Anda di halaman 1dari 26

PENGELOLAAN

LIMBAH INDUSTRI
Disusun Oleh :
Devi Octafia (1813201003)

Dosen Pengampu :
Ahmad Husaini, SKM, M.Kes
TEKNOLOGI PENOLAHAN LIMBAH
CAIR INDUSTRI TAHU-TEMPE

Pada industry tahu dan tempe, air banyak digunakan sebagai bahan pencuci
dan merebus kedelai, oleh karena itu limbah yang dihasilkan juga cukup besar.

Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang


cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe.
Teknologi pengolahan limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya
berupa pengolahan limbah sistem anaerob, karena biaya operasionalnya
murah. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-
80 %, sehingga air lahannya masih mengandung kadar pencemar organik
cukup tinggi, serta bau yang ditimbulkan dari sistem anaerob dan tingginya
kadar fosfat merupakan masalah yang belum dapat diatasi.
Proses Pembuatan Tahu – Tempe
Pembuatan Tahu Dan Tempe
Tahapan proses pembuatan tahu secara umum
6. Penyaringan bubur kedelai dilakukan
menurut Nurhasan dan Pramudyanto (1987) adalah
dengan kain penyaring.
sebagai berikut :
7. Setelah itu dilakukan penggumpalan
1. Kedelai yang telah dipilih dibersihkan dan
dengan menggunakan air asam, pada
disortasi.
suhu 50oC, kemudian didiamkan sampai
2. Perendaman dalam air bersih agar kedelai dapat
terbentuk gumpalan besar.
mengembang dan cukup lunak untuk digiling.
8. Langkah terakhir adalah pengepresan
3. Pencucian dengan air bersih.
dan pencetakan yang dilapisi dengan kain
4. Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai
penyaring sampai padat. Setelah air
dengan mesin giling.
tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan
5. Pemasakan kedelai dilakukan di atas tungku dan
diangin-anginkan
dididihkan selama 5 menit.
Tempe merupakan hasil fermentasi kedelai, adapun proses pembuatan
tempe adalah sebagai berikut :

1. Kedelai dimasak, setelah masak kedelai direndam 1 malam hingga lunak dan terasa berlendir,
kemudian kedelai dicuci hingga bersih.
2. Kedelai dipecah dengan mesin pemecah, hingga kedelai terbelah dua dan kulit kedelai terpisah.
3. Kedelai kupas dicuci kembali hingga bersih, kemudian dilanjutkan dengan proses peragian dengan
cara mencampurkan ragi yang telah dilarutkan dan selanjutnya didiamkan selama kurang lebih 10
menit.
4. Kedelai yang telah mengandung ragi ditiriskan hingga hampir kering, kemudian dibungkus dengan
daun pisang. Setelah fermentasi selama 2 hari diperoleh tempe
Karakteristik Limbah Industri Tahu Dan
Tempe

Karakteristik buangan industri tahu dinyatakan oleh Nurhasan dan Pramudyanto (1987) meliputi dua
hal. Yaitu karakteristik fisika dan kimia.
• Karakteristik fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau.
• Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas.
Pengolahan Limbah Tahu-Tempe
Pengolahan Dengan Sistem Kombinasi Anaerob-Aerob

Banyak cara atau teknologi untuk mengolah limbah organik, antara lain system
aerobic ;
 Lumpur aktif,
 Trikcling Filter,
 Rotating Biological Contactor (RBC),
 Fluidized Bed,
 Sistem anaerobik dengan bermacam-macam variasinya
Pengolahan Limbah Sistem Anaerobik

Penguraian anaerobik terdiri dari serangkaian proses mikrobiologi yang merubah bahan
organik menjadi metana. Produksi metana adalah suatu fenomena umum yang terjadi
dalam bermacam-macam lingkungan alam berkisar dari es glaser sampai sedimen,
rawa, pencernakan hewan pemakan rumput, dan ladang minyak.

Jika dalam proses aerobic mikroorganisme yang terlibat hanya dari beberapa jenis saja,
sedangkan dalam proses anaerobik sebagian besar proses terjadi akibat bakteri.
Ada empat katagori bakteri yang terlibat dalam transformasi bahan
komplek menjadi molekul yang sederhana seperti metana dan
karbon dioksida. Kelompok bakteri ini bekerja secara sinergis
(Gabriel Bitton, 1994).
Kelompok 1 : Bakteri Hidrolitik

Kelompok 2 : Bakteri Asidogenik Fermentatif

Kelompok 3 : Bakteri Asetogenik

Kelompok 4 : Bakteri Metanogen


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Anaerobik

Suhu Komposisi Kimia Air Limbah

Kompetisi Metanogen dengan


Waktu Tinggal Bakteri Pengurai Sulfat

Kemasaman (pH) Zat Beracun


Pengolahan Limbah Sistem Aerobik

Proses Lumpur Aktif


Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985; Verstraete
dan van Vaerenbergh, 1986) adalah sebagai berikut:
 Mixed-liqour suspended solids (MLSS).
 Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS).
 Food - to - microorganism ratio (F/M Ratio).
 Waktu tinggal hidraulik (Hidraulic retention time = HRT).
 Umur lumpur (Sludge age).
Piring Biologi Berputar (Rotating Biological Contactor = RBC)
Piring Biologi Berputar atau biasa dikenal dengan sebutan RBC, mengandalkan
mikroorganisme yang dilekatkan pada bahan pendukung.
Selokan Oksidasi (Oxidation Ditch)
Selokan oksidasi terdiri dari saluran aerasi yang berbentuk oval yang dilengkapi dengan satu
atau lebih rotor rotasi untuk aerasi limbah.
Peranan Biofilter Dalam Pengolahan
Limbah
Penelitian Mempergunakan Biofilter
TRG Biofilter, (2000) menyatakan bahwa Amanullah et al (1999) mencoba membuat
biofiltrasi adalah teknologi yang murah dan model matematik dengan percobaan mengolah
sangat efektif untuk pengendalian polusi udara aliran udara yang tercemar dengan senyawa
yang secara nyata menurunkan biaya investasi organik volatile dengan menggunakan biofilter
dan biaya operasi jangka panjang dibandingkan dibawah kondisi transien dan steady state.
dengan teknologi konvensional seperti filtrasi Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja
karbon atau oksidasi. (performan) biofilter berkaitan erat dengan luas
permukaan spesifik media biofilter untuk
transfer massa dan ketebalan biofilm.
Reaktor Biofilm Dan Jenis-
Jenisnya

Reaktor yang paling tua adalah reaktor sistem filtrasi yang sudah diterapkan sebelum abad 19. Pada
awalnya hanya sebagai alat penyaring, tetapi selanjutnya disadari bahwa mekanisme degradasi
secara biologi lebih mendominasi dibandingkan penyaringan. Kemudian baru berkembang filter
tetes (trickling filter) yang meneteskan air limbah pada media biofilter.

Pada awal abad 19 baru kemudian muncul reaktor biologi berputar (Rotating Biologi
Contactor=RBC) yang berisi piring tipis yang sebagian terendam air dan sebagian tidak.
Pengolahan limbah yang paling baru adalah reaktor terfluidisasi, aliran berjalan dari bawah ke
atas dengan media yang dapat terfluidisasi.
Metode Aerasi Biofilter

Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter aerobik,


system pemberian udara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara
yang sering digunakan antara lain aerasi samping, aerasi tengah (pusat),
aerasi merata seluruh permukaan, aerasi eksternal, aerasi dengan air lift
pump, dan aerasi dengan system mekanik.

Pada sistem aerasi melalui aliran putar, kemampuan penyerapan oksigen


hampir sama dengan sistem aerasi dengan menggunakan difuser, oleh karena
itu untuk penambahan jumlah beban yang besar sulit dilakukan.
Fenomena Dalam Reaktor Biofilter

Kenampakan dasar dari reaktor biofilter atau


biofilm adalah proses alam yang sangat
heterogen. Reaktor melibatkan media padat
tempat bakteri menempel atau mengikat sebagai
matriks yang disebut biofilm, permukaannya
bersentuhan dengan air yang melalui melalui
reaktor.
Karakteristik Air Baku (Air Limbah Yang
Akan Diolah)

Sudah umum diketahui, bahwa ketidakefisienan dalam rancangan unit


pengolah limbah karena minimnya pengetahuan tentang sifat-sifat air
baku. Terutama yang berhubungan dengan sifat-sifat kimia dan biologi
unsur-unsur air limbah yang mendukung kinerja reaktor. Fraksi
organik yang secara tradisional dikenal terbagi dalam fraksi terlarut
(soluble) dan tersuspensi (suspended). Untuk terjadinya proses
mineralisasi di dalam biofilm, substrat organik harus dapat terdifusi
kedalam biofilm, jika tidak subtrat organik tersebut akan terbawa
aliran kembali.
Kriteria Pemilihan Media Biofilter
Valentis dan Lesavre (1990) menyatakan bahwa dalam memilih media biofilter ada beberapa
kriteria yang harus diketahui antara lain :

 Prinsip-prinsip yang mengatur adesi bakteri pada permukaan


media dan pembentukan biofilm.

