Anda di halaman 1dari 13

Trend issue dan perilaku yang beresiko tertular/menularkan HIV, AIDS, prinsip Hidup

dengan ODHA, family centered pada ODHA dan stigma pada ODHA

Dosen pembimbing :
Ilah Muhafilah, S.Kp.,M.Kes

Nama Kelompok 1 :
Afifah Alfina Fauziah 1032201002
Aldilla Dhani 1032201003
Ariq Zinul Mutaqin 1032201007
Annisa Nur Siva 1032201006
Eriana Febrianti 1032201014
Ridwan 1032201038
Shafa Alifah Leriany 1032201042
01
HIV/AIDS
Pengertian HIV/AIDS
Pengertian HIV/AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari 4cguired
Immune Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem
kekebalan tubuh.Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat
timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih
berat daripada biasanya (Spiritia, 2015). Orang yang terkena HIV AIDS sangat mudah
tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita yang
menurun.HIV AIDS bisa menular ke orang lain melalui hubungan seks (anal, oral, vaginal)
yang tidak terlindungi (tanpa alat pengaman kondom) dengan orang yang telah terinfeksi
HIV, jarum suntik, tindik, tato yang tidak steril yang dipakai bergantian, mendapat tranfusi
darah dari orang yang darahnya mengandung virus HIV positif dan ibu yang positif HIV
kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui ASI.
Perilaku yang beresiko tertular/ menularkan
HIV/AIDS
Adapun perilaku yang berisiko tertular atau menularkan HIV AIDS, yaitu :
1. Hubungan Seksual Beresiko
Jumlah orang yang terkena penyakit HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dalam jangka waktu 10
tahun terakhir ini. Data dari Kemenkes menyebutkan kalau perilaku hubungan intim yang tidak aman
merupakan faktor paling tinggi yang menyebabkan orang bisa terkena HIV/AIDS. Oleh karena itu,
penting untuk menerapkan gaya hidup seksual yang aman. Cara sederhananya adalah dengan
berhubungan intim hanya dengan pasangan dan berhubungan dengan cara yang aman untuk mencegah
penularan penyakit seksual ini.
Jenis-jenis hubungan intim yang berisko tinggi terkena HIV AIDS, yaitu :
A. Melakukan Seks Oral dengan Pengidap Berhubungan intim dengan cara memasukan organ
kelamin pasangan ke dalam mulut
B. Seks Anal dengan Pengidap
C. Berganti Pasangan
D. Berhubungan Intim Saat Sedang Haid
E. Hubungan Intim Tanpa Menggunakan Kondom
2. Penggunaan Jarum Suntik Bersamaan
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang
terinfeksi HIV. Perilaku berbagi jarum suntik ini seringkali dilakukan oleh para pengguna
narkoba suntik.
3. Menerima Darah dari Penderita HIV AIDS
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah. Namun,
kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor, termasuk
donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima
donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
4. Kehamilan, Persalinan, dan Menyusui dari Ibu yang Mengidap HIV AIDS
Pada dasarnya, risiko penularan HIV AIDS dari ibu hamil yang positif kemungkinannya
sekitar 2-10 persen. Penularan dapat terjadi sejak masa awal kehamilan, persalinan, hingga
menyusui. Kebanyakan anak di bawah usia 10 tahun yang tertular HIV dari ibunya, terjadi
sejak dalam kandungan. Itulah sebabnya, ibu hamil yang positif HIV harus rutin melakukan
pemeriksaan darah untuk membantu ibu mendeteksi segala kemungkinan sedini mungkin.
Tindakan ini sangat membantu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menekan risiko
kemungkinan tertular pada janin.
Trend Issue dan perilaku yang berisiko
tertular/menularkan HIV/AIDS
Prilaku penggunaan jarum suntik secara bersamaan, heteroseksual, bahkan homoseksual merupakan
trend issu dan perilaku yang berisiko tertular menularkan HIV AIDS. Hal ini dibuktikan dengan data
— data sebagai berikut:
1. Secara global di tahun 2018, data menujukkan bahwa
 Distribusi penderita HIV yang paling banyak berdasarkan populasi berisiko yaitu prilaku seks
berisiko dan orang yang memakai jarum suntik.
 Peningkatan risiko tertular HIV di antara populasi berisiko di dunia yang paling banyak adalah
yaitu lelaki seks lelaki dan orang yang memakai narkoba suntik
2. Data di Indonesia:
Data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Seperti pada gambar di
bawah ini, terlihat bahwa selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai
puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data WHO tahun 2019,
terdapat 78% infeksi HIV baru di regional Asia Pasifik.
Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABC
DE” sebagai berikut:
l. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan
hubungan seks bagi yang belum menikah.
2. B (Be Faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu
pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan).
3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui
hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi
yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan
dan pengobatannya.
 
