Gambar Struktur Antibodi
Gambar Struktur Antibodi
1. Definisi Antibodi
Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma
darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisir
benda asing seperti bakteri dan virus. yang terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut
rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai ringan. Antibodi
diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel limfosit B.
2. Struktur Antibodi
Antibodi merupakan globulin gamma yang disebut dengan imunoglobulin dan berat
molekulnya antara 160.000 dan 970.000 imunoglobuilin biasanya merupakan sekitar 20%
dari seluruh protein plasma yang terdiri dari kombinasi rantai polipeptida berat dan ringan
yang berbentuk huruf “Y”. Karakteristik bagian lengan dari Antibodi bebentuk huruf “Y”
menentukan spesifisitas antibodi (dengan antigen yang berikatan). Sebuah antibodi memiliki
dua tempat pengikatan antigen identik dan satu di masing-masing ujung lengan yang disebut
fragmen pengikat antigen. Sedangkan sifat bagian ekor antibodi dapat menentukan sifat
fungsional antibodi (yang terjadi setelah antibodi berikatan dengan antigen).
Antibodi (immunoglobulin) adalah molekul glikoprotein yang tersusun atas asam amino
dan karbohidrat. Secara sederhana molekul Immunoglobulin dapat digambarkan menyerupai
huruf Y dengan engsel (hinge). Molekul immunoglobulin dapat dipecah oleh enzim papain
atau pepsin (protease) menjadi 2 bagian yakni FAB (Fragment Antigen Binding) yaitu bagian
yang menentukan spesifitas antibodi karena berfungsi untuk mengikat antigen, dan Fc
(fragment crystalizable) yang menentukan aktivitas biologisnya dan yang akan berikatan
dengan komplemen, sebagai contoh immunoglobulin G mempunyai kemampuan menembus
membran plasenta. Molekul immunoglobulin berdasarkan ukuran molekulnya dapat
dibedakan menjadi 5 kelas yakni kelas immunoglobulin G, A, M, D, dan E, dan masing-
masing kelas masih dapat dibedakan menjadi subkelas-subkelas. Tiap kelas Ig memiliki
karakteristik tersendiri misalnya berat molekul, komposisi asam amino, dan strukturnya.
A. Immunoglobulin G (IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu
bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang
rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening,
dan usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada
dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri
maupun virus, serta menetralkan racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan
menyingkirkan mikroorganisme yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit.
Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil, IgG merupakan satu-satunya antibodi
yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya
untuk melindungi janin dari kemungkinannya infeksi yang menyebabkan kematian bayi
sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang
pertama kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai
sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
B. Immunoglobulin A (IgA)
C. Immunoglobulin M (IgM)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B. Pada
saat antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi
pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk segera
setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian menghilang.
Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika
janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. IgM banyak terdapat
di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ maupun
jaringan. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari
kadar IgM dalam darah.
D. Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan
menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap
antigen.
E. Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu,
tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting
melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang banyak ditemukan di negara-
negara berkembang.
IgA α Mencegah
melekatnya bakteri dan
virus pada membrane
mukosa.
IgE ε Menangani
langsung hipersensitivitas
dengan melepaskan
mediator dari sel mast dan
basofil setelah terpapar
antigen (alergen).
6% dalam tubuh,
merupakan makromelokul
karena strukturnya
pentamer.
Leukosit yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh terdiri atas fagosit dan limfosit.
Fagosit merupakan sel yang akan menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh
dengan cara menelannya (fagositosis). Fagosit terdiri atas neutrofil dan makrofag. Neutrofil
terdapat di dalam darah, sedangkan makrofag mampu memasuki ke dalam jaringan ataupun
rongga tubuh. Limfosit terdiri dari dua jenis, yaitu limfosit B dan limfosit T.
- Limfosit B
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan dalam sumsum tulang (bone marrow). Dalam
sumsum tulang, limfosit B berdeferensiasi menjadi sel plasma yang berfungsi bertugas
menyekresikan antibodi ke dalam cairan tubuh dan sel limfosit B yang berfungsi menyimpan
informasi antigen. Informasi ini disimpan dalam bentuk DNA yang dapat memproduksi
antibodi yang cocok dengan antigen. Sel limfosit B hidup dalam waktu yang lama.
- Limfosit T
Sel limfosit banyak terdapat pada sistem peredaran darah limfatik, sumsum tulang, kelenjar
timus, kelenjar limfa, amandel (tonsil), darah dan sistem pencernaan.
2. Teori selektif.
Pembentukan antibodi berdasarkan clonal selection theory sebagai berikut: pada
setiap organisme terdapat berjuta-juta precursor limfosit B. Dengan adanya antigen
yang masuk ke dalam tubuh suatu organisme, maka akan merangsang interaksi antara
antigen determinan (epitope) dengan sel limfosit B yang sesuai yang kemudian akan
memacu diferensiasi dan proliferasi dari sel tersebut menjadi sel plasma yang
memiliki kemampuan menghasilkan antibody (immunoglobulin).
Ketika Anda mendapatkan luka, maka selain reaksi pembekuan darah, tubuh juga
dengan cepat melindungi bukaan pada luka dari infeksi bakteri dan mikroorganisme lainnya.
Adanya luka secara langsung telah merusakkan sistem pertahanan tubuh nonspesifik
eksternal. Ketika terjadi luka, histamin dilepaskan oleh mast cell (mastosit), dan sel basofil
yang tersebar di seluruh jaringan. Histamin yang diterima reseptor pada otot polos dan
Monosit dan makrofag juga menghasilkan endogenous pyrogen. Zat ini memberikan
sinyal pada pengatur suhu di hipotalamus, untuk menaikkan suhu tubuh beberapa derajat.
Kita menyebut situasi ini sebagai demam. Hal ini terjadi terutama jika infeksi yang diderita
cukup berat. Naiknya suhu tubuh dimaksudkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau
organisme patogen, agar lebih mudah dilumpuhkan. Respons tubuh ini dapat dikatakan
sebagai respons sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan belum melibatkan sel-sel limfosit.
Makrofag, yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah keseluruhan leukosit
ini memainkan peranan penting. Makrofag memiliki protein MHC (macrophage’s
histocompatibility complex) yang kemudian akan berikatan dengan antigen pada mikroba.
Kompleks MHC-antigen ini kemudian dimigrasikan ke membran sel makrofag.
Guytan, Arthur. 2010. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakrta. EGC. Hal 556-562.
Sherwood, Laurale. 2014. Fisiologi manusia. Jakarta. EGC. Hal 456- 460.