 Parameter yang mengendalikan pengolahan limbah, dan

 Sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh paket media biofilter


dalam reaktor biologi pada lingkungan spesifik dan sesuai
dengan teknik aplikasinya.
Jenis-Jenis Media
Beberapa bentuk media batuan telah dikembangkan untuk
mengatasi kekurangan media batuan pecah dengan meningkatkan
permukaan spesifik yang tinggi (m2/m3 media) yang berhubungan
dengan tingginya persentase ruangan kosong. Kondisi ini akan
membuat pertumbuhan biologi, tanpa mencegah aliran udara
sampai ke dasar media. Media yang seragam membuat distribusi
beban menjadi rata, dan media yang ringan memudahkan
kontraksi lebih dalam dengan kemampuan mengatasi limbah yang
lebih kuat atau pekat.

Dua jenis media plastik yang umum, yaitu paking dengan lembar
vertikal dan random atau acak.
Cara Kerja Biofilter
Keunggulan Biofiler

Pengolahan air limbah dengan proses biofilter mempunyai beberapa


keunggulan antara lain :
1. Pengoperasiannya mudah
2. Lumpur yang dihasilkan sedikit
3. Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi
rendah maupun konsentrasi tinggi.
4. Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil.
Pengolahan Limbah Sistem Kombinasi
Anaerobik & Aerobik
Proses Pengolahan Kombinasi

Secara umum proses pengolahannya dibagi


menjadi dua tahap yakni pertama proses
penguraian anaerobik dan yang ke dua proses
pengolahan lanjut dengan sistem biofilter
anaerobik-aerobik.
Proses Pengolahan Lanjut

Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan menggunakan


biofilter struktuk sarang tawon atau sering juga disedut dengan
sistem biofilter anaerobik -aerobik. Pengolahan limbah dengan proses
biofilter anaerobik –aerobik terdiri dari beberapa bagian yakni bak
pengendap awal, biofilter anaerobik, biofilter aerobik, bak
pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak klorinasi.
Rancangan Pengolahan Air Limbah Sederhana
System Kombinasi Biofilter Anaerobik-Aerobik
Kapasitas 3 – 5 M3/Hari
Standard Disain

Kolam Stabilisasi
Kolam stabilisasi berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara limbah yang keluar dari sumber limbah, dalam hal ini industri
kecil tahu dan tempe membuat sistem perpipaan terlebih dahulu sebelum
masuk ke kolam stabilisasi.
Pompa Air Baku
Pompa air baku dipakai pompa celup atau submersible dengan
kapasitas yang sesuai.
• Kolam Anaerobik
Kolam anaerobik berfungsi sebagai tempat terjadinya penguraian limbah
secara anaerobik.
• Kolam Aerobik
Kolam aerobik berfungsi mengolah limbah secara aerobik dengan bantuan
blower untuk menambah jumlah oksigen dalam air.
• Media Biofilter
Dalam pemilihan media biofilter yang terpenting adalah media tersebut dapat
menjadi tempat berkoloninya bakteri dengan sifat adesinya.
• Kebutuhan Oksigen dan Penentuan Kapasitas Blower
Oksigen untuk proses pengolahan limbah diambil dari udara. Udara hanya
mengandung oksigen sekitar 23,2% dengan berat jenis pada suhu 28C adalah 1,17
kg Udara/m3 volume udara.
• Pompa Sirkulasi
Pompa sirkulasi dipergunakan untuk menjaga agar sistem tetap berjalan
walaupun pasokan air limbahnya terhenti disamping itu sirkulasi air ini juga
membantu menghadapi “shock load” atau masuknya beban limbah yang terlalu
tinggi secara tiba-tiba.
Perencanaan

• Volume Air Baku


Dalam perencanaan yang perlu diperhatikan adalah penentuan jumlah
limbah yang diproduksi setiap harinya.
• Kualitas Air Baku
Kualitas air yang akan diolah menentukan tingkat teknologi yang akan
dipakai.
• Bahan
Bahan yang dipakai untuk membuat unit pengolah limbah dapat terbuat
dari kontruksi batu bata yang sederhana atau menggunakan fibre yang dicetak
sesuai dengan ukurannya.
• Waktu Pengerjaan
• Biaya Investasi
Pembuatan unit Iinstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)
membutuhkan biaya investasi awal dan biaya investasi ini
sering menjadi keluhan bagi para investor.
• Biaya Operasi
Pengoperasian IPAL membutuhkan biaya untuk : tenaga
operator, listrik, pemeliharaan dan perawatan.
• Desain Grafis
• Gambar Teknis

Anda mungkin juga menyukai