak ditandatangani.
Ketentuan Sales Kontrak

1. Komodity, produk apa yang akan diekspor.


2. Dokumen, dokumen apa saja yang perlu diserahkan untuk menyertai barang
ekspor.
3. Instansi, intansi pemerintah atau swasta yang terkait dalam penanganan
ekspor.
4. Kualitas dan kuantitas, kualitas produk yang ditawarkan harus sesuai dengan
yang dimiliki, tidak dilebih-lebihkan sehingga tidak terjadi permasalahan
dikemudian hari setelah pesanan diterima pembeli. Kuantitas atau banyaknya
jumlah barang yang ditawarkan harus sesuai dengan kemampuan permodalan
perusahaan eksportir atau kemampuan dalam mengumpulkan bahan baku
akrena dapat menentukan ketepatan waktu dalam mengirimkan pesanannya.
Ketentuan Sales Kontrak

5. Harga dan pengiriman (tempat dan waktu), perhitungkan dengan sebaik


mungkin harga yang akan ditawarkan, termasuk didalamnya dengan
menghitung biaya produksi atau biaya bahan baku, kemasan, pengangkutan
dari gudang ke pelabuhan muat, dan lain-lain. Waktu pengiriman termasuk
tanggal pengiriman tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan. Pihak
eksportir harus berhati-hati dalam menyepakati tanggal pengapalan, bila
eksportir telah memiliki persediaan sehingga dapat mengirimkan barang
pesanan secepat mungkin tanpa menunggu batas waktu, hal ini bisa menjadi
nilai tambah bagi eksportir dimata importir.
Ketentuan Sales Kontrak

6. Pembayaran menggunakan letter of credit/non letter of credit, pembayaran


yang disepakti bisa berbagai macam, untuk perusahan yang baru dikenal
importir biasanya berupa L/C, tapi dari sistem pembayaran tersebut bila
eksportir belum mengenal secara baik reputasi perusahaan importir, sebaiknya
menerima sistem berupa L/C.
7. Kondisi pengujian, kondisi penjualan (sales of condition) umumnya dalam
perdagangan ekspor impor menggunakan FOB (free on Board) dimana penjual
menyerahkan barang hingga diatas kapal, risiko dan biaya pindah dari penjual
ke pembeli setelah barang diatas kapal.
Landasan Sales Kontrak Ekspor
Impor
– Azas Konsensus
Kesepakan antara eksportir dan importir dilakukan secara sukarela.
– Azas Orligatoir
Kesepakatan antara eksportir dan importir menjalankan hak dan kewajiban
masing-masing yang dituangkan dalam kontrak dagang.
– Azas penalti
Kesepakatan eksportir dan importir bersedia memberi ganti rugi apabila tidak
bisa memenuhi janjinya dalam menjalani kewajibannya.
Dokumen Ekspor Impor

1. Sales Contract
Dokumen yang memuat kesepakatan antara pihak importir dan eksportir,
didalamnya mengenai jumlah barang, harga satuan dan total harga, pelabuhan
tujuan, dan syarat-syarat pembayaran dan persyaratan lain yang dipandang
perlu, serta dokumen-dukumen yang harus disediakan eksportir maka importir
telah membuka Letter of credit dan eksportir menyiapkan barang yang dipesan.
2. Invoice (faktur)
Dokumen yang diterbitkan oleh ekspotir mengenai harga dan uraian barang
sesuai dengan jenis yang tercantum dalam sales kontrak. Dokumen ini dipakai
sebagai dokumen pembuktian suatu transaksi dan untuk penilaian pajak.
Dokumen Ekspor Impor

3. Letter of credit
Surat yang dikeluarkan oleh opening bank atas permintaan importir yang
ditunjukan kepada eksportir dan memberi hak penuh kepada eksportir dan
untuk menarik wesel dengan jumlah tertentu sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam wesel.
4. Bill of lading (BL),
Surat perjanjian pengangkutan barang antara shipper/eksportir dengan
perusahaan pelayaran (Bill of Loading)/penerbangan (Airway Bill) yang telah
disetujui kedua belah pihak dengan ongkos angkut dari pelabuhan muat hingga
tujuan.
Dokumen Ekspor Impor

5. SKA/COO
Dokumen penyerta yang diperlukan oleh pihak eksportir yang dikeluarkan oleh
IPSKA sebagai dasar asal usul barang
6. Packing List
Daftar/kemasan barang-barang dimasukkan dalam peti/karton (sesuai barang
tertentu) dibuat/dicatat dalam daftar mengenai jumlah, ukuran, berat, type, dll.
Sistem Pembayaran Ekspor Impor
Non Letter of Credit
1. Pembayaran dimuka (advance Payment)
Importir membayar sebelum barang dikirim, importir membayar dengan sistem
kredit. importir harus membayar diawal sebelum barang dikirim,
keuntungannya eksportir bisa dpat uang untuk mempersiapkan barang
ekspornya. Pembayaran bisa dilakukan tunai dan bisa lewat telegraphic transfer.
Bahkan eksportir bisa minta 100% uang muka kepada importir untuk
memastikan transkasi ekspor paling aman.
Sistem Pembayaran Ekspor Impor
Non Letter of Credit
Pelunasan uang muka dalam ekspor:
1) Bisa minta importir untuk melunasi saat barang sudah siap dikirim.
2) Bisa minta importir untuk melunasi ketika barang sedang diperjalanan
didalam kapal dengan menampilkan bukti bill of lading.
3) Bisa dilunasi saat improtir menerima segala dokumen ekspor yang
dibutuhkan.
4) Yang paling besar risikonya, bisa saat importir sudah menerima barang
tersebut.
Sistem Pembayaran Ekspor Impor
Non Letter of Credit
2. Inkaso (collection)
Didasarkan kesepakatan kapan dilakukan. Barang dikirim dan dokumen
ditagihkan. Inkaso adalah pembayaran dilakukan dengan cara eksportir minta
bantuan bank dalam melakukan penagihan kepada importir.
Inkaso adalah perintah dari eksportir kepada banknya untuk menagih
pembayaran kepada importir dengan imbalan dari penyerahan dokumen
kepemilikan barang yang dikirim.
Sistem Pembayaran Ekspor Impor
Non Letter of Credit
Pelaku menggunakan inakso yaitu
a) Drawee (importir)
b) Drawer (eksportir)
c) Remitting bank (bank dinegara eksportir)
d) Collecting bank (bank dinegara importir)
Bank yang terlibat dalam proses penagihan tidak menjamin pembayaran, mereka
hanya sebagai penagih pembayaran.
Jenis inkaso
e) Clean collection= penagihan hanya menggunakan draft saja, tanpa dokumen
transaksi
f) Documentary collection= penagihan menggunakan draft dan dokumen seperti
faktur, dokumen asuransi, SKA dll.
Sistem Pembayaran Ekspor Impor
Non Letter of Credit
Jenis documentary collection
1) Documentary against payment (D/P)
Bank menyerahkan dokumen kepada importir setelah importir bayar tunai.
2) Documentary against acceptance (D/A)
Bank menyerahkan dokumen jika ada jaminan importir akan melakukan
pembayaran di kemudian hari.
Sistem Pembayaran Ekspor Impor
Non Letter of Credit
3. Consignment (konsinyasi)
Barang dititipkan pada pembeli dan pembayarannya setelah barang laku.
Hak atas barang masih pada penjual.
Eksportir mengirimkan barang ke improtir sebagai titipan untuk dijualkan
oleh importir. Tapi kalau barang ada barang yang tidak terjual akan dikirimkan
kembali ke eksportir. Pembayaran pun juga akan dilakukan setelah abrang
terjual dan sesuai nilai yang terjual, tanpa ada jaminan. Ini metode yang
beresiko bagi eksportir karena mereka tidak tahu pasti berapa barang yang akan
terjual dan kapan pembayarannya diterima
Sistem Pembayaran Ekspor Impor
Non Letter of Credit
4. Open account (pembayaran kemudian)
Barang dikirim dan pembayaran kemudian, hak atau barang pada pembeli.
Importir tidak melakukan pembayaran apapun sebelum barang diterima
importir di negara tujuan. Biasanya ada batas wkatu yang disepakati untuk
dibayar setelah barang diterima oleh improtir. Metode ini memberi keuntungan
dan kepastian bagi importir.
Container atau Peti Kemas

Digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan dan digunakan sebagai


penyimpanan, pengangkut barang, melindungi kerusakan, dan sekaligus sebagai
komponen perdagangan internasional.
Dasar Hukum Penerbitan SKA

1. Internasional
– Multilateral
– Regional
– Bilateral / Unilateral
2. Nasional
a. Keppres Nomor 58 Tahun 1971 = Penetapan Pejabat yang Berwenang
Mengeluarkan SKA (Penetapan dan Penunjukan Mendag sebagai pejabat
yang berwenang menerbitkan SKA).
b. Peraturan Mendag Nomor 33/M-DAG/PER/8/2010 tentang Penerbitan
SKA(CO) untuk Barang Ekspor Indonesia.
Dasar Hukum Penerbitan SKA

c. Peraturan Mendag Nomor 59/M-DAG/PER/12/2010 tentang Ketentuan


Penerbitan SKA(CO) untuk Barang Ekspor Indonesia.
d. Peraturan Mendag Nomor 60/M-DAG/PER/12/2010 tentang Instansi
Penerbit SKA(CO) untuk Barang Ekspor Indonesia.
e. Keputusan Mendag Nomor 299/M-DAG/KEP/3/2011 tentang Penetapan
Pejabat Penandatangan SKA(CO) untuk Barang Ekspor Indonesia.
Pengertian SKA/COD

