LIMBAH INDUSTRI
Disusun Oleh :
Devi Octafia (1813201003)
Dosen Pengampu :
Ahmad Husaini, SKM, M.Kes
TEKNOLOGI PENOLAHAN LIMBAH
CAIR INDUSTRI TAHU-TEMPE
Pada industry tahu dan tempe, air banyak digunakan sebagai bahan pencuci
dan merebus kedelai, oleh karena itu limbah yang dihasilkan juga cukup besar.
1. Kedelai dimasak, setelah masak kedelai direndam 1 malam hingga lunak dan terasa berlendir,
kemudian kedelai dicuci hingga bersih.
2. Kedelai dipecah dengan mesin pemecah, hingga kedelai terbelah dua dan kulit kedelai terpisah.
3. Kedelai kupas dicuci kembali hingga bersih, kemudian dilanjutkan dengan proses peragian dengan
cara mencampurkan ragi yang telah dilarutkan dan selanjutnya didiamkan selama kurang lebih 10
menit.
4. Kedelai yang telah mengandung ragi ditiriskan hingga hampir kering, kemudian dibungkus dengan
daun pisang. Setelah fermentasi selama 2 hari diperoleh tempe
Karakteristik Limbah Industri Tahu Dan
Tempe
Karakteristik buangan industri tahu dinyatakan oleh Nurhasan dan Pramudyanto (1987) meliputi dua
hal. Yaitu karakteristik fisika dan kimia.
• Karakteristik fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau.
• Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas.
Pengolahan Limbah Tahu-Tempe
Pengolahan Dengan Sistem Kombinasi Anaerob-Aerob
Banyak cara atau teknologi untuk mengolah limbah organik, antara lain system
aerobic ;
Lumpur aktif,
Trikcling Filter,
Rotating Biological Contactor (RBC),
Fluidized Bed,
Sistem anaerobik dengan bermacam-macam variasinya
Pengolahan Limbah Sistem Anaerobik
Penguraian anaerobik terdiri dari serangkaian proses mikrobiologi yang merubah bahan
organik menjadi metana. Produksi metana adalah suatu fenomena umum yang terjadi
dalam bermacam-macam lingkungan alam berkisar dari es glaser sampai sedimen,
rawa, pencernakan hewan pemakan rumput, dan ladang minyak.
Jika dalam proses aerobic mikroorganisme yang terlibat hanya dari beberapa jenis saja,
sedangkan dalam proses anaerobik sebagian besar proses terjadi akibat bakteri.
Ada empat katagori bakteri yang terlibat dalam transformasi bahan
komplek menjadi molekul yang sederhana seperti metana dan
karbon dioksida. Kelompok bakteri ini bekerja secara sinergis
(Gabriel Bitton, 1994).
Kelompok 1 : Bakteri Hidrolitik
Reaktor yang paling tua adalah reaktor sistem filtrasi yang sudah diterapkan sebelum abad 19. Pada
awalnya hanya sebagai alat penyaring, tetapi selanjutnya disadari bahwa mekanisme degradasi
secara biologi lebih mendominasi dibandingkan penyaringan. Kemudian baru berkembang filter
tetes (trickling filter) yang meneteskan air limbah pada media biofilter.
Pada awal abad 19 baru kemudian muncul reaktor biologi berputar (Rotating Biologi
Contactor=RBC) yang berisi piring tipis yang sebagian terendam air dan sebagian tidak.
Pengolahan limbah yang paling baru adalah reaktor terfluidisasi, aliran berjalan dari bawah ke
atas dengan media yang dapat terfluidisasi.
Metode Aerasi Biofilter
Dua jenis media plastik yang umum, yaitu paking dengan lembar
vertikal dan random atau acak.
Cara Kerja Biofilter
Keunggulan Biofiler
Kolam Stabilisasi
Kolam stabilisasi berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara limbah yang keluar dari sumber limbah, dalam hal ini industri
kecil tahu dan tempe membuat sistem perpipaan terlebih dahulu sebelum
masuk ke kolam stabilisasi.
Pompa Air Baku
Pompa air baku dipakai pompa celup atau submersible dengan
kapasitas yang sesuai.
• Kolam Anaerobik
Kolam anaerobik berfungsi sebagai tempat terjadinya penguraian limbah
secara anaerobik.
• Kolam Aerobik
Kolam aerobik berfungsi mengolah limbah secara aerobik dengan bantuan
blower untuk menambah jumlah oksigen dalam air.
• Media Biofilter
Dalam pemilihan media biofilter yang terpenting adalah media tersebut dapat
menjadi tempat berkoloninya bakteri dengan sifat adesinya.
• Kebutuhan Oksigen dan Penentuan Kapasitas Blower
Oksigen untuk proses pengolahan limbah diambil dari udara. Udara hanya
mengandung oksigen sekitar 23,2% dengan berat jenis pada suhu 28C adalah 1,17
kg Udara/m3 volume udara.
• Pompa Sirkulasi
Pompa sirkulasi dipergunakan untuk menjaga agar sistem tetap berjalan
walaupun pasokan air limbahnya terhenti disamping itu sirkulasi air ini juga
membantu menghadapi “shock load” atau masuknya beban limbah yang terlalu
tinggi secara tiba-tiba.
Perencanaan