02
ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS)
Pengertian ODHA
ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV AIDS. sebagai pengganti
istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut secara
positif didiagnosa terinfeksi HIV. HIV adalah virus penyebab AIDS yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Fungsi dari sistem kekebalan tubuh itu
sendiri sangat vital karena melindungi terhadap segala penyakit. Bila sistem
kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik atau dirusak oleh virus maka
akan berakibat kematian.Secara terusmenerus HIV memperlemah sistem
kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok sel-
sel darah putih tertentu yaitu sel Thelper, sel yang membuat zat anti dalam
tubuh.
Aspek Permasalahan yang dialami Oleh
ODHA
1. Aspek Medis : Tidak dapat dipungkiri bahwa jika seseorang terserang penyakit apalagi penyakit yang
membahayakan. maka mereka tidak dapat menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya karena kondisi tubuh
melemah, dan tidak berdaya.
2. Aspek Psikologis : Tercermin dalam ketakutan, keccemasan, kesedihan, kebingungan, kemarahan dan
kehilangan rasa percaya diri serta keputusasaan ketika mengetahui tentang penyakitnya.
3. Aspek Sosial : Perlakuan dari lingkungan tetangga maupun lingkungan kerja yang bersifat diskriminatif yang
disertai stigma terhadap ODHA menyebabkan mereka terisolasi dan tidak diberikan kesempatan yang sama
untuk meraih masa depan. Perlakuan seperti ini menghambat ODHA dalam berinteraksi dengan lingkungannya
serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya.
4. Aspek Ekonomi : Dalam hal ini keuangan juga berperan penting dalam kehidupan ODHA untuk melakukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan rutin, terutama terapi obat ARV. Apabila ODHA tidak mengkonsumsi
ARV secara berkesinambungan, maka tubuhnya akam mengalami resistensi yang berakibat pada kematian.
5. Aspek Keluarga : Ketidaktahuan karena kurangnya informasi tentang penyakit HIV, menimbulkan reaksi yang
berlebihan dari keluarga seperti ketakutan, kecemasan, kegalauan, serta kesedihan yang ditujukan tanpa
didasarkan pada pemahaman yang benar berakibat terhadap dukungan yang diberikan C.
Family Centred pada ODHA
 Dukungan Emosional merupakan suatu upaya yang diberikan dalam memperlihatkan perasaan maupun kasih
sayang terhadap seseorang ketika berada dalam kondisi labil. Hal ini seperti yang ditunjukan oleh keluarga
ketika ada anggota keluarga yang terinfeksi HIV AIDS.
 Dukungan Penghargaan Perhatian dan penerimaan keluarga kepada ODHA, merupakan suatu semangat bagi
ODHA dalam menjalani kehidupan mereka. Adanya penerimaan dari keluarga berdampak secara signifikan
dalam proses pengobatan yang dilakukan oleh ODHA.
 Dukungan Materi Berbagai cara dilakukan oleh keluarga untuk membantu pengiobatan anaknya. Mereka
melakukan berbagai cara untuk memperoleh uang agar dapat membeli obat yang dikonsumsi oleh anggota
keluarga yang terinfeksi.
 Dukungan Informasi Upaya yang dilakukan oleh keluarga besar saat menerima atau mengetahui tentang
kondisi anggota keluarga yang terinfeksi HIV adalah berusaha untuk mencari informasi sebanyak mungkin
terkait dengan penyakit yang dialami oleh anak atau anggota keluarganya, disamping itu mereka meminta saran
dari berbagai pihak yang berkepentingan terkait dengan kondisi yang dialami oleh anak anggota keluarga
lainnya.
 Dukungan Bersosialisasi Setelah mengumpulkan informasi dan memperoleh saran dari berbagai pihak maka
keluarga berusaha untuk terlibat di lembaga-lembaga yang memberikan pelayanan kepada orang dengan HIV
AIDS yaitu melalui kepompok-kelompok dukungan.
Stigma yang terjadi pada ODHA
Stigma adalah cap buruk terhadap orang yang mengidap HIV dan AIDS. Stigma ada dua jenis, yaitu felt
stigma berupa persepsi norma masyarakat dan enacted stigma yaitu berupa tindakan diskriminasi yang
jelas.
Stigma dan diskriminasi merupakan kendala dalam upaya pendekatan program penanggulangan HIV dan
AIDS. Adanya stigma dan diskriminasi membuat seseorang tidak mau melakukan tes HIV dan
menyembunyikan status penyakitnya sehingga pengobatan dan akses layanan kesehatan kurang
optimal. Hal membuka peluang penyebaran penyakit yang sulit dikendalikan (Shaluhiyah et al., 2013).
Stigma juga berasal dari dalam diri sendiri dan dari luar.
Stigma dari dalam yaitu rasa takut pada diri ODHA (Orang dengan HIV/ AIDS) yang menginternalisasikan
stigma dari luar.
Stigma dari luar pada ODHA penguna narkoba suntik (penasun) diterima dalam bentuk diskriminasi,
intimidasi, serta pembiaran.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai