• Sistem Hukum Indonesia dipengaruhi oleh the Roman-Dutch model dan customary law.
• Berdasarkan pengaruh sistem hukum Belanda, sistem hukum Indonesia kemudian lebih
bercorak pada karakteristik sistem hukum Eropa Kontinental (civil law), dengan ciri:
• Hukum-hukum biasanya terkodifikasi
• UU menjadi rujukan utama dan hakim tidak terikat kepada preseden
• Sistem peradilan bersifat inkuisitorial, yakni pengadilan (dalam hal ini misalnya hakim), secara aktif
terlibat dalam menemukan fakta-fakta dari suatu perkara yang diperiksa dan mengarahkan proses
persidangan.
• Dengan sistem yang demikian, sistem peradilan Indonesia terkait dengan konsepsi dan
pengaturan tentang kekuasaan kehakiman di Indonesia.
Sistem Peradilan Indonesia
• Sistem Peradilan dalam konteks saat ini terbangun dari setidaknya 4
sumber:
• Hukum Belanda: Bersumber dari hukum-hukum warisan Belanda yang saat ini
masih berlaku [KUHP, KUHPerdata, dsb]
• Hukum Adat: Bersumber dari nilai-nilai dan tradisi yang hidup dalam
masyarakat [lihat Pasal 18 UUD 1945]
• Hukum Islam: Bersumber dari nilai-nilai dan hukum Islam [syariah]
• Sumber-sumber hukum lain : Dari berbagai pengaruh hukum-hukum di era
modern [hukum internasional, hukum-hukum tentang ekonomi dan bisnis,
dsb]
Konteks: Paska Reformasi 1998
• Sistem peradilan Indoensia tidak lagi dibawah kontrol atau pengaruh
kekuasaan eksekutif.
• Secara normatif kekuasaan Kehakiman semakin kuat dan mandiri
• Terbentuk Mahkamah Konstitusi
• Terbentuk berbagai Pengadilan Khusus
Kekuasaan Kehakiman
• Pasal 24 UUD 145:
1. Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-
undang