Peraturan menteri perdagangan RI no 59/M-DAG/PER/12/2010., Tentang


Ketentuan Penerbitan Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) untuk barang
ekspor Indonesia.
Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin), selanjutnya disingkat SKA, adalah
dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah
memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin) memasuki wilayah negara
tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal dari Indonesia.
Jenis SKA

SKA terdiri dari 2 jenis yaitu,


1. SKA Preferensi, diterbitkan untuk memperoleh fasilitas pengurangan atau
pembebasan tarif bea masuk yang diberikan oleh suatu negara atau
sekelompok negara terhadap barang ekspor Indonesia yang memenuhi syarat
sesuai ketentuan perjanjian internasional atau penetapan unilateral.
2. SKA Non Preferensi, diterbitkan untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh suatu negara atau sekelompok negara terhadap barang ekspor Indonesia
berdasarkan perjanjian internasional atau penetapan unilateral.
Syarat Penerbitan SKA

1. Surat Permohonan Penerbitan SKA


2. Invoice
3. Packing List
4. Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
5. Original copy Bill of Lading (B/L) atau copy AWB, atau copy Receipt (pelabuhan
darat)
Syarat Penerbitan SKA

6. Fotokopi PEB yang telah difiatmuat oleh petugas Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai di pelabuhan muat atau print out PEB yang dibuat secara PDE dengan
dilampiri NPE.
7. Perhitungan Struktur Biaya (Cost Structure) untuk produk yang prosesnya
mengandung bahan baku impor.
Verifikasi SKA

Verifikasi SKA adalah proses penyelidikan mengenai keabsahan dokumen,


kebenaran pengisian SKA, dan atau kebenaran asal barang yang dilakukan atas
permintaan pemerintah di negara tujuan ekspor barang.
Tips Penggunaan SKA dalam
Importasi dengan Skema FTA
1. Memeriksa apakah barang yang diimpor termasuk yang mendapatkan tarif
preferensi serta dibandingkan dengan tarif MFNnya
2. Memeriksa Product Specific Rules (www.aseansec.org), apakah supplier dapat
memenuhi kriteria yang ada;
3. Bila point 1 dan 2 terpenuhi, minta supplier memeroses penerbitan SKA dari
negara asal;
4. SKA Impor harus ada saat mengajukan clearance di Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai.
Studi Kasus

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menemukan makin banyak pelanggaran


importasi dengan modus penggunaan Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate
of Origin fiktif pasca pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas. Direktur Jenderal
Bea dan Cukai, Thomas Sugijata, mengatakan temuan kasus tersebut terdiri dari 32
kasus di Tanjung Perak dan 21 kasus di Belawan.
Kasus tersebut terungkap dalam penelitian SKA barang yang akan dibongkar di
dua pelabuhan tersebut. Modusnya, barang impor dari negara yang tak menjalin
perjanjian perdagangan bebas disebutkan sebagai barang asal negara yang menjalin
perjanjian tersebut agar memperoleh pembebasan tarif bea masuk. Tak menutup
kemungkinan, kasus-kasus serupa juga terjadi di pelabuhan utama lainnya.
Studi Kasus

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menginstruksikan dilakukannya


penelitian SKA secara mendalam, terutama terhadap barang yang akan
memperoleh fasilitas tarif 0 (nol) persen. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tidak
memaparkan dari mana saja asal barang yang masuk ke Indonesia dengan FTA
palsu tersebut. Tapi sebagian besar barang tersebut menggunakan SKA Cina.
Seperti diketahui, hingga saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama perjanjian
perdagangan bebas free trade agreement dengan sesama negara ASEAN, Cina,
Korea, dan Jepang.
Dari studi kasus tersebut bahwa Tindakan pemalsuan Certificate of Origin
inilah yang dikenal dengan circumvention yang bertujuan untuk menghindari bea
masuk yang besar serta didorong oleh kondisi domestik dimana produsen ban
mereka mengalami kelebihan stok karena melemahnya permintaan domestik.
Sehingga mereka terdorong untuk melakukan illegal transhipment ke Indonesia.
Studi Kasus

Untuk mengatasi kasus tersebut, perlu menggunaakan instrument Rules of


Origin untuk melindungi konsumen terhadap perbuatan curang atau indikasi yang
menyesatkan. Dalam UU Kepabeanan, pelaku illegal transhipment akan dikenakan
pasal 102 atas tindakan penyelundupan, dan dikenakan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Selain itu, untuk modus illegal
transhipment dengan pemalsuan COO dikenakan pidana sebagaimana tercantum
dalam pasal 103 UU Kepabeanan.
SESI PERTANYAAN
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai